Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11703 | 31 Jan 2025
Klinis : pasien hb 5,3 pasien mengatakan ada darah keluar melalui vagina pasien kesulitan menahan kencing, namun kencing hanya keluar sedikit bc +500cc, uo 0,7 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisiensi Volume Cairan (NANDA-I: Deficient Fluid Volume)
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel.
Karakteristik Definisi: Hb 5,3 (rendah), pasien mengatakan ada darah keluar melalui vagina, pasien kesulitan menahan kencing namun kencing hanya keluar sedikit, dan output urin 0,7 cc (rendah).
2. Inkontinensia Urin (NANDA-I: Urinary Incontinence)
Definisi: Ketidakmampuan mengontrol pengeluaran urin.
Karakteristik Definisi: Pasien kesulitan menahan kencing, namun kencing hanya keluar sedikit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Defisiensi Volume Cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Terjadi peningkatan kadar Hb
2. Inkontinensia Urin
- Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin
- Tidak terjadi kebocoran urin
- Pasien mampu mempertahankan pola berkemih yang normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Defisiensi Volume Cairan
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien
- Monitor intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi penggantian darah jika diperlukan
2. Inkontinensia Urin
- Kaji pola berkemih pasien
- Ajarkan teknik kontraksi otot panggul (Kegel exercise)
- Atur pola berkemih sesuai jadwal
- Berikan bantuan perawatan higiene genital
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis atau pembedahan jika diperlukan
Penjelasan tambahan:
Pasien dengan Hb 5,3 mengindikasikan adanya defisiensi volume cairan akibat perdarahan. Perdarahan yang terjadi melalui vagina serta kesulitan menahan kencing dan output urin yang rendah menunjukkan potensi gangguan sistem urinaria. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Defisiensi Volume Cairan dan Inkontinensia Urin. Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memulihkan volume cairan yang adekuat, serta membantu pasien dalam mengontrol pengeluaran urin. Intervensi keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemantauan yang ketat sangat diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya bersedia untuk membantu.Wassalamualaikum. -
Article No. 11704 | 31 Jan 2025
Klinis : nyeri paha kiri, dan lengan bawah kiri post jatuh, sadar penuh (+), muntah (-), pusing (-), nyeri pada wajah kiri(+) epistaksis (+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penyebab: Trauma akibat terjatuh yang menyebabkan cedera pada paha kiri dan lengan bawah kiri.
Gejala dan Tanda:
- Nyeri pada paha kiri dan lengan bawah kiri
- Nyeri pada wajah kiri
- Epistaksis (mimisan)
2. Risiko Perdarahan
Definisi: Rentan terhadap pengurangan volume cairan darah yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Epistaksis (mimisan) yang muncul setelah trauma.
Gejala dan Tanda:
- Epistaksis (mimisan)
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, dan/atau rentang gerak.
Penyebab: Trauma akibat terjatuh yang menyebabkan cedera pada paha kiri dan lengan bawah kiri.
Gejala dan Tanda:
- Nyeri pada paha kiri dan lengan bawah kiri
- Keterbatasan dalam pergerakan fisik
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosis keperawatan yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terstandar, dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 11705 | 31 Jan 2025
Klinis : nyeri paha kiri, dan lengan bawah kiri post jatuh, sadar penuh (+), muntah (-), pusing (-), nyeri pada wajah kiri(+) epistaksis (+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik setelah jatuh, ditandai dengan nyeri pada paha kiri, lengan bawah kiri, dan wajah kiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, terapi modalitas fisik, dan edukasi pasien.
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan trauma fisik akibat jatuh, ditandai dengan adanya luka dan epistaksis (mimisan).
Penjelasan Singkat:
SDKI: Integritas kulit terganggu didefinisikan sebagai kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya.
SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah luka membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka, pemberian obat-obatan topikal, dan pencegahan infeksi.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 11706 | 31 Jan 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing berputar sejak kemarin pagi, sering tiba tiba pigsan sejak malam 3x dengan durasi kurang lebih 30 menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala yang dipaparkan, yakni pusing berputar dan sering pingsan, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode R42 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk menggambarkan kondisi pusing berputar (vertigo) yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Vertigo dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem vestibular, gangguan neurologis, atau kondisi medis lainnya.
