Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11650 | 30 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan asam lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yaitu asam lambung, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- Penyebab: Asam lambung yang berlebih dapat menyebabkan iritasi pada esofagus dan bagian atas saluran pencernaan.
2. Nyeri
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Iritasi pada esofagus dan saluran pencernaan akibat asam lambung yang berlebih dapat menyebabkan nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan di atas mengacu pada SDKI yang merupakan standar diagnosis keperawatan di Indonesia.
- SDKI menyediakan definisi, penyebab, karakteristik (tanda dan gejala), serta faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa keperawatan di atas, seperti:
- Integritas Kulit: Tidak ada iritasi pada kulit/membran mukosa.
- Manajemen Nyeri: Pasien melaporkan nyeri berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan, seperti:
- Manajemen Asam Lambung: Mengatur diet, pemberian antasida, dan penggunaan obat.
- Manajemen Nyeri: Pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan teknik distraksi.
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Gangguan Integritas Kulit dan Nyeri akibat asam lambung berlebih. Intervensi keperawatan dapat dilakukan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 11651 | 30 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan asam lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan asam lambung.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan kenyamanan perut berhubungan dengan peningkatan produksi asam lambung.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan kenyamanan perut adalah keadaan individu yang mengalami ketidaknyamanan pada perut, seperti rasa mual, perih, kembung, atau nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien akan melaporkan penurunan intensitas rasa tidak nyaman pada perut.
2. Pasien akan mendemonstrasikan perilaku untuk mengelola rasa tidak nyaman pada perut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen asam lambung
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko peningkatan asam lambung
- Berikan obat antasida atau antagonis H2 sesuai resep
- Anjurkan diet rendah lemak dan asam
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
2. Manajemen nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Penjelasan ini memberikan gambaran diagnosis keperawatan dan intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani keluhan asam lambung pada pasien. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 11652 | 30 Jan 2025
Klinis : diagnosa intervensi dan implementasi, ketidak stabilan kadar glukosa dalam darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi:
Kondisi di mana terjadi fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pola makan, aktivitas fisik, stres, dan kondisi medis lainnya.
Faktor Risiko:
1. Diabetes mellitus
2. Pola makan yang tidak teratur
3. Aktivitas fisik yang tidak seimbang
4. Stres psikologis
5. Kondisi medis lainnya seperti penyakit hati atau ginjal
Tanda dan Gejala:
1. Gejala hiperglikemia: rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, pandangan kabur, lelah, dan mual.
2. Gejala hipoglikemia: merasa lapar, gemetar, pusing, berkeringat, dan kebingungan.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah
2. Manajemen Terapi Diabetes
3. Edukasi Pengelolaan Diabetes
4. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
5. Manajemen Nutrisi
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Memonitor kadar glukosa darah secara teratur sesuai jadwal
2. Mengatur dan memantau pemberian obat antidiabetes sesuai resep
3. Memberikan edukasi tentang pengelolaan diabetes, termasuk diet, aktivitas, dan pemantauan glukosa
4. Membantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas fisik yang sesuai
5. Mengatur pola makan dan asupan nutrien sesuai kebutuhan
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus untuk mengelola ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien. -
Article No. 11653 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.4
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian obat-obatan kardiovaskuler, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh Tn. A, yaitu nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, sesak napas, nyeri uluh hati, mual, berkeringat dingin, dan lemas, serta hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan EKG yang menunjukkan adanya Recent MI, maka diagnosis yang sesuai adalah Infark Miokard Akut, tidak ditentukan (I21.4).
Terkait dengan tindakan medis, Tn. A telah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual, Beta-blocker (metoprolol), dan Atorvastatin, yang dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM 93.90 untuk pemberian obat-obatan kardiovaskuler.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan medis harus ditegakkan dan ditetapkan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berwenang berdasarkan hasil pemeriksaan dan anamnesis yang lengkap. -
Article No. 11654 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, mengalami kondisi yang dapat didiagnosis sebagai Sindrom Koroner Akut (SKA).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia miokard sekunder dari penyakit arteri koroner
2. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan disfungsi pompa jantung
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, dan Ansietas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Misalnya, untuk diagnosa Nyeri Akut, luaran yang diharapkan adalah pengurangan nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan peningkatan kepuasan pasien terhadap pengelolaan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan panduan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. Contoh intervensi untuk diagnosa Nyeri Akut dapat berupa pemberian analgesik, manajemen nyeri non-farmakologis, dan edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Secara keseluruhan, SDKI-SLKI-SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan praktik keperawatan yang baik dan terpadu. -
Article No. 11655 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Tn. A. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda alami, sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard, ditandai dengan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, skala nyeri 8 dari 10, disertai sesak napas, mual, dan berkeringat.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output, ditandai dengan lemas, pernapasan cuping hidung, dan keterbatasan dalam beraktivitas.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kondisi kesehatan, ditandai dengan cemas dan gelisah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
a. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
b. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik atau psikologis.
c. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Nyeri terkontrol: Individu melaporkan nyeri terkendali atau berkurang.
b. Toleransi aktivitas meningkat: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
c. Kecemasan terkendali: Individu dapat mengendalikan respons cemas.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri yang dialami individu.
b. Peningkatan toleransi aktivitas: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Manajemen kecemasan: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan respons cemas yang dialami individu.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda, Tn. A. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. Wassalamualaikum. -
Article No. 11656 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn. A adalah:
1. Nyeri Jantung Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan aktual atau potensial pada struktur atau fungsi jantung.
Penjelasan Singkat:
- Tn. A mengalami keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dengan intensitas 8 dari 10 skala nyeri.
- Nyeri dirasakan seperti ditekan dan disertai dengan gejala-gejala lain seperti sesak napas, mual, dan berkeringat dingin.
- Temuan fisik menunjukkan tanda-tanda iskemia miokard seperti pernapasan cuping hidung, S3 pada suara jantung, dan perubahan hasil EKG.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik.
Penjelasan Singkat:
- Tn. A tampak lemas dan kulit pucat, mengeluh badan terasa lemas.
- Hal ini menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas akibat kondisi jantungnya.
3. Kecemasan (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan dalam kehidupan yang tidak dapat diprediksi atau dikontrol.
Penjelasan Singkat:
- Tn. A tampak cemas dan gelisah, menunjukkan respon emosional terhadap kondisi kesehatannya yang memburuk.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia. Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang terstandar dan komprehensif dalam proses pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan. -
Article No. 11657 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien Tn. A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan klien.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan klien.
2. Ketidakefektifan pola napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Risiko penurunan toleransi untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengatasi intoleransi aktivitas.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mencegah atau mengatasi intoleransi aktivitas.
4. Cemas
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ketegangan, perubahan, atau ancaman yang dirasakan.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi kecemasan yang dialami klien.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mengurangi kecemasan yang dialami klien.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri akut: Klien mengalami nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dengan intensitas 8 dari 10 skala nyeri. Hal ini membutuhkan intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan.
2. Ketidakefektifan pola napas: Klien mengalami sesak napas, dengan pernapasan cuping hidung. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas: Klien tampak lemas dan kulit pucat, serta adanya edema pada ekstremitas bawah. Hal ini menunjukkan adanya risiko penurunan toleransi untuk melakukan aktivitas rutin.
4. Cemas: Klien tampak cemas dan gelisah, hal ini menunjukkan adanya respon emosional dan psikologis terhadap kondisi yang dihadapi.
Perawat perlu memberikan intervensi yang sesuai dengan standar SLKI dan SIKI untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang teridentifikasi. -
Article No. 11658 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien Tn. A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
Klien mengalami nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dengan intensitas 8 dari 10. Nyeri dirasakan seperti ditekan dan disertai gejala lain seperti sesak napas, nyeri uluh hati, mual, dan berkeringat dingin.
2. Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Penurunan Curah Jantung
- SLKI: Manajemen Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
Klien menunjukkan tanda-tanda penurunan curah jantung, seperti nadi tidak teratur, tekanan darah tinggi, serta ditemukan S3 pada auskultasi jantung. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan fungsi jantung, seperti serangan jantung.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
Klien mengalami keluhan kelelahan dan kelemahan yang ditandai dengan tampak lemas, serta sesak napas saat beraktivitas. Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan klien, seperti manajemen nyeri, manajemen sirkulasi, dan manajemen energi. Dengan pendekatan yang berpusat pada klien dan keluarga, perawat dapat memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kualitas hidup klien. -
Article No. 11659 | 30 Jan 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragama islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi:Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3- 0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg Sesuaikan dengan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard, ditandai dengan klien mengeluhkan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, nyeri uluh hati, dan nyeri seperti ditekan dengan intensitas 8 dari 10.
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan, ditandai dengan klien tampak cemas dan gelisah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung, ditandai dengan klien merasa lemas dan napas pendek.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah klien melaporkan nyeri terkontrol. Intervensi keperawatan meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, manajemen nyeri non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, Edukasi kesehatan, Pemberian obat, Terapi relaksasi.
2. Kecemasan:
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah klien menunjukkan tingkat kecemasan yang terkontrol. Intervensi keperawatan meliputi pengkajian kecemasan, pemberian terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
- SIKI: Manajemen kecemasan, Terapi relaksasi, Dukungan emosional.
3. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan meliputi pengkajian aktivitas, pembatasan aktivitas, dan peningkatan aktivitas bertahap.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Perawatan diri, Terapi latihan.
Berdasarkan kondisi Tn. A, perawat dapat menggunakan diagnosa keperawatan dan intervensi sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar.