Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19293 | 04 Jul 2025
Klinis : risiko perfusi miokard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "risiko perfusi miokard tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke miokard yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jantung".
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu yang berada dalam rentang normal.
2. Kontrol Gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala yang terkait dengan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak, seperti nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan.
3. Pengetahuan tentang Penyakit: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya, faktor risiko, dan strategi pengelolaan yang tepat.
4. Kepatuhan Terhadap Regimen Pengobatan: Pasien menunjukkan kepatuhan yang baik terhadap regimen pengobatan, termasuk penggunaan obat-obatan, modifikasi gaya hidup, dan tindak lanjut medis.
5. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa mengalami gejala yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Secara teratur memantau tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu, untuk mendeteksi adanya perubahan yang signifikan.
2. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola nyeri dada yang dialami pasien dengan menggunakan intervensi farmakologis dan non-farmakologis yang sesuai.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, faktor risiko, gejala, dan strategi pengelolaan yang tepat, termasuk modifikasi gaya hidup.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk mengoptimalkan perawatan dan pengelolaan pasien.
5. Peningkatan Aktivitas Fisik: Membantu pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik secara bertahap, dengan mempertimbangkan kondisi klinis dan kemampuan pasien.
6. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau stres yang terkait dengan kondisi kesehatan.
7. Perawatan Jantung: Melakukan intervensi keperawatan yang spesifik untuk meningkatkan fungsi jantung, seperti pemberian oksigen, pemberian obat-obatan, dan tindakan keperawatan lainnya yang sesuai.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga risiko ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak dapat dimitigasi dan kondisi kesehatan pasien dapat membaik. -
Article No. 19294 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien dengan scute stemi anterior ekstensive post ppci mengeluh sesak dan nyeri dada saat tiduran hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Karakteristik Definisi: Sesak napas, penggunaan otot bantu napas, perubahan irama napas, perubahan frekuensi napas.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, cedera atau penyakit paru-paru.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Definisi: Ekspresi verbal atau nonverbal nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perilaku protektif.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, cedera jaringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
- Oksigenasi jaringan adekuat
2. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit dan mengurangi dampak negatif dari nyeri.
- Kriteria Hasil:
- Verbalisasi nyeri berkurang
- Perilaku nyeri berkurang
- Tanda-tanda vital stabil
- Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih teknik pernapasan dalam/pursed-lip breathing
- Bantu mobilisasi dan aktivitas sesuai toleransi
- Kolaborasi pemberian obat-obatan bronkodilator atau diuretik jika diperlukan
2. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor pencetus)
- Berikan intervensi farmakologis sesuai resep dokter (analgesik, antiinflamasi, atau obat lainnya)
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Bantu aktivitas sehari-hari sesuai toleransi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi pengobatan dan penyesuaian jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas efektif dan kontrol nyeri yang optimal. Pemantauan dan evaluasi yang ketat sangat diperlukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 19295 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien dengan acute stemi anterior ekstensive post ppci mengeluh sesak dan nyeri dada saat tiduran hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat dengan pengetahuan yang mendalam, saya akan memberikan rekomendasi yang komprehensif untuk menangani kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Ketidakcukupan aliran darah ke otot jantung, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Sumbatan arteri koroner akibat infark miokard akut (STEMI anterior ekstensif).
- Tanda dan Gejala: Nyeri dada, sesak napas, perubahan irama jantung, dan perubahan tanda-tanda vital.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Perfusi Jantung
- Definisi: Tercapainya aliran darah yang adekuat ke otot jantung.
- Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital stabil
b. Tidak ada nyeri dada
c. Tidak ada sesak napas
d. Tidak ada perubahan irama jantung
e. Fungsi jantung membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Definisi: Pengkajian dan pemantauan tanda-tanda vital, profil hemodinamik, dan status perfusi jaringan.
- Aktivitas:
a. Mengukur dan memantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Memantau EKG dan irama jantung
c. Menilai status perfusi jaringan (warna kulit, pengisian kapiler, dll.)
d. Mengkaji adanya tanda-tanda gagal jantung
2. Manajemen Nyeri
- Definisi: Upaya untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas:
a. Mengkaji intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri
b. Memberikan analgesik sesuai resep
c. Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
d. Memantau efektivitas intervensi
3. Manajemen Sesak Napas
- Definisi: Upaya untuk membantu pasien dalam mempertahankan atau meningkatkan fungsi pernapasan.
- Aktivitas:
a. Mengkaji pola pernapasan dan kemampuan bernafas
b. Memposisikan pasien untuk memudahkan pernapasan
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak" dipilih karena pasien mengalami sumbatan arteri koroner akibat infark miokard akut (STEMI anterior ekstensif), yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung. Hal ini menimbulkan gejala seperti nyeri dada dan sesak napas.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Pemulihan Perfusi Jantung", yang dicirikan dengan stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya nyeri dada, sesak napas, dan perubahan irama jantung, serta membaikknya fungsi jantung. Ini menunjukkan tercapainya aliran darah yang adekuat ke otot jantung.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan hemodinamik untuk mengkaji status kardiovaskular, manajemen nyeri untuk mengendalikan nyeri dada, dan manajemen sesak napas untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi pernapasan. Melalui intervensi yang komprehensif ini, diharapkan dapat memulihkan perfusi jantung dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 19296 | 04 Jul 2025
Klinis : dermatophytosis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi dermatophytosis.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dermatophytosis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Integritas Kulit Terganggu". Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai "kerusakan atau gangguan pada kulit dan/atau membran mukosa".
Kondisi dermatophytosis, yang merupakan infeksi jamur pada kulit, sesuai dengan definisi dari Integritas Kulit Terganggu. Infeksi jamur dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan pada struktur dan fungsi kulit, sehingga diagnosis ini tepat untuk diterapkan pada pasien dengan dermatophytosis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran atau output yang diharapkan untuk pasien dengan dermatophytosis adalah:
1. Integritas Kulit Membaik
- Kriteria hasil: Lesi/luka kulit berkurang/sembuh, tidak ada infeksi sekunder, tidak ada rasa gatal/nyeri.
2. Pengetahuan Peningkatan Kesehatan Membaik
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan penyebab, pencegahan, dan penanganan dermatophytosis dengan benar.
3. Manajemen Diri Membaik
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan perawatan kulit yang tepat dan mengikuti regimen pengobatan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien dengan dermatophytosis meliputi:
1. Perawatan Luka
- Tujuan: Mempercepat penyembuhan lesi/luka kulit dan mencegah infeksi sekunder.
- Kegiatan: Membersihkan lesi, menerapkan salep antijamur, dan membalut luka secara tepat.
2. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang dermatophytosis.
- Kegiatan: Memberikan informasi tentang penyebab, cara penularan, pencegahan, dan penanganan yang tepat.
3. Manajemen Gejala
- Tujuan: Mengurangi gejala seperti gatal dan nyeri.
- Kegiatan: Pemberian obat anti-inflamasi dan antihistamin sesuai resep dokter.
4. Dukungan Emosional
- Tujuan: Membantu pasien beradaptasi dengan kondisi dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
- Kegiatan: Memberikan empati, motivasi, dan membantu pasien mengatasi masalah psikologis yang muncul.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dengan dermatophytosis mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 19297 | 04 Jul 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn.B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien mengeluh sesak nafas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstrimitas bawah. TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/ menit, RR 19 x/ menit, temperature 37,50C. Saat ini pasien sering tirah baring dengan posisi semi fowler karena akan mudah sesak nafas bila beraktivitas. Saat ini pasien mendapatkan medikasi IV furosemide 20mg/ 8 jam via IV dan nicardipine 3-5 mg per jam yang diberikan melalui syringe pump.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF), berdasarkan data yang diberikan, maka dapat ditetapkan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024)
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
c. Edema (00013)
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024)
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat mengancam kesehatan.
- Kode: 00024
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
- Kode: 00092
c. Edema (00013)
- Definisi: Akumulasi cairan di dalam ruang interstitial yang mengakibatkan pembengkakan.
