Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11660 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data klinis yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard berdasarkan adanya keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dengan intensitas nyeri 8 dari 10 skala nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam hal seperti kerusakan tersebut.
Karakteristik Definisi: Keluhan nyeri yang dirasakan, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, durasi nyeri, frekuensi nyeri, faktor yang memperberat/meredakan nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Klien melaporkan nyeri terkontrol.
2. Klien menunjukkan penurunan ekspresi nyeri.
3. Klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen nyeri
2. Terapi relaksasi
3. Pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (kondisi kesehatan) ditandai dengan klien tampak cemas dan gelisah.
SDKI:
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber kecemasan yang dirasakan mengancam.
Karakteristik Definisi: Perilaku cemas, gelisah, khawatir, takut, dan panik.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Klien melaporkan tingkat kecemasan berkurang.
2. Klien menunjukkan perilaku untuk mengatasi kecemasan.
3. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen kecemasan
2. Terapi relaksasi
3. Konseling
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (mual, penurunan nafsu makan) ditandai dengan klien mengatakan susah makan.
SDKI:
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Keluhan susah makan, penurunan berat badan.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Klien melaporkan peningkatan nafsu makan.
2. Klien menunjukkan peningkatan berat badan.
3. Klien menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen nutrisi
2. Konseling gizi
3. Pemberian suplemen nutrisi
Tone: Pakar
Persona: Perawat -
Article No. 11661 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung koroner
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diperoleh, Tn. A mengalami nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, dan nyeri dirasakan seperti ditekan dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit jantung koroner.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan kardiak berhubungan dengan penyakit jantung koroner
Penjelasan:
Tn. A memiliki riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi dan serangan jantung, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perubahan EKG yang mengarah pada infark miokard (recent M1). Hal ini mengindikasikan risiko gangguan perfusi jaringan kardiak berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kondisi kesehatan
Penjelasan:
Tn. A tampak cemas dan gelisah, serta tampak meringis kesakitan, yang menunjukkan adanya ansietas berhubungan dengan ancaman kondisi kesehatannya.
Standar Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan kardiak: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat mengancam kehidupan.
3. Ansietas: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian nyeri
2. Perfusi jaringan kardiak
3. Kontrol kecemasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi kardiovaskular
3. Manajemen kecemasan -
Article No. 11662 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Mampu melaporkan tanda dan gejala nyeri, mampu menggunakan skala nyeri, mampu mengidentifikasi faktor pencetus nyeri, dan mampu mengevaluasi efektivitas manajemen nyeri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, seperti pemberian obat analgesik, teknik distraksi, dan relaksasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, mampu menyesuaikan aktivitas dengan kapasitas/kemampuan, dan mampu mengenali tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengaturan aktivitas, peningkatan mobilisasi, dan manajemen kelelahan.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- SDKI: Kekurangan suplai oksigen ke jantung, yang dapat menyebabkan perubahan fungsi jantung.
- SLKI: Mampu mengenali tanda-tanda gangguan perfusi jaringan kardiak, mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kapasitas, dan mampu melakukan manajemen diri terkait penyakit jantung.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus Tn. A adalah nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, peningkatan mobilisasi, dan pemantauan fungsi kardiovaskular. -
Article No. 11663 | 30 Jan 2025
Klinis : Nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyajikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nyeri, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan PPNI untuk Nyeri:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut dicirikan oleh adanya keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, dan perubahan ekspresi wajah.
- Penyebab dapat berupa cedera, infeksi, iskemia, atau proses patologis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri yang berkurang, mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri, dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi relaksasi, terapi distraksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Sebagai seorang perawat profesional, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan terkait nyeri beserta standar PPNI yang berlaku. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 11664 | 30 Jan 2025
Klinis : gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan mobilitas fisik, dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen dalam lingkungan.
Faktor Risiko:
1. Penyakit neurologis
2. Penyakit muskuloskeletal
3. Kelemahan fisik
4. Riwayat cedera
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hambatan pergerakan
2. Perubahan pola aktivitas
3. Ketidakefektifan mobilitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik
2. Aktivitas kehidupan sehari-hari
3. Kemandirian
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi aktivitas
2. Fasilitasi mobilisasi
3. Perawatan anggota gerak
Penjelasan Singkat:
Gangguan mobilitas fisik merupakan kondisi di mana pasien mengalami keterbatasan dalam bergerak secara independen di lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit neurologis, muskuloskeletal, atau kelemahan fisik. Diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi adalah hambatan pergerakan, perubahan pola aktivitas, dan ketidakefektifan mobilitas. Standar luaran keperawatan yang diharapkan adalah peningkatan mobilitas fisik, aktivitas kehidupan sehari-hari, dan kemandirian. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi aktivitas, fasilitasi mobilisasi, dan perawatan anggota gerak. -
Article No. 11665 | 30 Jan 2025
Klinis : inteRVensi dan implementasi ketidak stabilan gula darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Definisi:
Ketidakstabilan kadar gula darah adalah kondisi di mana terjadi fluktuasi atau perubahan yang tidak terkendali pada kadar glukosa dalam darah, yang dapat mengakibatkan gejala hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) atau hipoglikemia (kadar gula darah rendah).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Perubahan kadar glukosa darah yang tidak terkendali, baik hiperglikemia maupun hipoglikemia.
- Faktor Risiko: Pola makan yang tidak teratur, aktivitas fisik yang tidak seimbang, stres, penyakit penyerta, pengobatan, dan ketidakpatuhan terhadap regimen terapi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien menunjukkan stabilitas kadar gula darah, tidak mengalami episode hiperglikemia atau hipoglikemia yang mengancam jiwa, dan mampu melakukan manajemen diri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan kadar gula darah, pemberian insulin atau obat antidiabetes sesuai kebutuhan, edukasi mengenai pola makan, aktivitas fisik, dan manajemen stres, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Implementasi:
1. Pemantauan kadar gula darah secara teratur, sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Pemberian insulin atau obat antidiabetes sesuai dengan resep dokter dan kondisi klien.
3. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen diet, aktivitas fisik, dan manajemen stres dalam mengendalikan kadar gula darah.
4. Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tim kesehatan lainnya untuk mengevaluasi dan menyesuaikan rencana perawatan.
5. Evaluasi dan monitoring secara berkala untuk memastikan stabilitas kadar gula darah dan mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi dan implementasi yang komprehensif untuk mengelola ketidakstabilan kadar gula darah pada klien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11666 | 30 Jan 2025
Klinis : anak dm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat dengan latar belakang akademis, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi anak dengan Diabetes Mellitus (DM):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Penjelasan: Ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kadar glukosa darah, yang dapat menyebabkan hipoglikemia atau hiperglikemia.
2. Kesiapan Peningkatan Pengelolaan Diri
- Penjelasan: Keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kondisi DM, seperti pemantauan glukosa darah, pemberian insulin, dan modifikasi gaya hidup.
3. Resiko Komplikasi
- Penjelasan: Adanya potensi timbulnya komplikasi akibat DM, seperti kerusakan saraf, ginjal, mata, dan jantung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar luaran yang digunakan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar intervensi yang digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam kasus anak dengan DM bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 11598 | 29 Jan 2025
Klinis : perut terasa mules dan badan terasa lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menangani kondisi perut terasa mules dan badan terasa lemah, berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
- Definisi: Perubahan frekuensi, konsistensi, dan volume defekasi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kehilangan cairan dan elektrolit.
- Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, faktor psikologis, efek samping obat, dan lain-lain.
2. Kelelahan
- Definisi: Suatu sensasi fisik dan mental yang tidak menyenangkan yang terkait dengan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas.
- Penyebab: Penyakit, kurang tidur, stres, dan lain-lain.
Penjelasan Singkat:
1. Diare
- SLKI: Keseimbangan cairan, Kontrol eliminasi, Peningkatan kenyamanan.
- SIKI: Manajemen diare, Edukasi gizi, Pemantauan cairan.
