Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13778 | 11 Mar 2025
Klinis : ds: anak merasa ingin sendiri do: anak menarik diri dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial: Anak
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial: Anak adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini. Isolasi Sosial: Anak didefinisikan sebagai "Situasi di mana anak mengalami keterbatasan dalam interaksi sosial yang diinginkan atau disarankan dengan orang lain."
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam SLKI, beberapa luaran yang dapat diterapkan untuk kondisi ini antara lain:
- Interaksi Sosial: Anak
- Harga Diri: Anak
- Fungsi Keluarga
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial: Anak mencakup:
- Terapi Bermain
- Bimbingan Orangtua
- Sosialisasi: Anak
Secara ringkas, anak yang menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan mengindikasikan adanya masalah Isolasi Sosial: Anak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi interaksi sosial anak melalui terapi bermain, memberikan bimbingan kepada orang tua, serta membantu anak beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan. -
Article No. 13779 | 11 Mar 2025
Klinis : ds: anak merasa ingin sendiri do: anak menarik diri dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu anak merasa ingin sendiri, menarik diri, dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Isolasi Sosial. Isolasi Sosial didefinisikan sebagai pengalaman subjektif dan objektif individu yang merasa terpisah dari orang lain, kekurangan hubungan sosial yang memuaskan, dan/atau tidak memiliki jaringan sosial yang mendukung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Partisipasi Sosial: Anak dapat terlibat dalam aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
2. Interaksi Sosial: Anak dapat memulai, mempertahankan, dan mengakhiri interaksi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Keterlibatan dalam Aktivitas: Anak dapat terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4. Kepuasan Hubungan Sosial: Anak dapat mengungkapkan perasaan puas dengan hubungan sosialnya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Fasilitasi Interaksi Sosial: Memfasilitasi anak untuk terlibat dalam aktivitas sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, seperti bermain bersama teman sebaya, melakukan kegiatan kelompok, atau berpartisipasi dalam acara keluarga.
2. Terapi Bermain: Menggunakan terapi bermain untuk membantu anak mengekspresikan perasaan, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan membangun kepercayaan diri.
3. Peningkatan Keterampilan Komunikasi: Mengajarkan anak keterampilan komunikasi yang efektif, seperti membuka percakapan, menanggapi dengan tepat, dan mengakhiri interaksi dengan baik.
4. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional yang positif dan hangat kepada anak, serta membantu anak mengidentifikasi dan mengelola perasaannya.
5. Koordinasi dengan Keluarga dan Lingkungan: Melibatkan keluarga dan lingkungan sekitar anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan membantu anak beradaptasi secara bertahap.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak dapat meningkatkan partisipasi sosial, interaksi sosial, keterlibatan dalam aktivitas, dan kepuasan hubungan sosialnya, sehingga dapat mengatasi kondisi isolasi sosial yang dialaminya. -
Article No. 13780 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn A usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan lemas, mual, sakit saat menelan makanan, dan tidak nafsu makan. Tn A mengatakan satu bulan terakhir mengalami penurunan BB sebanyak 5 kg. BB saat ini 40 kg. Saat dilakukan pengukuran TB, TB Tn A 165 cm. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: bising usus 40x/m, membran mukosa pucat. Diagnosa medis menunjukkan TB paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn A sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
3. Gangguan Pola Makan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan, Pemantauan Asupan Nutrisi, Dukungan Nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Edukasi Nutrisi, Pemantauan Berat Badan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Energi, Aktivitas Terapi.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Edukasi Aktivitas, Terapi Aktivitas.
3. Gangguan Pola Makan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami perubahan pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
- SLKI: Peningkatan Nafsu Makan, Manajemen Mual, Edukasi Nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Terapi Nutrisi, Edukasi Nutrisi.
Berdasarkan data yang diberikan, Tn A mengalami penurunan berat badan, lemas, mual, dan tidak nafsu makan, serta memiliki diagnosa medis TB paru. Hal ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola makan yang perlu ditangani oleh perawat melalui intervensi keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 13781 | 11 Mar 2025
Klinis : NYERI PERUT KANAN BAWAH
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang Anda minta tentang Asuhan Keperawatan untuk kondisi Nyeri Perut Kanan Bawah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi Nyeri Perut Kanan Bawah, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti inflamasi, infeksi, atau kelainan organ atau sistem pada area perut kanan bawah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk meminimalkan atau mengurangi sensasi nyeri yang tidak menyenangkan.
2. Tingkat Nyeri: Tingkat sensasi nyeri yang dialami individu.
3. Pemulihan Fisiologis: Pemulihan fungsi fisiologis tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, atau distraksi.
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri dan lakukan evaluasi.
2. Peningkatan Kenyamanan:
- Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
- Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk menurunkan stres.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab nyeri, seperti pemberian terapi antibiotik atau anti-inflamasi.
3. Pemantauan Tanda Vital:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.
- Pantau adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan komplikasi atau perkembangan kondisi.
4. Edukasi Kesehatan:
- Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab nyeri, manajemen nyeri, dan tindakan yang perlu dilakukan.
- Motivasi pasien untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri dan pemulihannya.
