Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13639 | 10 Mar 2025
Klinis : Bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertumbuhan Neonatus
- Definisi: Ketidakmampuan bayi baru lahir untuk mencapai potensi pertumbuhan yang optimal.
- Penyebab: Faktor prenatal (malnutrisi maternal, infeksi), faktor intranatal (kelahiran prematur), dan faktor postnatal (nutrisi inadekuat).
2. Risiko Hipotermia
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Penyebab: Prematuritas, lingkungan dingin, ketidakstabilan suhu lingkungan, dan kurangnya lapisan lemak subkutan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Kerentanan terhadap masuknya dan berkembangbiaknya organisme patogen.
- Penyebab: Imaturitas sistem imun, paparan lingkungan, dan prosedur invasif.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia, mencakup definisi, penyebab, gejala, dan fokus asuhan keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia, mencakup kriteria hasil dan indikator yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia, mencakup definisi, aktivitas, dan rasional intervensi keperawatan.
Dalam kondisi bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempromosikan pertumbuhan, mencegah hipotermia, dan mengurangi risiko infeksi pada bayi. -
Article No. 13640 | 10 Mar 2025
Klinis : Bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk bayi baru lahir 2 jam dengan berat badan lahir rendah adalah:
1. Risiko Hipotermia
- Penjelasan singkat:
Bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipotermia karena kemampuan thermoregulasi yang belum optimal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi bayi.
2. Risiko Gangguan Perkembangan
- Penjelasan singkat:
Bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko mengalami gangguan perkembangan, terutama pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Diperlukan intervensi yang tepat untuk mendukung perkembangan bayi.
Sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Diagnosa Keperawatan ini dapat diuraikan menggunakan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
1. Risiko Hipotermia
- SDKI: Risiko Hipotermia
- SLKI: Termoregulasi Efektif
- SIKI: Manajemen Hipotermia
2. Risiko Gangguan Perkembangan
- SDKI: Risiko Gangguan Perkembangan
- SLKI: Perkembangan Optimal
- SIKI: Pemantauan Perkembangan
Dalam kondisi ini, dengan persona "pakar" dan "nurse", diharapkan Anda dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13641 | 10 Mar 2025
Klinis : Bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berat badan lahir rendah
- Penjelasan: Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas, seperti menangis, menyusu, dan pergerakan yang terbatas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Bayi menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan kondisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, mengatur lingkungan yang nyaman, dan memberikan dukungan nutrisi yang adekuat untuk memfasilitasi pemulihan.
2. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah
- Intervensi: Memberikan perawatan khusus seperti termoregulasi, nutrisi enteral/parenteral, dan pemantauan ketat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penjelasan Singkat:
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko intoleransi aktivitas karena keterbatasan energi dan kemampuan fisik. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan toleransi aktivitas melalui intervensi manajemen energi dan perawatan khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah. Perawat berperan dalam memantau tanda-tanda vital, mengatur lingkungan yang nyaman, memberikan dukungan nutrisi, dan melakukan perawatan spesifik untuk mendukung pemulihan dan perkembangan bayi. -
Article No. 13642 | 10 Mar 2025
Klinis : Bayi baru lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan lahir rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (2 jam setelah kelahiran) dapat memiliki beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut adalah contoh diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkatnya:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipotermia
- SDKI: Risiko Gangguan Pemeliharaan Suhu Tubuh
- SLKI: Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
- SIKI: Manajemen Hipotermia
Penjelasan singkat:
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi mengalami hipotermia karena kemampuan untuk mengatur suhu tubuh yang belum sempurna. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal dengan menggunakan metode seperti perawatan kanguru, inkubator, atau pemantauan suhu secara berkala.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Nutrisi
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Nutrisi Adekuat
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan singkat:
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko mengalami gangguan nutrisi karena kemampuan menyusu yang belum optimal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memastikan asupan nutrisi yang adekuat melalui pemberian ASI atau susu formula secara tepat, serta memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Bebas Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan singkat:
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi mengalami infeksi karena sistem imun yang belum optimal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan dan sterilitas lingkungan, melakukan pemantauan tanda-tanda infeksi, serta menerapkan tindakan pencegahan infeksi secara komprehensif.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai dapat bervariasi tergantung pada kondisi khas setiap bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. Evaluasi dan modifikasi rencana asuhan keperawatan harus dilakukan secara berkala sesuai dengan perkembangan kondisi bayi. -
Article No. 13643 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien Ny. N usia 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah, bagian kiri bawah, nyeri memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri hilang timbul dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan juga BAB bercampur darah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya. Namun ada keluarga yang pernah menderita tumor. Hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, Td: 111/86 mmHg, N: 106 x/menit, RR: 24x/ menit, S: 36,5oC. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, sklera ikterik, di leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, membrane mukosa pucat. Hasil pemeriksaan paru simetris kiri dan kanan, suara napas vesikuler. Pemeriksaan jantung, ictus cordis teraba 2 jari di RIC 5 LMCS, auskultasi terdengar bunyi jantung I dan II, bising (-). Hasil pemeriksaan abdomen, tampak distensi, tidak ada bekas luka, terdapat benjolan di bagian kiri bawah ukuran sekitar 4-5 cm, bising usus (+), nyeri tekan (+). Ekstremitas tidak ada kelainan, CRT >3 detik. Pasien mengalami penurunan berat badan, IMT 17,3, tidak nafsu makan sejak 8 bulan belakangan. Pasien juga mengalami BAB tidak teratur, kadang sekali 4 hari akdang sekali seminggu, BAB yang keluar kecil-kecil, seperti kotoran kambing disertai darah dan nyeri saat BAB. Nyeri abdomen terasa menusuk, skala nyeri 8, nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan ia memiliki riwayat suka mengkonsumsi daging dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah, pasien juga suka mengkomsumsi makanan olahan (fast food). Hasil pemeriksaan penunjang Hb: 7,2 g/dl, leukosit 22.120/mm3 , trombosit 284.000/mm3 , Ht 30%, eritrosit 3,8 jt/mm3 , MCV 78, MCH 26. Hasil ronxent abdomen terdapat massa pada bagian kiri bawah area sigmoid. Pasien direncanakan untuk tindakan operasi. Pasien mengatakan takut dan cemas untuk dioperasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Ny. N adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (tumor) yang ditandai dengan nyeri abdomen bagian bawah dan kiri bawah, skala nyeri 8, nyeri hilang timbul.
2. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan pola makan yang tidak sehat (suka mengonsumsi daging, fast food, kurang sayur dan buah).
3. Kecemasan berhubungan dengan rencana tindakan operasi yang akan dilakukan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Risiko malnutrisi: Keadaan gizi yang buruk akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat.
3. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol, Tingkat nyeri menurun, Perilaku mengatasi nyeri meningkat.
2. Status gizi membaik, Berat badan meningkat, Asupan nutrisi memadai.
3. Kecemasan terkendali, Tingkat kecemasan menurun, Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri, Terapi farmakologi, Distraksi.
2. Manajemen nutrisi, Edukasi gizi, Monitor status gizi.
3. Manajemen kecemasan, Terapi relaksasi, Dukungan emosional. -
Article No. 13644 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan EKG, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien wanita usia 60 tahun mengalami gejala-gejala yang mengarah pada infark miokard akut, yaitu nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hasil EKG menunjukkan adanya infark miokard akut. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular.
Berdasarkan informasi klinis tersebut, kode ICD-10 yang sesuai adalah I21.0, yang merujuk pada infark miokard akut transmural dinding anterior. Infark miokard akut merupakan kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera.
Selain itu, prosedur medis yang dilakukan adalah pemantauan EKG, yang memiliki kode ICD-9-CM 93.90. Pemantauan EKG merupakan tindakan diagnostik penting untuk mendeteksi dan memantau kondisi infark miokard akut pada pasien. -
Article No. 13645 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan pertukaran gas: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri dapat dikendalikan dengan intervensi keperawatan.
2. Pertukaran gas membaik: Pasien menunjukkan perbaikan dalam pertukaran gas.
3. Keseimbangan nutrisi membaik: Pasien menunjukkan perbaikan dalam status nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi/mengontrol faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
