Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13698 | 11 Mar 2025
Klinis : keputihan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi keputihan:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Flora Vagina
Definisi:
Ketidakseimbangan komposisi normal flora vagina yang dapat menyebabkan infeksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan Tanda: Keputihan abnormal, gatal/iritasi vulva, bau tidak enak.
- Penyebab: Infeksi, diabetes, penggunaan antibiotik, kontrasepsi hormonal, stress.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Keseimbangan flora vagina, tidak ada tanda infeksi.
- Kriteria Hasil: Tidak ada keputihan abnormal, tidak ada gatal/iritasi vulva, tidak ada bau tidak enak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Anjurkan personal hygiene, monitor tanda infeksi, edukasi faktor risiko, kolaborasi pemberian terapi antifungal jika diperlukan.
- Rasional: Menjaga kebersihan area genital, mengidentifikasi dan mengoreksi faktor risiko, serta menurunkan risiko infeksi.
Sebagai pakar, saya dapat menjelaskan bahwa keputihan merupakan salah satu manifestasi dari ketidakseimbangan flora vagina. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diabetes, penggunaan antibiotik, atau stres. Tujuan utama penanganan adalah mencapai keseimbangan flora vagina dan menghilangkan tanda-tanda infeksi. Perawat berperan penting dalam memberikan edukasi, melakukan monitoring, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi yang sesuai. -
Article No. 13699 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien dengan kondisi tersebut dapat didiagnosis dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan gejala SLE.
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan manifestasi kulit (lesi khas "butterfly rash", edema, dan sariawan).
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Risiko gangguan ginjal berhubungan dengan nefritis lupus.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas: Pasien mengalami kelelahan yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari.
2. Integritas kulit terganggu: Pasien mengalami manifestasi kulit seperti lesi khas "butterfly rash", edema, dan sariawan sebagai gejala SLE.
3. Nyeri akut: Pasien mengalami nyeri sendi pada tangan dan lutut yang diakibatkan oleh inflamasi.
4. Risiko infeksi: Pasien mengalami leukopenia yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
5. Risiko gangguan ginjal: Pasien menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal (proteinuria, hematuria) yang mengarah pada nefritis lupus.
SLKI:
1. Toleransi aktivitas: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
2. Integritas kulit: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang baik dengan meminimalkan manifestasi kulit.
3. Kontrol nyeri: Pasien dapat mengelola nyeri sendi akut secara efektif.
4. Pencegahan infeksi: Pasien dapat terhindar dari infeksi dengan mempertahankan sistem imun yang baik.
5. Fungsi ginjal: Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal dengan pemantauan dan penatalaksanaan yang tepat.
SIKI:
1. Manajemen energi: Intervensi untuk membantu pasien mengatur dan menghemat energi.
2. Perawatan kulit: Intervensi untuk merawat dan menjaga integritas kulit.
3. Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengelola nyeri sendi akut.
4. Pencegahan infeksi: Intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi.
5. Manajemen gangguan ginjal: Intervensi untuk memonitor dan mengelola gangguan fungsi ginjal. -
Article No. 13700 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Berhubungan dengan: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengurangan Nyeri: Tingkat kenyamanan secara subyektif yang dirasakan seseorang dalam hal bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab, durasi, intensitas, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
2. Kelemahan motorik berhubungan dengan kompresi akar saraf L5.
Penjelasan SDKI:
- Kelemahan motorik: Berkurangnya kekuatan atau ketahanan otot secara signifikan.
- Berhubungan dengan: Kompresi akar saraf L5.
Penjelasan SLKI:
- Mobilitas Fisik: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Penjelasan SIKI:
- Peningkatan Mobilitas: Tindakan untuk memfasilitasi pergerakan yang bebas dan mandiri.
Jadi, diagnosa keperawatan utama yang sesuai adalah Nyeri akut berhubungan dengan herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, serta Kelemahan motorik berhubungan dengan kompresi akar saraf L5. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri dan Peningkatan Mobilitas. -
Article No. 13701 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan herniasi nukleus pulposus (HNP) lumbar L4-L5 dengan kompresi saraf L5
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, terapi relaksasi, edukasi tentang nyeri dan pengelolaannya.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot tungkai kanan akibat radikulopati L5
Penjelasan:
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- SLKI: Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri, pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri, dan pasien dapat mempertahankan/meningkatkan kemampuan fungsional.
- SIKI: Terapi latihan, edukasi mengenai mobilisasi, pemberian alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
Dengan perawatan yang komprehensif, disertai terapi farmakologis dan fisioterapi, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri, meningkatkan mobilitas, dan kembali beraktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 13702 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik Berhubungan dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) pada L4-L5
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan actual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Faktor yang berhubungan: Kerusakan struktur muskuloskeletal, Kompresi saraf.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, Pasien mampu beraktivitas sehari-hari dengan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Mobilisasi, Terapi Generalis.
