Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11541 | 27 Jan 2025
Klinis : Demam kamis, muntah terus menerus makan dan minum berkurang Rabu nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan muntah terus-menerus, penurunan asupan makanan, dan minum
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan, elektrolit, dan/atau nutrisi yang berlebihan, melebihi kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan/atau nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi yang adekuat
2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan
2. Pemantauan cairan
3. Pemberian nutrisi parenteral
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi di abdomen
SDKI:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu.
SLKI:
1. Kontrol nyeri
2. Kenyamanan
3. Pemulihan
SIKI:
1. Manajemen nyeri
2. Terapi analgesik
3. Terapi modalitas nyeri
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien mengalami defisit volume cairan akibat muntah terus-menerus dan penurunan asupan makanan dan minum. Selain itu, pasien juga mengalami nyeri perut yang menandakan adanya inflamasi di abdomen. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi parenteral, manajemen nyeri, dan terapi analgesik untuk mengatasi kondisi pasien. -
Article No. 11542 | 27 Jan 2025
Klinis : Data infeksi tali pusat pada bayi baru lahir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi infeksi tali pusat pada bayi baru lahir. Sebagai seorang perawat professional, saya akan menjawab dalam nada akademis dan dengan persona seorang pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Risiko: Paparan agen infeksi, defisiensi sistem imun, prosedur invasif.
2. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada kulit yang dapat menjadi pintu masuk agen infeksi.
Faktor Terkait: Prosedur pembedahan/invasif, iritasi/trauma pada kulit.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Terkait: Agen infeksius, kerusakan jaringan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Standar diagnosis yang digunakan adalah SDKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Ini mencakup definisi, faktor terkait, dan ciri-ciri diagnosis keperawatan yang teridentifikasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kondisi ini mencakup kontrol infeksi, peningkatan integritas kulit, dan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi perawatan tali pusat, pemberian antibiotik, debridemen, dan terapi analgesik sesuai indikasi. Tujuannya adalah untuk mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan, dan mengelola nyeri.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi infeksi tali pusat pada bayi baru lahir. -
Article No. 11543 | 27 Jan 2025
Klinis : judul askep dan laporan pendahuluan kolostomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Kondisi Kolostomi
Judul Asuhan Keperawatan: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kolostomi
Laporan Pendahuluan:
Kolostomi adalah prosedur operasi yang dilakukan untuk membuat lubang atau stoma pada dinding abdomen, yang berfungsi untuk mengeluarkan feses dari usus besar. Prosedur ini biasanya dilakukan sebagai intervensi untuk mengatasi berbagai kondisi seperti kanker kolorektal, penyakit Crohn, divertikulitis, atau cedera pada usus besar. Perawatan kolostomi memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan, terutama perawat, untuk memastikan pemulihan yang optimal dan kualitas hidup yang baik bagi pasien.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Integritas Kulit Periostomal
- Definisi: Kerusakan pada kulit di sekitar stoma kolostomi yang dapat disebabkan oleh iritasi, trauma, atau infeksi.
- Penyebab: Kebocoran cairan feses, penggunaan bahan penutup stoma yang tidak tepat, atau perawatan stoma yang tidak memadai.
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan kulit periostomal, penggunaan penutup stoma yang sesuai, edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan stoma.
2. Resiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi patogen yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Prosedur pembedahan, adanya stoma, dan potensi kontaminasi feses.
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda infeksi, perawatan luka operasi dan stoma, edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Perubahan Citra Tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh akibat adanya stoma.
- Penyebab: Ketidakpuasan dengan penampilan fisik, perubahan fungsi eliminasi, dan stigma sosial.
- Intervensi Keperawatan: Konseling, dukungan psikologis, dan edukasi tentang penerimaan diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan kebutuhan pasien dengan kolostomi. -
Article No. 11544 | 27 Jan 2025
Klinis : Latihan Batuk efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan dari intervensi ini adalah pasien dapat menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari pasien dapat melakukan batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan oksigenasi adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melatih batuk efektif, memberikan posisi semi-fowler, melakukan suction jika diperlukan, dan memantau status pernapasan pasien. Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan napas pasien.
Dalam kasus ini, latihan batuk efektif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Melalui latihan batuk efektif, diharapkan pasien dapat membersihkan sekresi dari saluran napas secara optimal, sehingga jalan napas tetap terbuka dan oksigenasi pasien terjaga. -
Article No. 11545 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri bagian perut bawah sebelah kanan akibat kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri bagian perut bawah sebelah kanan akibat kista ovarium.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kista ovarium.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut dapat disebabkan oleh kista ovarium yang memicu rasa tidak nyaman di perut bawah sebelah kanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut akibat kista ovarium adalah pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman, dan menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut akibat kista ovarium antara lain:
1. Manajemen nyeri: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik sesuai indikasi, kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
2. Terapi relaksasi: Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, distraksi, imajinasi terbimbing.
3. Terapi komplementer: Berikan kompres hangat/dingin pada area yang nyeri.
4. Edukasi: Jelaskan penyebab, gejala, dan penanganan nyeri akibat kista ovarium.
Harapannya, dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, pasien dapat mengatasi nyeri yang dirasakan akibat kista ovarium secara efektif. -
Article No. 11546 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh tidur terganggu karena nyeri yg di alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan pola tidur yang memuaskan. Gejala utama dapat berupa kesulitan untuk tidur, sering terbangun, dan tidur yang tidak menyegarkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur meliputi: Tingkat Kenyamanan Tidur yang Membaik, Pola Tidur yang Membaik, dan Tingkat Energi yang Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur antara lain: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Tidur, Edukasi Manajemen Tidur, dan Kolaborasi Pemberian Analgesik.