Dengan melakukan Intervensi Keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang baik, tingkat nyeri yang minimal, dan pemulihan fisiologis yang optimal. -
Article No. 13782 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 17: Seorang batita perempuan berumur 2,5 tahun dirawat dengan demam Typhoid. Anak mendapatkan terapi injeksi antibiotik dengan dosis 3 x 150 mg. Sediaan vial yang ada berisi 1 gram bubuk yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades. Pertanyaan: a. Berapa ml sediaan antibiotik yang diinjeksikan pada anak setiap kali pemberian? b. Jika pengenceran yang dilakukan adalah sebanyak 10 ml aquades, maka berapa ml sediaan antibiotik yang diambil? c. Tuliskan SOP tindakan mempersiapkan sediaan obat injeksi, dan praktikan saat bimbingan praktikum laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Anak batita dengan demam Typhoid dapat mengalami penurunan nafsu makan dan asupan makanan yang tidak mencukupi, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi antara asupan dan kebutuhan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, penurunan massa otot, lemah, malnutrisi, anoreksia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Keseimbangan nutrisi terpenuhi.
Indikator: Berat badan sesuai usia, lingkar lengan atas normal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Nutrisi, Pemberian Makanan.
Jawaban untuk pertanyaan:
a. Untuk dosis antibiotik 3 x 150 mg dan sediaan vial 1 gram yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades, maka setiap kali pemberian injeksi akan diberikan 1 ml sediaan antibiotik.
b. Jika pengenceran dilakukan dengan 10 ml aquades, maka sediaan antibiotik yang diambil adalah 2 ml.
c. SOP Mempersiapkan Sediaan Obat Injeksi:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Siapkan obat, pelarut, dan alat sesuai kebutuhan.
3. Hitung dosis obat yang akan diberikan.
4. Masukkan pelarut ke dalam vial obat, lalu kocok hingga homogen.
5. Tarik volume larutan sesuai dosis yang dibutuhkan.
6. Periksa kembali dosis yang akan diberikan.
7. Berikan injeksi sesuai teknik yang benar.
8. Buang alat bekas pakai ke tempat sampah.
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Praktikkan tindakan ini saat bimbingan praktikum laboratorium. Pastikan Anda mengikuti langkah-langkah dengan teliti dan mengutamakan keselamatan pasien. -
Article No. 13783 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 17: Seorang batita perempuan berumur 2,5 tahun dirawat dengan demam Typhoid. Anak mendapatkan terapi injeksi antibiotik dengan dosis 3 x 150 mg. Sediaan vial yang ada berisi 1 gram bubuk yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades. Pertanyaan: a. Berapa ml sediaan antibiotik yang diinjeksikan pada anak setiap kali pemberian? b. Jika pengenceran yang dilakukan adalah sebanyak 10 ml aquades, maka berapa ml sediaan antibiotik yang diambil? c. Tuliskan SOP tindakan mempersiapkan sediaan obat injeksi, dan praktikan saat bimbingan praktikum laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Pemberian Antibiotik Intravena
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi adalah keadaan rentan mengalami masuknya dan berkembangnya mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tidak terjadi infeksi selama pemberian antibiotik intravena.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Pemberian Obat Intravena, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Demam.
a. Perhitungan Dosis Antibiotik:
Diketahui:
- Dosis antibiotik: 3 x 150 mg
- Sediaan vial: 1 gram bubuk diencerkan dengan 5 ml aquades
Untuk menghitung volume sediaan antibiotik yang diinjeksikan:
Dosis tiap pemberian = 150 mg
Volume sediaan setelah diencerkan = 5 ml
Konsentrasi antibiotik = 1000 mg / 5 ml = 200 mg/ml
Volume sediaan antibiotik yang diinjeksikan = 150 mg / 200 mg/ml = 0,75 ml
b. Perhitungan Dosis Antibiotik dengan Pengenceran 10 ml:
Jika pengenceran dilakukan dengan 10 ml aquades, maka konsentrasi antibiotik = 1000 mg / 10 ml = 100 mg/ml
Volume sediaan antibiotik yang diambil = 150 mg / 100 mg/ml = 1,5 ml
c. SOP Mempersiapkan Sediaan Obat Injeksi:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. Periksa label obat, tanggal kadaluarsa, dan keutuhan kemasan.
3. Hitung dosis yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien.
4. Encerkan obat sesuai petunjuk dengan volume pengencer yang tepat.
5. Pastikan larutan homogen dan tidak ada partikel.
6. Tarik larutan ke dalam spuit sesuai volume yang dibutuhkan.
7. Periksa kembali label obat, dosis, dan volume yang akan diinjeksikan.
8. Jalankan tindakan pemberian obat intravena dengan teknik aseptik.
9. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan respon pasien selama dan setelah pemberian obat.
10. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan. -
Article No. 13784 | 11 Mar 2025
Klinis : sesek nafas batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi sesak nafas disertai batuk berdasarkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas disertai batuk adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret, benda asing, atau obstruksi lainnya, sehingga menyebabkan ketidakefektifan dalam bernapas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Individu dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki, dll)
d. Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Pengendalian Batuk: Individu dapat mengendalikan batuk secara efektif, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi batuk berkurang
b. Intensitas batuk menurun
c. Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
d. Tidak menimbulkan rasa sakit atau kelelahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan pengisapan (suction) jalan napas jika diperlukan
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
d. Posisikan tubuh untuk memfasilitasi ventilasi
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diindikasikan
2. Manajemen Batuk
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang memperburuk batuk
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu batuk
c. Berikan suara gaduh (misalnya mengetuk-ngetuk dada) untuk membantu pengeluaran sekret
d. Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya antitusif, mukolitik)
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi sesak nafas disertai batuk yang disebabkan oleh adanya obstruksi atau akumulasi sekret di saluran napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi dan memfasilitasi pengeluaran sekret secara efektif, sehingga dapat memperbaiki pola napas dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Luaran yang diharapkan mencakup perbaikan pada frekuensi napas, irama napas, eliminasi suara napas tambahan, kemampuan mengeluarkan sekret, dan saturasi oksigen yang normal. Selain itu, juga diharapkan dapat mengendalikan batuk dengan menurunnya frekuensi, intensitas, dan kemampuan mengeluarkan sekret secara efektif tanpa menimbulkan rasa sakit atau kelelahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas dan manajemen batuk. Manajemen jalan napas bertujuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas agar tetap bebas dari obstruksi, sedangkan manajemen batuk bertujuan untuk mengendalikan batuk dan memfasilitasi pengeluaran sekret. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dilakukan jika diperlukan untuk mengatasi kondisi yang kompleks.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik diharapkan dapat membantu pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi bersihan jalan napas serta pengendalian batuk. -
Article No. 13595 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. R usia 52 tahun dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir, mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit, mudah lelah, nyeri perut kanan atas, dan pembengkakan tungkai. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu dan pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat, mual, dan anoreksia sekunder perubahan patologis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi, gejala kelelahan, dan malnutrisi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat sekunder asites.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, asites, dan edema.
5. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen sekunder asites.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tingkat asupan nutrisi, Status gizi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nutrisi, Manajemen mual dan muntah.
2. SDKI: Intoleransi aktivitas.
SLKI: Tingkat toleransi aktivitas, Tingkat energi.
SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan.
3. SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif.
SLKI: Permeabilitas jalan napas, Status pernapasan.
SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen asites.
4. SDKI: Gangguan integritas kulit.
SLKI: Integritas kulit, Tingkat edema.
SIKI: Perawatan luka, Manajemen edema.
5. SDKI: Nyeri akut.
SLKI: Tingkat nyeri, Kontrol nyeri.
SIKI: Manajemen nyeri, Manajemen asites. -
Article No. 13596 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran cairan yang ditandai dengan mual, muntah, dan asites.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami pengurangan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tanda-tanda dan gejala kekurangan volume cairan yang membaik, seperti intake dan output cairan yang seimbang, mukosa mulut lembab, dan edema yang berkurang.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan cairan masuk dan keluar, pemberian cairan intravena, pengaturan asupan nutrisi dan cairan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan perubahan patologis pada hati dan limpa yang ditandai dengan nyeri perut kanan atas dan pembengkakan tungkai.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan penurunan intensitas nyeri, kemampuan mengelola nyeri yang meningkat, dan peningkatan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3. Risiko malnutrisi berhubungan dengan nafsu makan yang menurun dan penyerapan nutrisi yang terganggu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Risiko malnutrisi adalah kondisi yang menunjukkan adanya kemungkinan terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan status nutrisi yang membaik, dengan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan intake nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian nutrisi, pemberian makanan dan suplemen sesuai kebutuhan, dan kolaborasi dengan ahli gizi. -
Article No. 13597 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. R, dapat ditentukan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Hepatorenal
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Hepatorenal
- SDKI: Penurunan aliran darah ke organ hati dan ginjal yang menyebabkan penurunan fungsi organ.
- SLKI: Peningkatan kadar bilirubin total dan bilirubin direk, penurunan albumin, peningkatan INR.
- SIKI: Pemberian terapi antikoagulan, monitor aktivitas dan tanda-tanda perdarahan, pemantauan hasil laboratorium.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh anoreksia.
- SLKI: Penurunan berat badan, kadar albumin rendah.
- SIKI: Pengaturan diet, pemberian nutrisi oral/enteral, monitor asupan dan output cairan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang disebabkan oleh kelemahan umum.
- SLKI: Penurunan kekuatan otot, mudah lelah.
- SIKI: Pemberian terapi oksigen, evaluasi toleransi aktivitas, latihan fisik bertahap.
4. Risiko Perdarahan
- SDKI: Peningkatan kemungkinan terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh penyakit hati kronis.
- SLKI: Peningkatan INR, trombositopenia.
- SIKI: Pemberian terapi antikoagulan, monitor tanda-tanda perdarahan, kolaborasi dengan tim medis.
Secara singkat, kondisi Tn. R menunjukkan adanya penyakit hati kronis (kemungkinan sirosis hati) yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan hepatorenal, ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan risiko perdarahan. Perencanaan dan intervensi keperawatan harus ditujukan untuk menangani permasalahan-permasalahan tersebut.