Selain itu, gejala pingsan yang sering terjadi juga dapat dikaitkan dengan kondisi vertigo. Pingsan (sinkope) dapat menjadi komplikasi dari vertigo, terutama jika terjadi pada posisi berdiri atau perubahan posisi tiba-tiba.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik yang dapat diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dapat ditentukan dari informasi yang diberikan.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada rincian mengenai prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi ini. Diagnosis vertigo (R42) biasanya didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan, seperti pemeriksaan neurologis, pemeriksaan telinga, atau pemeriksaan keseimbangan. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan secara spesifik. -
Article No. 11707 | 31 Jan 2025
Klinis : COR
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi COR (Cardiac Output Reduced).
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung (Cardiac Output Reduced)
Penjelasan Singkat:
Penurunan Curah Jantung (Cardiac Output Reduced) adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien dengan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), karakteristik definisi ini meliputi:
- Adanya perubahan frekuensi jantung
- Adanya perubahan irama jantung
- Adanya perubahan tekanan darah
- Adanya perubahan perfusi jaringan
- Adanya perubahan volume cairan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjelaskan bahwa hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan penurunan curah jantung adalah:
- Perfusi jaringan membaik
- Homeostasis cairan tubuh terpelihara
- Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan baik
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti:
- Pantau tanda-tanda vital
- Atur posisi tidur pasien
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang terstandar, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas pada pasien dengan penurunan curah jantung. -
Article No. 11708 | 31 Jan 2025
Klinis : CKR
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi CKR (Cidera Kepala Ringan).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang normal akibat faktor internal dan eksternal.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengevaluasi kerusakan integritas kulit.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memperbaiki integritas kulit.
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- SDKI: Kondisi di mana terjadi perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
- SDKI: Kondisi di mana terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- SLKI: Intervensi untuk mempertahankan perfusi jaringan otak yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan perfusi jaringan otak yang optimal.
Sebagai perawat, kami akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan CKR. Hal ini bertujuan untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 11626 | 30 Jan 2025
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dalam kondisi pola napas tidak efektif.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pola napas tidak efektif adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI 2018). Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi" (SDKI 2018). Dalam kondisi ini, pasien mengalami ketidakmampuan untuk menjaga pola napas yang adekuat, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen-karbon dioksida dalam darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Ventilasi Paru: Pasien dapat mempertahankan ventilasi paru yang adekuat, ditandai dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit, kedalaman napas normal, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
b. Oksigenasi: Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat, ditandai dengan saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal (95-100%) dan tidak ada sianosis.
c. Status Pernapasan: Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, ditandai dengan irama napas teratur, kedalaman napas normal, dan tanpa ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Pernapasan:
- Pantau frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas pasien.
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan, seperti retraksi, paradoks, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- Pantau saturasi oksigen (SpO2) dan nilai gas darah, jika perlu.
b. Manajemen Jalan Napas:
- Bersihkan jalan napas dengan tindakan suction, jika perlu.
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
c. Manajemen Ventilasi:
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragmatik atau pernapasan pursed-lip.
- Berikan bantuan ventilasi mekanik, jika diperlukan, untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan terapi tambahan, seperti bronkodilator atau pengobatan lainnya.
d. Edukasi dan Dukungan:
- Edukasikan pasien dan keluarga mengenai pentingnya mempertahankan pola napas yang efektif.
- Berikan dukungan emosional dan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi pernapasan.
Dengan penerapan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) yang telah dijelaskan secara rinci, diharapkan dapat membantu pasien dengan kondisi pola napas tidak efektif untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, serta mencapai pola napas yang efektif. -
Article No. 11627 | 30 Jan 2025
Klinis : defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "defisit nutrisi":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "defisit nutrisi" adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosa ini menggambarkan keadaan klien yang mengalami ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh, sehingga terjadi penurunan berat badan atau gagal tumbuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan klien dengan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Berat Badan: Berat badan klien meningkat sesuai dengan usia dan tinggi badan.
b. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Kadar elektrolit dalam darah klien berada dalam rentang normal.
c. Intake Nutrisi: Asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
d. Pengetahuan: Klien dan keluarga memahami faktor-faktor yang memengaruhi status nutrisi dan cara meningkatkan asupan nutrisi.
e. Partisipasi dalam Perawatan: Klien dan keluarga terlibat aktif dalam upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada klien dengan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh", diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
a. Pengkajian Nutrisi: Menilai status nutrisi klien, termasuk riwayat asupan, berat badan, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
b. Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang nutrisi yang adekuat, cara meningkatkan asupan, dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
c. Manajemen Asupan Nutrisi: Membantu klien meningkatkan asupan nutrisi melalui pemberian makanan yang sesuai, suplementasi nutrisi, atau pemberian nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan.