2. Manajemen jalan napas: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi pernapasan.
3. Terapi nutrisi: Tindakan untuk menyediakan, memodifikasi, dan mengevaluasi asupan nutrisi yang adekuat.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk menangani kondisi pasien tersebut. -
Article No. 13646 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 28 tahun, datang dengan keluhan utama pusing, mual dan muntah, sesak nafas, lemas, diare 5x/hari dengan konsistensi cair. Kesadaran compos mentis GCS (Glasglow Coma Scale) 15, Tinggi Badan: 175 cm, Berat Badam: 51,3 kg, IMT (Indeks Massa Tubuh): 16,76 Kg/M2 (kurus), TTV (Tanda-tanda vital), Tekanan Darah: 121/86 mmHg, suhu: 36,6OC, nadi: 70 x/mnt, pernafasan: 22 x/mnt. Riwayat penyakit sekarang sesak nafas, lemas, belum BAB semenjak masuk rumah sakit, tidak nafsu makan. Riwayat penyakit keluarga mempunyai riwayat hipertensi, dan asma. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Saat masuk RS klien didiagnosa TB Paru dengan Pneumothorax sinistra. Klien mendapat cairan normal saline per 12 jam : Ringer AS + 75 RL D40%/ 24 jam, Cotrimoxazole 2 x 960 mg, Curcuma 3x1, Nymiko 4x1, Acetylcysteine 3 x 200 mg, OAT R/II/Z/E 450/350/1000/1000, Cefoperazone 2 x 2gr, Flukonazole 1 x 200 mg/ 1 jam. Klien makan hanya mampu menghabiskan 1⁄4 porsi makan dengan program diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) 2000 P75 L35, Putih telur 3x1 dan pisang 3x1. Pemeriksaan fisik kepala dan leher tidak ada temuan abnormal, semua simetris dan ditak ditemukan sumbatan ataupun abnormalitas bentuk, pergerakan bola mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor, ada pernafasan cupping hidung, mulut tidak ada masalah, gigi lengkap, telinga tidak ada pembengkakan, benjolan, atau sumbatan sekresi. Pada bagian dada ditemukan adanya retraksi dinding dada, klien terpasang selang WSD, denyut apical teraba, taktil fremitus meredup pada bagian apex sinistra, perkusi hipersonor pada bagian sinistra, terdengar suara ronchi pada paru sinistra anterior ICS 4-6. Pemeriksaan fisik pada bagian abdomen Inspeksi tampak normal tidak ada kelainan warna, bentuk, atau luka pada area abdomen. Auskultasi bising usus 20 kali/menit. Pada saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan bagian kanan atas, skala 6/10, seperti tertindih. Perkusi tidak ditemukan suara abnormal pada abdomen. Klien dilakukan pemeriksaan penunjang AGD (Analisa gas darah). Hasil pemeriksaan penunjang ph 7.586 (N: 7.350 –7.450), P CO2 20.3 (N: 35 – 45), P O2 116.0 (N: 83 – 108), SPO2 98.7 (N: 85 – 99), HCO3 19.5 (N: 21 – 28), TCO2 20,1 (N: 23 – 27), HB 8.1 (N: 14 – 16). Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL) dan pemeriksaan elektrolit sebagai berikut hematokrit 22.7 (N: 40 – 48), Eritrosit 2.49 (N: 4,60 – 6,20), Natrium (Na) 122 (N: 135 – 150), Kalium (K) 3.7 (N: 3,6 – 5,5), Klorida (Cl) 87 (N: 94 -111). Eliminasi BAB sebelum sakit 1x/hari setelah sakit klien belum BAB, BAK sebelum sakit 4x/hari, setelah sakit 5x/ hari, warna: kuning pekat, konsistensi cair. Aktivitas klien dibantu orang lain. Klien terpasang oksigen nasal kanul 4 lpm. Pola tidur tidak ada gangguan, pola persepsual tidak ada gangguan, pola persepsi klien mengatakan penyakit yang ia derita karena Allah SWT yang memberikannya. Pola seksual klien aktif melakukan aktivitas seksual satu minggu sekali dengan pasangan yang berbeda-beda. Komunikasi dan hubungan dengan keluarga kurang baik, karena setelah lulus SMA klien sudah merantau ke ibu kota.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Intake Makanan Tidak Adekuat Ditandai dengan Berat Badan Menurun.
2. Perubahan Pola Napas Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Sesak Napas.
3. Diare Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Frekuensi Buang Air Besar 5x/hari Konsistensi Cair.
4. Fatigue Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Keluhan Lemah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Intake Makanan Tidak Adekuat Ditandai dengan Berat Badan Menurun.
SDKI: Definisi - Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Etiologi - Intake makanan tidak adekuat, malabsorpsi, katabolisme yang meningkat. Gejala & Tanda - Berat badan menurun, lemah, pucat, perubahan struktur dan fungsi jaringan.
SLKI: Hasil yang Diharapkan - Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal, tidak ada tanda kekurangan nutrisi.
SIKI: Intervensi - Pantau asupan dan output nutrisi, Berikan diet tinggi kalori-tinggi protein, Kolaborasi dengan ahli gizi.
2. Perubahan Pola Napas Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Sesak Napas.
SDKI: Definisi - Perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama napas dari pola napas normal. Etiologi - Proses penyakit. Gejala & Tanda - Sesak napas, napas dangkal, napas cepat.
SLKI: Hasil yang Diharapkan - Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa hambatan.
SIKI: Intervensi - Monitor tanda-tanda vital, Berikan oksigen sesuai kebutuhan, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator.
3. Diare Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Frekuensi Buang Air Besar 5x/hari Konsistensi Cair.
SDKI: Definisi - Pengeluaran feses cair atau setengah padat yang frekuensinya lebih sering dari normal. Etiologi - Proses penyakit, malabsorpsi, infeksi. Gejala & Tanda - Frekuensi BAB meningkat, konsistensi feses cair.
SLKI: Hasil yang Diharapkan - Pasien dapat mempertahankan pola BAB normal.
SIKI: Intervensi - Monitor intake dan output cairan, Berikan diet rendah serat, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antidiare.