2. Kelelahan
- SLKI: Tingkat energi, Manajemen aktivitas, Koping.
- SIKI: Manajemen kelelahan, Terapi aktivitas, Peningkatan tidur.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami perut terasa mules dan badan terasa lemah, sehingga dapat dikaji lebih lanjut terkait kemungkinan diare dan kelelahan yang terjadi. Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 11599 | 29 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan merasakan nyeri dibagian perut Pasien mengatakan Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan hanya disitu saja Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skala 8/6 (A/I) Pasien mengatakan sukit tidur Pasien tampak meringis Pasien tampak gelisah Pasien compos mentis dengan GCS E4M6V5 TD: 101/64 HR: 98x/menit RR: 20 x/menit SpO2: 100% T: 36,70C EWS:0
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang dirasakan seperti kerusakan.
Karakteristik Defisiensi:
- Pasien melaporkan nyeri perut yang hilang timbul dengan skala nyeri 8/6 (A/I)
- Pasien tampak meringis dan gelisah
Faktor yang Berhubungan:
- Proses penyakit atau cedera pada abdomen
Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen nyeri: Mengurangi atau menghilangkan nyeri dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
- Terapi relaksasi: Menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri.
- Edukasi: Memberikan informasi tentang nyeri dan manajemen nyeri.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien tampak lebih tenang dan rileks.
- Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
2. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Karakteristik Defisiensi:
- Pasien mengatakan sulit tidur
Faktor yang Berhubungan:
- Nyeri akut
Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen nyeri: Mengurangi atau menghilangkan nyeri dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
- Terapi relaksasi: Menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri.
- Edukasi: Memberikan informasi tentang pola tidur yang sehat.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien melaporkan dapat tidur dengan nyaman.
- Pasien tampak segar dan beristirahat.
Diagnosis keperawatan ini didasarkan pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 11600 | 29 Jan 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 45 tahun, datang dengan keluhan mual, kehilangan nafsu makan, dan ikterus selama dua minggu terakhir. Pasien memiliki riwayat kontak dengan seseorang yang didiagnosis hepatitis B. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar transaminase (AST dan ALT) dan kadar bilirubin. Apa diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk pasien ini?san e. Infeksi jamur oportunistik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk pasien ini adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi hepatitis B
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen yang dapat menyebabkan infeksi hepatitis B, yang ditandai dengan peningkatan kadar transaminase (AST dan ALT) dan bilirubin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien bebas dari komplikasi infeksi hepatitis B
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar transaminase (AST dan ALT) dan bilirubin
- Pasien tidak mengalami komplikasi seperti gagal hati atau sirosis
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi hepatitis B
- Lakukan tindakan pencegahan penularan, seperti isolasi pasien, hand hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri
- Pantau tanda-tanda vital dan status infeksi pasien secara berkala
- Berikan terapi antiviral sesuai dengan rekomendasi dokter
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan infeksi hepatitis B
2. Edukasi kesehatan
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai hepatitis B, termasuk cara penularan, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan penularan, seperti hand hygiene dan perilaku aman
- Dorong pasien untuk mematuhi regimen terapi yang direkomendasikan
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko infeksi hepatitis B" dipilih karena pasien memiliki riwayat kontak dengan seseorang yang didiagnosis hepatitis B, serta menunjukkan tanda-tanda infeksi hepatitis seperti mual, kehilangan nafsu makan, ikterus, dan peningkatan kadar transaminase dan bilirubin. Hal ini menunjukkan adanya risiko infeksi hepatitis B.
Luaran yang diharapkan adalah pasien bebas dari komplikasi infeksi hepatitis B, yang ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, penurunan kadar transaminase dan bilirubin, serta tidak mengalami komplikasi seperti gagal hati atau sirosis. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen infeksi, seperti identifikasi faktor risiko, tindakan pencegahan penularan, pemantauan status infeksi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Selain itu, edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga juga penting untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap penatalaksanaan infeksi hepatitis B.