d. Kolaborasi dengan Ahli Gizi: Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Pemantauan Status Nutrisi: Melakukan pemantauan rutin terhadap berat badan, kadar elektrolit, dan indikator status nutrisi lainnya.
f. Dukungan Psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada klien dan keluarga untuk meningkatkan motivasi dalam mencapai tujuan nutrisi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan klien dengan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan status nutrisi dan kesehatan secara keseluruhan. -
Article No. 11628 | 30 Jan 2025
Klinis : gangguan mobilitas fisik karena AML
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai kondisi gangguan mobilitas fisik karena AML (Acute Myeloid Leukemia) dari sudut pandang seorang perawat profesional.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Gangguan mobilitas fisik
Diagnosa keperawatan ini sesuai karena pasien dengan AML dapat mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas fisik secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan, nyeri, dan lemahnya kondisi fisik akibat efek dari penyakit dan pengobatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan mobilitas
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas fisik, yang ditandai dengan:
- Peningkatan rentang gerak sendi
- Peningkatan kekuatan otot
- Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Penurunan rasa nyeri yang mengganggu mobilitas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen mobilitas
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas, seperti kondisi penyakit, efek samping pengobatan, dan kenyamanan pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Membantu pasien melakukan latihan gerak sendi dan latihan kekuatan otot secara bertahap.
- Memfasilitasi aktivitas sehari-hari dengan menggunakan alat bantu, jika diperlukan.
- Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien selama latihan.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mempertahankan mobilitas.
b. Manajemen nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dialami pasien, seperti lokasi, kualitas, frekuensi, dan faktor penyebab.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan terapi analgesik yang sesuai.
- Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Memantau efektivitas manajemen nyeri dan melakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
c. Manajemen kelelahan
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien, seperti anemia, penurunan napsu makan, dan efek samping pengobatan.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Membantu pasien menyusun jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Mengajarkan teknik manajemen energi, seperti melakukan aktivitas secara bertahap dan melakukan istirahat yang cukup.
- Memantau dan mendokumentasikan tingkat kelelahan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan gangguan mobilitas fisik akibat AML dapat mencapai peningkatan mobilitas, penurunan nyeri, dan manajemen kelelahan yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan memfasilitasi proses pemulihan. -
Article No. 11629 | 30 Jan 2025
Klinis : risiko jatuh karena AML
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh karena AML (Acute Myeloid Leukemia):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Jatuh". Pasien dengan AML memiliki risiko jatuh yang tinggi karena kondisi medis dan efek samping pengobatan yang dapat menyebabkan kelemahan, pusing, dan mudah lelah. AML dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, mengakibatkan gangguan keseimbangan dan koordinasi yang meningkatkan risiko jatuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi tubuh yang baik selama perawatan.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan mandiri.
3. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko jatuh.
4. Pasien tidak mengalami cedera akibat jatuh selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Asesmen risiko jatuh secara komprehensif, meliputi faktor intrinsik (usia, kondisi medis, efek samping pengobatan) dan faktor ekstrinsik (lingkungan sekitar pasien).
2. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh, tanda-tanda peringatan, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
3. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, seperti memastikan area sekitar pasien bebas dari potensi bahaya, memasang pegangan di kamar mandi, dan menyediakan alat bantu mobilisasi.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk latihan keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot.
5. Pemantauan ketat selama aktivitas, terutama saat mobilisasi, untuk mencegah terjadinya jatuh.
6. Dokumentasi secara akurat mengenai riwayat jatuh, penilaian risiko, dan tindakan yang dilakukan.
7. Evaluasi dan penyesuaian intervensi keperawatan secara berkala berdasarkan respon pasien.
Penjelasan rinci:
Pasien dengan AML memiliki risiko jatuh yang tinggi karena kondisi medis dan efek samping pengobatan, seperti kelemahan, pusing, dan mudah lelah. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Jatuh". Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan keseimbangan dan koordinasi tubuh pasien, memastikan keamanan dan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, serta mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup asesmen risiko jatuh secara komprehensif, edukasi pasien dan keluarga, modifikasi lingkungan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, pemantauan ketat, dokumentasi yang akurat, serta evaluasi dan penyesuaian intervensi secara berkala. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk meminimalkan faktor risiko jatuh, meningkatkan keselamatan dan kemandirian pasien, serta mencegah terjadinya cedera yang dapat memperburuk kondisi pasien.