- Kode: 00013
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024)
- Luaran: Perfusi Jaringan: Kardiak
- Kode: 0400
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Luaran: Toleransi Aktivitas
- Kode: 0005
c. Edema (00013)
- Luaran: Keseimbangan Cairan
- Kode: 0601
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024)
- Intervensi: Manajemen Gagal Jantung
- Kode: 3250
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Intervensi: Manajemen Aktivitas
- Kode: 0200
c. Edema (00013)
- Intervensi: Manajemen Cairan
- Kode: 4120
Berdasarkan data pasien Tn. B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF), maka dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024), Intoleransi Aktivitas (00092), dan Edema (00013). Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, kode, luaran, dan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 19298 | 04 Jul 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn.B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien mengeluh sesak nafas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstrimitas bawah. TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/ menit, RR 19 x/ menit, temperature 37,50C. Saat ini pasien sering tirah baring dengan posisi semi fowler karena akan mudah sesak nafas bila beraktivitas. Saat ini pasien mendapatkan medikasi IV furosemide 20mg/ 8 jam via IV dan nicardipine 3-5 mg per jam yang diberikan melalui syringe pump.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan untuk Tn. B berdasarkan kondisi klinisnya, disertai penjelasan singkat sesuai Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat, yang pada pasien CHF disebabkan oleh kongesti paru dan penurunan curah jantung.
**Data Pendukung:**
- Sesak napas saat beraktivitas
- Posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- RR 19x/menit (dalam batas normal, tetapi disertai distress pernapasan saat aktivitas)
**Luaran (SLKI Code: 0301 – Pertukaran Gas Memburuk → Membaik)**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit)
- Tidak ada keluhan sesak napas saat aktivitas ringan
- Saturasi O₂ ≥ 95%
**Intervensi (SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas & 3320 – Manajemen Pernapasan)**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Pertahankan posisi semi-Fowler atau tinggi
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: 00092)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan untuk bertahan atau mempertahankan aktivitas fisik yang diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
**Data Pendukung:**
- Pasien sering tirah baring karena sesak napas saat beraktivitas
- Edema ekstremitas bawah menunjukkan penurunan curah jantung
**Luaran (SLKI Code: 0901 – Toleransi Aktivitas Memburuk → Membaik)**
- Pasien mampu melakukan aktivitas harian tanpa sesak napas berat
- Denyut nadi dan tekanan darah stabil selama aktivitas
**Intervensi (SIKI Code: 5614 – Manajemen Energi & 0204 – Latihan Aktivitas)**
- Rencanakan aktivitas bertahap (dari pasif ke aktif)
- Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk optimasi terapi diuretik (furosemide) dan vasodilator (nicardipine)
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan (SDKI Code: 00026)**
**Definisi:**
Peningkatan retensi cairan dan natrium akibat penurunan fungsi jantung, dimanifestasikan oleh edema dan hipertensi.
**Data Pendukung:**
- Edema ekstremitas bawah
- TD 150/90 mmHg (hipertensi)
- Terapi furosemide untuk mengurangi overload cairan
**Luaran (SLKI Code: 0601 – Keseimbangan Cairan Memburuk → Membaik)**
- Penurunan edema perifer
- Tekanan darah dalam rentang normal (120–140/80–90 mmHg)
- Output urine adekuat (>0,5 mL/kg/jam)
**Intervensi (SIKI Code: 4120 – Manajemen Cairan & 2110 – Pemantauan Tanda Vital)**
- Monitor intake-output cairan
- Timbang berat badan harian
- Batasi asupan natrium sesuai anjuran
- Evaluasi respons terapi diuretik
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Curah Jantung (SDKI Code: 00240)**
**Definisi:**
Risiko ketidakmampuan jantung memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
**Data Pendukung:**
- CHF sebagai diagnosis medis
- Penggunaan nicardipine (vasodilator) untuk mengurangi afterload
**Luaran (SLKI Code: 0401 – Curah Jantung Memburuk → Stabil)**
- Tekanan darah terkontrol (≤140/90 mmHg)
- Nadi teratur tanpa disritmia
- Tidak ada gejala hipoperfusi (pusing, lemas ekstrem)
**Intervensi (SIKI Code: 4100 – Pemantauan Jantung & 2410 – Manajemen Farmakologi)**
- Monitor tekanan darah dan nadi secara berkala
- Observasi efek samping nicardipine (hipotensi, refleks takikardia)
- Edukasi pasien tentang tanda-tanda gagal jantung memburuk
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi keperawatan untuk Tn. B meliputi:
1. **Manajemen pertukaran gas** untuk mengatasi sesak napas.
2. **Peningkatan toleransi aktivitas** melalui latihan bertahap.
3. **Pengurangan kelebihan cairan** dengan pemantauan ketat dan terapi diuretik.
4. **Pemantauan curah jantung** untuk mencegah dekompensasi lebih lanjut.
Dokumentasi keperawatan harus mencantumkan kode SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI untuk memastikan praktik berbasis bukti dan akuntabilitas profesional.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2021). *Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care*. Elsevier.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi yang berlaku.)* -
Article No. 19299 | 04 Jul 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn.B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF). Pasien mengeluh sesak nafas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstrimitas bawah. TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/ menit, RR 19 x/ menit, temperature 37,50C. Saat ini pasien sering tirah baring dengan posisi semi fowler karena akan mudah sesak nafas bila beraktivitas. Saat ini pasien mendapatkan medikasi IV furosemide 20mg/ 8 jam via IV dan nicardipine 3-5 mg per jam yang diberikan melalui syringe pump.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan sesak napas saat beraktivitas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberi ventilasi adekuat.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan sesak napas.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan adanya edema.
- Penyebab: Kondisi kardiovaskular, yaitu adanya Congestive Heart Failure (CHF) yang menyebabkan retensi cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Berkurang
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pola Napas Efektif
- Rasa Sesak Berkurang
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Keseimbangan Cairan Membaik
- Edema Berkurang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur Aktivitas
- Atur Istirahat dan Tidur
- Manajemen Energi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Oksigenasi
- Terapi Oksigen
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Manajemen Cairan
- Manajemen Intake dan Output
- Terapi Diuretik
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, Ketidakefektifan Pola Napas, dan Kelebihan Volume Cairan. Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas dan terdapat edema pada ekstremitas bawah, yang disebabkan oleh kondisi kardiovaskular yaitu CHF.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan pola napas, dan perbaikan keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengaturan aktivitas, manajemen oksigenasi, dan manajemen cairan, serta terapi diuretik dan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting untuk mengelola kondisi Tn. B dengan CHF dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 19300 | 04 Jul 2025
Klinis : DS : Pasien mengatakan tidak nyaman bila berganti posisi DO : Luka robek didada kiri - Pergerakan terbatas saat duduk dan bangun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Ciri-ciri mayor: Pasien mengeluh nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perilaku yang menunjukkan nyeri.
Ciri-ciri minor: Perubahan tanda-tanda vital, Gelisah, Keterbatasan lingkup gerak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Indikator:
a. Melaporkan nyeri terkendali
b. Menggunakan tindakan pengendalian nyeri yang efektif
c. Mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Mengungkapkan rasa nyaman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat pengalaman nyeri individu.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
b. Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
d. Ajarkan dan bantu pasien menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
e. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
Penjelasan:
Pada kondisi yang Anda deskripsikan, pasien mengeluhkan ketidaknyamanan saat berganti posisi dan memiliki luka robek di dada kiri serta pergerakan yang terbatas saat duduk dan bangun. Berdasarkan data-data tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Nyeri Akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Ciri-ciri mayornya adalah pasien mengeluh nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, dan perilaku yang menunjukkan nyeri. Sedangkan ciri-ciri minornya adalah perubahan tanda-tanda vital, gelisah, dan keterbatasan lingkup gerak.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Nyeri, yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Indikatornya antara lain pasien melaporkan nyeri terkendali, menggunakan tindakan pengendalian nyeri yang efektif, mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan mengungkapkan rasa nyaman.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Manajemen Nyeri, yaitu tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat pengalaman nyeri individu. Aktivitas keperawatannya antara lain mengkaji karakteristik nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri, berkolaborasi dalam pemberian analgesik, mengajarkan dan membantu pasien menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta mengevaluasi efektivitas intervensi nyeri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19301 | 04 Jul 2025
Klinis : DS : Pasien mengatakan tidak nyaman bila berganti posisi DO : Luka robek didada kiri - Pergerakan terbatas saat duduk dan bangun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan Singkat:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Tingkat kemampuan individu dalam melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan ketidaknyamanan saat berganti posisi dan pergerakan yang terbatas saat duduk dan bangun, hal ini menunjukkan adanya intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas (00092), dengan penjelasan singkat bahwa pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik. -
Article No. 19302 | 04 Jul 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi resiko infeksi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (00004)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Infeksi (1924)
Definisi: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi klien, petugas kesehatan, dan orang lain dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Risiko Infeksi (6540)
Definisi: Identifikasi dan pengendalian faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada klien.
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang difokuskan pada manajemen risiko infeksi, yaitu identifikasi dan pengendalian faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada klien. Luaran yang diharapkan adalah kontrol infeksi, yaitu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi klien, petugas kesehatan, dan orang lain dari infeksi.