- Tujuan: Mengurangi nyeri, Meningkatkan mobilitas, Memfasilitasi pemulihan.
2. Kelemahan Motorik Berhubungan dengan Radikulopati L5
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Kelemahan motorik adalah penurunan kemampuan dalam menggerakkan anggota tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Kompresi saraf, Disfungsi neuromuskular.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, Pasien melaporkan peningkatan kekuatan otot.
SIKI:
- Intervensi: Terapi Latihan, Manajemen Nyeri, Perawatan Anggota Gerak.
- Tujuan: Meningkatkan kekuatan otot, Mengurangi nyeri, Memfasilitasi pemulihan.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan serta kelemahan motorik pada tungkai kanan akibat HNP L4-L5 dengan kompresi saraf L5. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, mobilisasi, dan terapi latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan fungsi fisik pasien. -
Article No. 13703 | 11 Mar 2025
Klinis : keputihan, lendir pervagina banyak dan berbau berwarna hijau nyeri saat hubungan seksual,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu keputihan, lendir pervagina banyak dan berbau, berwarna hijau, serta nyeri saat hubungan seksual, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Infeksi Vagina. Diagnosa ini didasarkan pada kriteria SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang mencakup:
1. Gejala keputihan yang berlebihan dan berbau.
2. Perubahan karakteristik cairan vagina (warna hijau).
3. Adanya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau hasil yang diharapkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan infeksi vagina, seperti berkurangnya keputihan, lendir pervagina, dan bau yang tidak sedap.
2. Pasien melaporkan berkurangnya atau tidak adanya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual.
3. Pasien dapat mempertahankan kebersihan dan perawatan vagina yang baik.
4. Pasien dapat memahami faktor-faktor yang memengaruhi infeksi vagina dan cara pencegahannya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran atau output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Infeksi
a. Identifikasi tanda dan gejala infeksi vagina.
b. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan vagina oleh tenaga kesehatan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik atau antifungal sesuai indikasi.
d. Monitor efektivitas terapi dan kemajuan penyembuhan.
2. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi mengenai anatomi dan fisiologi vagina.
b. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi infeksi vagina, seperti kebersihan, aktivitas seksual, dan kondisi medis lainnya.
c. Ajarkan teknik perawatan vagina yang benar, termasuk menjaga kebersihan dan mencegah iritasi.
d. Diskusikan pentingnya penggunaan kontrasepsi yang tepat untuk mencegah infeksi.
3. Dukungan Emosional
a. Dengarkan dan validasi perasaan pasien terkait kondisi infeksi vagina.
b. Berikan dukungan dan empati untuk mengurangi kecemasan atau rasa malu pasien.
c. Dorong pasien untuk terbuka dan menceritakan kekhawatirannya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang dapat membantu proses pemulihan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dapat segera memulih dari infeksi vagina dan mencapai kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 13704 | 11 Mar 2025
Klinis : Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi demam adalah Hipertermia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia meliputi penurunan suhu tubuh ke dalam batas normal, pemeliharaan hidrasi yang adekuat, serta manajemen gejala yang terkait dengan hipertermia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain pemberian kompres dingin, pemberian cairan intravena, pemberian obat antipiretik, serta pemantauan tanda-tanda vital secara ketat.
Secara akademis, perawat sebagai seorang pakar kesehatan memiliki peran penting dalam mengelola kondisi hipertermia pada pasien, mulai dari identifikasi masalah, perencanaan intervensi, hingga evaluasi hasil tindakan keperawatan. -
Article No. 13705 | 11 Mar 2025
Klinis : Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Demam.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh gangguan pengaturan suhu tubuh. Diagnosa ini ditetapkan berdasarkan tanda dan gejala seperti suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, dan tubuh menggigil.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai suhu tubuh normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat, menjaga intake cairan yang adekuat, dan mengidentifikasi serta mengatasi penyebab hipertermia.
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 13706 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu badan lemas sekitar 1 minggu, mual, muntah, tanpa demam dan sesak napas, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keadaan dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Definisi:
Keadaan dimana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Berat Badan
- Status Nutrisi
- Intake Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi
- Pemantauan Nutrisi
- Peningkatan Intake Nutrisi
Penjelasan:
Kondisi mual dan muntah yang berlangsung selama 1 minggu dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak memadai, sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, pemantauan nutrisi, dan peningkatan intake nutrisi untuk membantu memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 13707 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, dibutuhkan, atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kelemahan fisik, kelelahan, mual, dan gejala lain yang terkait dengan penyakit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Batasan karakteristik: Fatigue, kelemahan, mual, perubahan tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan).
- Faktor yang berhubungan: Penurunan kemampuan fisiologis, ketidakseimbangan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, mengelola kelelahan, dan mempertahankan status fisiologis yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen aktivitas, manajemen energi, manajemen nutrisi.