Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11849 | 04 Feb 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 50 tahun memiliki dua anak, bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama berupa nyeri pada tenggorokan, sulit menelan (disfagia). hidung tersumbat, dan penurunan berat badan secara signifikan dalam waktu 2 bulan terakhir. la juga melaporkan adanya pembengkakan pada leher kanan. yang semakin besar. Pasien mengaku pernah mengalami mimisan beberapa kalidalam 3 bulan terakhir, dan suara yang serak serta sering batuk keringRiwayat keluarga tdak ada yang terdiagnosis dengan kanker. Tidak ada riwayat kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol yang signifikan Pemeriksaan Fisik: ○ TTV (Tanda-tanda Vital): Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi80 kaliper menit, suhu 37°C, perapasan 20 kali per menit. ○ Pembengkakan pada leher kanan (limfadenopat) Pemeriksaan rongga mulut dan tenggorokan menunjukkan adanya pembengkakan pada orofaring Pemeriksaan endoskopi menunjukkan adanya massa pada nasofaring. Pasien didiagnosis kanker nasofaring (CA Nasofaring) stadium ll berdasarkan hasil biopsi dan pemeriksaan radiologi. Rencana Pengobatan: Kemoterapi dan radioterapi kombinasi, Evaluasi lanjutan setelah 3 bulan pengobatan untuk menilai respons terhadap terapi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit kanker nasofaring.
2. Disfagia berhubungan dengan pembengkakan dan kerusakan pada struktur orofaring.
3. Perubahan Pola Napas berhubungan dengan obstruksi saluran napas atas.
4. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan disfagia dan penurunan berat badan.
5. Ansietas berhubungan dengan diagnosis penyakit kanker dan rencana pengobatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan SDKI, yang merupakan panduan standar untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI memberikan panduan standar untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan panduan standar untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan dan diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan.
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan kanker nasofaring. -
Article No. 11850 | 04 Feb 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 50 tahun memiliki dua anak, bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama berupa nyeri pada tenggorokan, sulit menelan (disfagia). hidung tersumbat, dan penurunan berat badan secara signifikan dalam waktu 2 bulan terakhir. la juga melaporkan adanya pembengkakan pada leher kanan. yang semakin besar. Pasien mengaku pernah mengalami mimisan beberapa kalidalam 3 bulan terakhir, dan suara yang serak serta sering batuk keringRiwayat keluarga tdak ada yang terdiagnosis dengan kanker. Tidak ada riwayat kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol yang signifikan Pemeriksaan Fisik: ○ TTV (Tanda-tanda Vital): Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi80 kaliper menit, suhu 37°C, perapasan 20 kali per menit. ○ Pembengkakan pada leher kanan (limfadenopat) Pemeriksaan rongga mulut dan tenggorokan menunjukkan adanya pembengkakan pada orofaring Pemeriksaan endoskopi menunjukkan adanya massa pada nasofaring. Pasien didiagnosis kanker nasofaring (CA Nasofaring) stadium ll berdasarkan hasil biopsi dan pemeriksaan radiologi. Rencana Pengobatan: Kemoterapi dan radioterapi kombinasi, Evaluasi lanjutan setelah 3 bulan pengobatan untuk menilai respons terhadap terapi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi Kanker Nasofaring stadium II. Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit (Kanker Nasofaring)
2. Gangguan Menelan berhubungan dengan pembengkakan pada orofaring
3. Penurunan Berat Badan berhubungan dengan penurunan asupan makanan akibat disfagia
4. Risiko Perdarahan berhubungan dengan adanya massa pada nasofaring
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Gangguan Menelan: Ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau ludah dengan aman dan efektif.
3. Penurunan Berat Badan: Penurunan berat badan yang tidak disengaja dan tidak diinginkan.
4. Risiko Perdarahan: Rentan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan nyeri.
2. Kemampuan Menelan: Kemampuan untuk menelan makanan, cairan, dan ludah dengan aman dan efektif.
3. Status Gizi: Keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan penggunaan zat gizi.
4. Integritas Jaringan: Keutuhan struktur dan fungsi jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengendalikan nyeri pasien.
2. Manajemen Disfagia: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan menelan pasien.
3. Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan status gizi pasien.
4. Pencegahan Perdarahan: Tindakan untuk mencegah kehilangan darah yang berlebih.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, dan berikan intervensi manajemen nyeri yang sesuai.
2. Bantu pasien dalam mempertahankan kemampuan menelan, seperti pengaturan posisi makan, pemberian makanan lunak, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
3. Pantau status nutrisi pasien, berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan intervensi nutrisi yang adekuat.
4. Lakukan pemantauan tanda-tanda perdarahan, berikan intervensi pencegahan perdarahan, dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan jika terjadi perdarahan.
Evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan akan dilakukan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien selama menjalani pengobatan kemoterapi dan radioterapi. -
Article No. 11851 | 04 Feb 2025
Klinis : Sejak 1 hari smrs os demam (+) nyeri ulu hati (+) bab hitam (+) muntah (+) batuk (-) sesak nafas (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan adanya gejala-gejala seperti demam, nyeri ulu hati, bab hitam, dan muntah.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko perdarahan gastrointestinal adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran pencernaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak terjadi perdarahan gastrointestinal
2. Tanda-tanda vital normal
3. Tidak ada keluhan nyeri atau tidak nyaman di perut
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemantauan tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
3. Pemberian antiasida atau obat-obatan untuk mengurangi asam lambung
4. Edukasi tentang diet yang tepat untuk mencegah perdarahan
Persona: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menyarankan Anda segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Gejala-gejala yang Anda alami, seperti demam, nyeri ulu hati, bab hitam, dan muntah, dapat mengindikasikan adanya risiko perdarahan gastrointestinal yang membutuhkan penanganan segera. Saya akan terus memantau perkembangan kondisi Anda dan memberikan rekomendasi perawatan yang diperlukan. -
Article No. 11852 | 04 Feb 2025
Klinis : mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mata merah.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Kriteria Diagnostik:
- Adanya laporan pasien tentang kelelahan yang berlebihan setelah melakukan aktivitas
- Adanya tanda-tanda fisik kelelahan, seperti mata merah, nadi cepat, dan perubahan tekanan darah
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Kelelahan Menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Energi
2. Pembatasan Aktivitas
3. Edukasi Manajemen Energi
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan mata merah dapat mengalami intoleransi aktivitas, di mana pasien merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan aktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan fisik maupun psikologis. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan toleransi aktivitas dan menurunkan kelelahan pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, pembatasan aktivitas, dan edukasi manajemen energi. -
Article No. 11853 | 04 Feb 2025
Klinis : sesek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi sesak napas, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Pasien dapat melaporkan peningkatan kemampuan bernapas.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pernapasan yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau pola napas dan oksigenasi.
2. Ajarkan teknik pernapasan yang efektif.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan terapi oksigen atau ventilasi mekanik, jika diperlukan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab sesak napas, menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang optimal. Tujuannya adalah membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 11854 | 04 Feb 2025
Klinis : Hasil Trombosit 19.000
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berat
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Berat adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem tubuh, yang dapat mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah:
1. Pasien bebas dari perdarahan aktif.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Pasien menunjukkan kadar trombosit yang meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
2. Pemberian produk darah sesuai indikasi.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan medis.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko perdarahan dan pencegahannya.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pemantauan yang ketat terhadap kondisi pasien, memastikan penanganan medis yang tepat, dan memberikan edukasi kepada pasien serta keluarga untuk mengelola risiko perdarahan berat yang dihadapi. -
Article No. 11855 | 04 Feb 2025
Klinis : Klien mengatakan pusing dan badannya tiba tiba lemas saat kontrol ke poli jantung Tekanan darah : 112/71 N : 82 x/ menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu klien mengeluhkan pusing dan badan tiba-tiba lemas saat kontrol ke poli jantung dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 112/71 mmHg dan nadi 82 kali per menit, maka dapat diberikan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan (SDKI):
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Dalam kasus ini, keluhan pusing dan badan lemas saat kontrol ke poli jantung mengindikasikan adanya ketidakmampuan tubuh untuk mentolerir aktivitas fisik, yang mungkin disebabkan oleh kondisi kardiovaskular.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
a. Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
b. Karakteristik Utama: Keluhan kelelahan, pusing, sesak napas, dan/atau nyeri dada saat aktivitas.
c. Faktor Berhubungan: Gangguan kardiovaskular, neuromuskular, atau pernapasan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Luaran: Toleransi Aktivitas
b. Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tingkat kelelahan, dan tanda-tanda vital stabil saat aktivitas.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Intervensi: Manajemen Intoleransi Aktivitas
b. Aktivitas: Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas, monitor tanda-tanda vital saat aktivitas, atur ulang jadwal aktivitas, dan berikan edukasi mengenai manajemen energi.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas yang dialami oleh klien. -
Article No. 11856 | 04 Feb 2025
Klinis : diagnosa kerusakan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kerusakan integritas kulit didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, perubahan sensasi, kelembaban, nutrisi, sirkulasi, dan faktor-faktor lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kerusakan integritas kulit adalah:
1. Integritas kulit membaik
2. Luka atau kerusakan kulit tertutup
3. Tidak terjadi komplikasi
4. Pasien/keluarga memahami perawatan kulit
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perawatan luka
2. Manajemen tekanan
3. Peningkatan nutrisi
4. Peningkatan perfusi jaringan
5. Edukasi perawatan kulit
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment komprehensif, menentukan faktor risiko, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk mengatasi kerusakan integritas kulit pada pasien. Tujuan utamanya adalah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 11857 | 04 Feb 2025
Klinis : tanda dan gejala diagnosa kerusakan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kerusakan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan Integritas Kulit adalah kondisi dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi kulit yang mengganggu kemampuan untuk melakukan perlindungan.
Penyebab:
1. Faktor eksternal: kelembaban, suhu, trauma, iritasi, infeksi
2. Faktor internal: kondisi penyakit, status nutrisi, usia
Tanda dan Gejala:
1. Perubahan warna kulit (kemerahan, kebiruan, pucat)
2. Perubahan tekstur kulit (kering, kasar, lembab)
3. Terdapat luka, lecet, atau kerusakan pada kulit
4. Nyeri atau rasa tidak nyaman pada area kulit yang terkena
Standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerusakan integritas kulit adalah perubahan struktur dan fungsi kulit yang mengganggu kemampuan untuk melakukan perlindungan.
Faktor Risiko: Paparan kelembaban, suhu, trauma, iritasi, infeksi; Kondisi penyakit, status nutrisi, usia.
Karakteristik: Perubahan warna, tekstur, dan integritas kulit; Nyeri atau rasa tidak nyaman.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, nyeri berkurang.
Kriteria Hasil: Warna, tekstur, dan integritas kulit membaik; Tidak ada luka/kerusakan kulit baru; Nyeri berkurang.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, perawatan kulit, manajemen nyeri, edukasi tentang perawatan kulit.
Aktivitas Keperawatan: Membersihkan dan merawat luka, mengaplikasikan balutan/salep, memberikan analgesik, mengajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kulit.
Dengan demikian, melalui standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang komprehensif untuk menangani kondisi kerusakan integritas kulit pada pasien. -
Article No. 11776 | 03 Feb 2025
Klinis : kaki sebelah kiri lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Mobilitas Fisik Terganggu
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Mobilitas Fisik Terganggu adalah keadaan di mana individu rentan mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan fungsi motorik
2. Terapi latihan
3. Dukungan aktivitas
4. Bantuan alat gerak
Penjelasan Singkat:
Kaki sebelah kiri yang lemas menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit neurologis, muskuloskeletal, atau vaskuler. Perawat perlu melakukan pemantauan fungsi motorik, memberikan terapi latihan, dukungan aktivitas, dan bantuan alat gerak untuk membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.