4. Fatigue Berhubungan dengan Proses Penyakit Ditandai dengan Keluhan Lemah.
SDKI: Definisi - Keadaan di mana individu mengalami kelelahan yang berkepanjangan dan berkurangnya energi untuk melakukan aktivitas. Etiologi - Proses penyakit, anemia, malnutrisi. Gejala & Tanda - Keluhan lemah, aktivitas menurun.
SLKI: Hasil yang Diharapkan - Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
SIKI: Intervensi - Monitor tanda-tanda vital, Bantu pasien melakukan aktivitas, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 13647 | 10 Mar 2025
Klinis : batuk disertai dengan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk disertai dengan demam.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala dan tanda mayor: Batuk produktif, adanya secret/sputum, dan dispnea.
Gejala dan tanda minor: Peningkatan frekuensi napas, bunyi napas tambahan, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Jalan napas terbuka dan bersih, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, dan frekuensi napas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen jalan napas, oksigenasi, fisioterapi dada, edukasi manajemen batuk, dan kolaborasi pemberian terapi farmakologis.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi batuk disertai demam adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka sehingga pasien dapat bernapas dengan efektif. -
Article No. 13648 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki, Tuan K berusia 55 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, status menikah, pekerjaan karyawan swasta, beralamat di lamongan, dirawat di ICU sejak 3 hari yang lalu (tanggal 15 Maret 2020) dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. Riwayat nyeri dirasakan saat di rumah pada tanggal 18 Maret 2020 jam 06.00 merasakan nyeri setelah beraktivitas disertai sesak nafas. Kemudian klien dibawa ke IGD dan dipindah ke ruang perawatan intensif. Hasil pengkajian (tanggal 18 Maret 2020 pukul 09.00) menunjukkan bahwa klien masih mengeluh nyeri. Nyeri dirasakan seperti tertindih beban yang sangat berat, dengan skala nyeri 6, nyeri dirasakan di bagian dada kiri menjalar ke punggung dan hilang timbul sekitar 15-20 menit. Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, tetapi hanya mengkonsumsi obat herbal, jarang control ke RS ataupun puskemas. Pemeriksaan fisik dan TTV menunjukkan hasil berikut: keadaan umum pasien lemah, terpasang infus dengan cairan RL di tangan kiri, Suhu 36,8 o C; nadi 96 x/menit; Tekanan Darah 130/88 mmHg, hasil auskultasi bunyi jantung I dan II tunggal,; nafas pendek dan cepat dengan RR 28 x/menit; Saturasi O2 96% dengan menggunakan nasal kanul 4 lpm, auskultasi suara nafas vesikuler di lapang paru kanan dan kiri, GCS E4V5M6. Terpasang kateter sejak di IGD dengan produksi urin 350 cc/ 7 jam. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien belum BAB sejak dirawat di RS. Kekuatan otot 5 pada kedua ektremitas atas dan bawah. Hasil EKG pada tanggal 18 Maret 2020 menunjukkan adanya left anterior hipertopi, sinus takikardi, aberrant ventricular complex found. Hasil laboratorium menunjukkan: Kalium: 3,34; Hb 12,7; Leukosit 7.600; hematocrit 35,5; eritrosit 4.568.000; trombosit 376.000; GDS: 156; serum kreatinin: 0,83; urea: 16,5; SGOT: 20; SGPT: 26; natrium: 143; Klorida: 99. Terapi yang diberikan oleh dokter yaitu: IVFD 500 cc/24 jam; Furosemid Inj 2 x20 mg; Pumpicel inj 1 x 40 mg; arixtra inj 1 x 2,5 mg; ISDN 3 x 5 mg PO; Codein 3 x10 mg PO; spironolactone 1 x 25 mg PO; ASA 1 x 80 mg PO; CPG 1 x 75 mg PO.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan sebagai ST elevasi atau non-ST elevasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan hemodinamik, tidak dinyatakan lebih lanjut
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak dinyatakan sebagai ST elevasi atau non-ST elevasi) sesuai dengan gejala nyeri dada yang dirasakan oleh pasien, disertai dengan hasil EKG yang menunjukkan adanya left anterior hipertrofi, sinus takikardi, dan aberrant ventricular complex found. Kondisi ini mengarah pada diagnosis infark miokard akut.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 93.90 (Pemantauan hemodinamik, tidak dinyatakan lebih lanjut) sesuai dengan tindakan medis yang diberikan, yaitu pemasangan infus dan pemberian berbagai obat-obatan seperti Furosemid, Pumpicel, Arixtra, ISDN, Codein, Spironolactone, ASA, dan CPG. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk memantau dan mengelola kondisi hemodinamik pasien.
Secara keseluruhan, pasien Tuan K didiagnosis dengan infark miokard akut dan mendapatkan perawatan intensif di ICU dengan berbagai terapi medis yang diberikan untuk memantau dan mengelola kondisi kardiovaskularnya.