Secara akademis, Gangguan Pola Tidur akibat nyeri adalah kondisi yang umum terjadi dan memerlukan penanganan yang komprehensif. Perawat memiliki peran penting dalam mengelola kondisi ini dengan menggunakan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 11547 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh tidur terganggu karena nyeri yg di alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang berkualitas dan kuantitas yang diinginkan. Pasien mengeluh tidur terganggu karena nyeri yang dialami, hal ini dapat menyebabkan kelelahan, perubahan mood, dan penurunan fungsi kognitif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perubahan dalam kualitas, kuantitas, dan pola tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari individu.
- Faktor Risiko: Nyeri, stres, kecemasan, depresi, penyakit kronis, lingkungan yang tidak mendukung.
- Gejala dan Tanda: Sulit untuk memulai atau mempertahankan tidur, bangun lebih awal, merasa tidak segar setelah tidur, dan perubahan mood.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pola tidur membaik, kualitas tidur meningkat, dan fungsi sehari-hari membaik.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat tidur dengan mudah, tidur yang cukup, dan merasa segar setelah bangun tidur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Pengaturan Lingkungan Tidur, Edukasi Manajemen Tidur.
- Tujuan Intervensi: Mengurangi nyeri, meningkatkan kualitas tidur, dan memfasilitasi tidur yang berkualitas.
Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan gangguan pola tidur akibat nyeri. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 11548 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh tidur terganggu karena nyeri yg di alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang mengeluh tidur terganggu karena nyeri yang dialami, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala: Sulit memulai tidur, sering terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak.
- Penyebab: Nyeri, stres, kecemasan, lingkungan yang tidak kondusif.
- Faktor Risiko: Nyeri, gangguan psikologis, perubahan lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pola Tidur Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien dapat tidur dengan nyenyak, terbangun lebih sedikit, dan merasa lebih segar saat bangun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Manajemen Tidur, Terapi Komplementer.
- Tindakan: Identifikasi faktor penyebab, monitor pola tidur, berikan analgesik, ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur, latihan relaksasi.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan pola tidur akibat nyeri yang dialami. Perawat perlu melakukan intervensi untuk mengatasi nyeri (manajemen nyeri) dan memfasilitasi tidur yang optimal (manajemen tidur), serta dapat menggunakan terapi komplementer untuk membantu pasien relaksasi dan meningkatkan kualitas tidur. Tujuannya adalah pasien dapat tidur dengan nyenyak, terbangun lebih sedikit, dan merasa lebih segar saat bangun. -
Article No. 11549 | 27 Jan 2025
Klinis : manajemen nyeri intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri intervensi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi nyeri yang dirasakan atau dialami.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Agen pencedera fisik, Agen pencedera psikologis, Proses penyakit
- Gejala dan Tanda: Ekspresi verbal tentang nyeri, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan perilaku, Keterbatasan aktivitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Nyeri terkontrol, Kemampuan mengatasi nyeri meningkat, Kualitas hidup meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri
- Aktivitas Keperawatan: Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi nyeri, Identifikasi penyebab nyeri, Kolaborasi pemberian analgesik, Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, Monitor efektivitas intervensi nyeri, Dokumentasikan implementasi dan evaluasi
Dengan melakukan intervensi keperawatan manajemen nyeri yang komprehensif, diharapkan dapat mengatasi nyeri yang dialami pasien, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 11550 | 27 Jan 2025
Klinis : manajemen nyeri intervensi kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi "Manajemen Nyeri" dapat diuraikan sebagai berikut:
SDKI: Manajemen Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol nyeri yang dialami.
SLKI: Tingkat Pengendalian Nyeri
Definisi: Tingkat kemampuan individu dalam mengontrol nyeri yang dialami.
SIKI: Manajemen Nyeri
Kode Intervensi: M0101
Definisi: Serangkaian tindakan yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengontrol nyeri yang dialami.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri).
2. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti faktor fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan.
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker, fisioterapis, dsb.) untuk menentukan intervensi terapeutik yang sesuai.
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan teknik lainnya.
5. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan monitor efektivitasnya.
6. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
7. Edukasikan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri yang efektif.
8. Dokumentasikan setiap tindakan dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai tingkat pengendalian nyeri yang optimal sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia.