Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13738 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang Berhubungan:
- Agen pencedera fisik (misalnya, penyakit, cedera)
Tanda dan Gejala:
- Pasien mengeluh nyeri di perut bagian atas sebelah kiri
- Pasien mual
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Observasi Tanda-tanda Vital
3. Edukasi Kesehatan
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks dan nyaman
Dokumentasi Keperawatan (SDKI):
1. Tingkat nyeri
2. Lokasi nyeri
3. Durasi nyeri
4. Karakteristik nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri dan mual, yang mengarah pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Observasi Tanda-tanda Vital, dan Edukasi Kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang dan tampak relaks serta nyaman. Dokumentasi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mencatat tingkat nyeri, lokasi nyeri, durasi nyeri, dan karakteristik nyeri. -
Article No. 13739 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi sendi dan jaringan akibat Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam 2-3 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri, pasien mendemonstrasikan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan teknik non-farmakologis (kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, musik terapeutik)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan otot akibat SLE
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih dalam 3-5 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas dan kemampuan fungsional pasien
- Berikan edukasi dan latihan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk program rehabilitasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat SLE dan penggunaan imunosupresan
SDKI:
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai dalam batas normal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi
- Berikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan perilaku hidup bersih
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian profilaksis antibiotik, jika perlu
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan
Dengan pemahaman mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). -
Article No. 13740 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi integument (kulit):
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
Definisi SDKI: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Definisi SLKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang normal.
Definisi SIKI: Kerusakan pada struktur dan fungsi normal lapisan kulit.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami beberapa manifestasi kulit yang terkait dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu adanya lesi khas "butterfly rash" di wajah, serta edema pada tungkai bawah. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan integritas kulit yang dapat disebabkan oleh proses inflamasi dan autoimun dari penyakit SLE.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan.
Definisi SLKI: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang cukup.
Definisi SIKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan secara mandiri.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kelelahan yang merupakan salah satu gejala umum dari SLE. Kelelahan ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Definisi SLKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Definisi SIKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri sendi pada tangan dan lutut yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Nyeri sendi ini merupakan salah satu manifestasi muskuloskeletal dari SLE.
Dalam menangani kasus ini, perawat perlu mempertimbangkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan di atas, serta berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk memberikan penanganan yang komprehensif bagi pasien dengan SLE. -
Article No. 13741 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi integumen:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur
2. Intoleransi Aktivitas
3. Perubahan Integritas Kulit
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola tidur yang memuaskan atau yang diharapkan.
SLKI: Tidur yang terganggu.
SIKI: Manajemen Tidur.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Kelelahan.
SIKI: Manajemen Aktivitas.
3. Perubahan Integritas Kulit
SDKI: Kerusakan atau perubahan pada lapisan kulit.
SLKI: Kerusakan integritas kulit.
SIKI: Perawatan Luka.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Tidur:
Pasien mengalami gejala kelelahan yang dapat berdampak pada pola tidurnya. Diagnosa ini berfokus pada intervensi untuk memperbaiki kualitas dan durasi tidur pasien.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien mengalami kelelahan, nyeri sendi, dan demam ringan yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari. Diagnosa ini berfokus pada manajemen aktivitas untuk mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
3. Perubahan Integritas Kulit:
Pasien mengalami lesi khas "butterfly rash" di wajah, sariawan multipel, dan edema pada tungkai yang merupakan manifestasi kulit dari Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Diagnosa ini berfokus pada perawatan luka dan pencegahan komplikasi kulit.
Penanganan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi berbagai gejala dan komplikasi yang muncul pada pasien dengan SLE. -
Article No. 13742 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi persendian
3. Risiko Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan tampilan fisik (butterfly rash, alopesia)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan proses penyakit (nefritis lupus)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Risiko Gangguan Citra Tubuh: Kekhawatiran akan perubahan penampilan fisik yang dapat mengganggu konsep diri.
4. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal: Ketidakmampuan ginjal untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun
2. Kontrol Nyeri Meningkat, Tingkat Nyeri Menurun
3. Citra Tubuh Positif
4. Bebas Infeksi
5. Perfusi Ginjal Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas
2. Manajemen Nyeri, Terapi Analgesik
3. Peningkatan Citra Tubuh
4. Pencegahan Infeksi, Pemantauan Tanda Infeksi
5. Manajemen Cairan, Terapi Penggantian Cairan -
Article No. 13743 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, anemia, dan perubahan fungsi sendi.
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan inflamasi sendi dan perubahan integumen.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
e. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (butterfly rash, alopesia, edema).
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Toleransi Aktivitas: Meningkat
b. Kontrol Nyeri: Membaik
c. Status Nutrisi: Membaik
d. Kontrol Infeksi: Membaik
e. Citra Tubuh: Membaik
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Aktivitas
b. Manajemen Nyeri
c. Manajemen Nutrisi
d. Pencegahan Infeksi
e. Peningkatan Citra Tubuh
Penjelasan singkat:
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang kompleks, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup masalah intoleransi aktivitas, nyeri kronis, gangguan nutrisi, risiko infeksi, dan gangguan citra tubuh. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas, nyeri, nutrisi, pencegahan infeksi, dan peningkatan citra tubuh untuk membantu pasien mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 13744 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan untuk kondisi pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan inflamasi sendi.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
d. Perubahan kulit berhubungan dengan reaksi fotosensitif dan edema.
e. Gangguan integritas mukosa oral berhubungan dengan sariawan berulang.
f. Risiko gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan nefritis lupus.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan.
- Diagnosa keperawatan ini dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang dikumpulkan oleh perawat.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan ini berupa pernyataan yang menggambarkan kondisi pasien setelah diberikan intervensi keperawatan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan ini merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 13745 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan respons imun abnormal (butterfly rash) dan edema.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan respons imun abnormal (butterfly rash) dan edema:
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Perawatan Luka
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pertahanan Tubuh
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas: Pasien mengalami kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi yang berdampak pada toleransi aktivitas.
2. Kerusakan integritas kulit: Pasien memiliki lesi khas "butterfly rash" di wajah dan edema pada tungkai bawah akibat respons imun abnormal.
3. Risiko infeksi: Pasien berisiko mengalami infeksi karena penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 13746 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi dan kulit.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kelelahan.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan edema dan fotosensitivitas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia dan malabsorpsi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal seseorang.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Rentan terhadap luka, kerusakan, atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
4. Risiko Infeksi: Rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh penurunan pertahanan tubuh.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mencegah, mengurangi, atau mentolelir nyeri.
2. Pola Tidur: Pola istirahat dan tidur yang efektif.
3. Integritas Kulit: Kondisi sehat dari kulit dan jaringan di bawahnya.
4. Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
5. Status Nutrisi: Kondisi kesehatan yang ditentukan oleh asupan, penyerapan, dan penggunaan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.
2. Peningkatan Kualitas Tidur: Tindakan untuk membantu pasien mempertahankan pola tidur yang efektif.
3. Perawatan Kulit: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah kerusakan.
4. Manajemen Infeksi: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
5. Peningkatan Status Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 13747 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (proses penyakit).
Karakteristik Mayor: Laporan verbal atau ekspresi nonverbal nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kekurangan energi.
Faktor yang berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Mayor: Kelelahan, Kelemahan.
3. Gangguan Integritas Kulit (00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Faktor yang berhubungan: Proses penyakit.
Karakteristik Mayor: Perubahan warna kulit, Lesi.
4. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko: Imunokompromais.
Karakteristik Mayor: Leukopenia.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menetapkan diagnosis keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menetapkan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran/hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan.