Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13811 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan Analisis Data (Lakukan analisis data hasil pengkajian dengan bantuan tabel analisis data berikut ini) Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah Keperawatan berdasarkan data ini : Alasan masuk : - Pada hari rabu, 26 Febuari 2025 jam 15.40 wita TN.N dibawa oleh polisi dalam keadaan kurus,pasien tampak gelisah,saat dilakukan wawancara kadang nyambung, pasien sudah lama mengkonsumsi shabu dan minum alkohol,rata -rata seminggu seklai pakai shabu - Menurut istri pasien mengalami perubahan perilaku sekitar 3 minggu sering sendiri ,marah -marah bahkan ada memukul keluarga , namun 2- 3 hari kondiri pasien tambah parah sudah membakar rumah, namun sempat dipadamkan, pasien ± 1,5 tahun konsumsi shabu. - Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah berobat ke RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi 1 bulan saja. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 12.00 wita (5 hari perawatan) saya bethriany bertemu dan melakukan pengakjian kepada pasien. Hasil pengkajian : pada saat diajak berkomunikasi pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan nyambung, akan tetapi terkadang pasien terlihat sering meintimidasi dengan tatapan sedikit melotot dan sering tiba-tiba bertanya kenapa ditanya- ditanya dengan nada sedikit kesal. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ ditangkap oleh polisi dikarenakan membakar horden dirumahnya dan di lapor bahwa ia sering menganggu warga sekitar rumahnya. Pasien juga mengatakan ia minum alkohol serta mengkonsumi shabu dan sering ribut dengan istri dirumahnya serta orang dilingkungan rumahnya sering mengatakan ia tidak waras. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien sedang duduk dengan ekpresi atau tatapan mata seperti meintimidasi dengan tatapan seolah olah ingin membuat ancaman agar takut ( jangan dekat dekat sama saya nanti kalian hamil con) dan tiba tiba sering bertanya untuk apa ditanya- tanya? Pemeriksaan fisik : - TD : 126/81 mmHg, N: 89x/menit, T: 36,7 C, SPO2: 99% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi Cuma 1 bulan, pasien mengatakan 4 tahun lalu pernah berhenti mengkonsumsi shabu tetapi kurang lebih 1tahun ini kembali mengkonsumsi shabu lagi. Faktor presipitasi : - Pasien adalah suami dan ayah dari dua anaknya, pasien tinggal 1 rumah dengan istrinya dan anaknya dirumah. - Pasien mengatakan sering ribut dengan istrinya dirumah masalah keungan dan dia tidak bekerja, serta orang orang dilingkungannya sering mengatai ia tidak waras dan pasien juga sering mengaduh /mengaggu masyarakat disana, ketika diruang perawatan pasien mampu berteman baik dengan temam sekamarnya, akan tetapi pasien lebih sering memilih untuk baring dan tidur, mata pasien terlihat memilki mata panda yang gelap. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Dari penampilan fisik, pasien mampu berpakaian bersih dan rapi , rambut pasien sedikit panjang, saat diwawancara pasien terlihat seperti seperti menaruh kecurigaan ketika ditanya sambil menatap dengan seolah olah meintimidasi, pasien merasa dirinya dianggap berbohong jika bercerita Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan jika stress pasien mengalihkan nya dengan memancing dan terkadang minum alkohol ( sebelum masuk rumah sakit) - Pada saat dirumah sakit pasien mengalihkan pikiran stress nya dengan tidur saja Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan dilingkan rumanya ada beberapa orang yang tidak suka dengan dirinya dan sering mengatakan ia tidak waras , karena sering berbicara hal yang mungkin tidak dipercaya seperti informasi yang belum pasti itu terjadi. Dan pasien mengatakan ia sering menganggu warga sekitar dengan tiba tiba marah -marah. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.1 gangguan mental dan perilaku implusif ( penggunaan napza jenis shabu dan alkohol)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah analisis data, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Analisis Data:
Data Subjektif:
- Pasien mengkonsumsi shabu dan minum alkohol secara rutin, rata-rata seminggu sekali pakai shabu.
- Pasien pernah dirawat di RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi hanya 1 bulan.
- Pasien masuk rumah sakit jiwa karena membakar horden di rumahnya dan sering mengganggu warga sekitar.
- Pasien sering ribut dengan istri dan orang-orang di lingkungannya.
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah dan kadang-kadang tidak nyambung saat berkomunikasi.
- Pasien terlihat sering mengintimidasidengan tatapan matanya yang melotot.
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
- Pasien lebih sering memilih untuk berbaring dan tidur di ruang perawatan.
Etiologi:
- Riwayat penyalahgunaan zat (shabu dan alkohol)
- Masalah psikososial (konflik dengan istri dan warga sekitar)
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan zat dan masalah psikososial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kekerasan terkendali
- Pasien dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Pasien dapat menunjukkan strategi mengatasi perilaku kekerasan
- Pasien dapat menerapkan strategi mengatasi perilaku kekerasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kaji tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Identifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Ajarkan strategi mengendalikan perilaku kekerasan
- Fasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai resep
- Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Libatkan keluarga dalam perawatan
2. Terapi Perilaku
- Identifikasi perilaku target yang ingin diubah
- Kembangkan kontrak perilaku dengan pasien
- Berikan penguatan positif saat pasien menunjukkan perilaku yang diinginkan
- Pantau kemajuan pasien dalam mencapai perilaku yang diinginkan
3. Terapi Kelompok
- Fasilitasi diskusi mengenai topik yang relevan dengan kebutuhan pasien
- Bantu pasien untuk saling mendukung dan memberi umpan balik positif
Penjelasan: Diagnosa keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan seperti intimidasi dengan tatapan mata, sering marah-marah, dan mengganggu warga sekitar. Riwayat penyalahgunaan zat dan masalah psikososial merupakan faktor etilogi yang berkontribusi terhadap risiko perilaku kekerasan pada pasien. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diberikan fokus pada manajemen perilaku kekerasan, terapi perilaku, dan terapi kelompok untuk membantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan, mengembangkan strategi koping yang efektif, serta mendukung pemulihan secara optimal. -
Article No. 13812 | 12 Mar 2025
Klinis : Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi diare:
1. Diare
Definisi: Buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya, konsistensi tinja yang encer atau cair.
Karakteristik Definisi:
- Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari
- Konsistensi tinja encer atau cair
- Perubahan pola defekasi
- Rasa tidak nyaman di perut
- Kram abdomen
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
- Klien menunjukkan nilai vital yang stabil
- Klien tidak mengalami dehidrasi
- Klien tidak mengalami ketidakseimbangan elektrolit
2. Kontrol Diare
- Frekuensi diare menurun menjadi 1-2 kali per hari
- Konsistensi tinja menuju normal
- Klien tidak mengalami komplikasi akibat diare
- Klien melaporkan rasa nyaman di perut
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, bibir kering, dll)
- Pantau nilai vital (TD, nadi, respirasi, suhu)
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
2. Manajemen Diare
- Kaji penyebab dan faktor risiko diare
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan pengobatan
- Anjurkan klien untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang mudah dicerna
- Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan diare dan pencegahan komplikasi
- Berikan obat-obatan antidiare sesuai dengan resep dokter
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pencegahan diare
- Beri edukasi terkait kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
- Dorong klien dan keluarga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan diare dipilih karena klien mengalami buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya serta konsistensi tinja yang encer atau cair. Tujuan luaran yang diharapkan adalah pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit serta kontrol diare agar kondisi klien membaik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan cairan dan elektrolit, manajemen diare, serta edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga. Dengan intervensi yang komprehensif diharapkan klien dapat pulih dari diare dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 13813 | 12 Mar 2025
Klinis : Diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi diare sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Berlebih Akibat Diare
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh yang dapat menimbulkan komplikasi kesehatan. Hal ini berhubungan dengan kondisi diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, intake dan output cairan yang seimbang, serta tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi secara berkala.
2. Kaji pola eliminasi dan konsistensi feses.
3. Berikan cairan rehidrasi oral atau parenteral sesuai indikasi.
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat.
Dengan pemantauan yang ketat dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat dan terhindar dari komplikasi dehidrasi akibat diare. -
Article No. 13814 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan Analisis Data (Lakukan analisis data hasil pengkajian dengan bantuan tabel analisis data berikut ini) Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah Keperawatan berdasarkan data ini : Alasan masuk : Pada hari jumat, 28 Februari 2025, Tn. A diantar oleh pihak Polsek ke RS Sambang Lihum setelah tertangkap akibat penyalahgunaan Napsa jenis sabu. Pasien bersikap kooperatif dan tenang saat tiba di rumah sakit. Tn. A mengaku telah mengomsumsi sabu selama + 2 tahun dengan frekuensi 1 x dalam seminggu dengan cara hisap. Pasien mengatakan alasan untama penggunaan sabub adalah untuk membantu kuat begadang dan meningkatkan semangat. Hasil pemeriksaan urine yang dilakukan diKlinik SIDOKKES pada tanggal 20 Februari 2025 menunjukan hasil reaktif (+) untuk amphetamine dan methamphetamine. Dari hasil tersebut, pasien disarankan menjalani rehabilitasi selama 6 ulan di RS Sambang Lihum. Keluhan utama : Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 10.00 wita (4 hari perawatan) saya Emirenciana bertemu dan melakukan pengakjian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien mengatakan merasa bosan berada di dalam ruangan karena tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan, ingin cepat keluar dari sini supaya bisa kembali bekerja seperti sebelumnya dan kembali kumpul bersama keluarga. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/74 mmHg, N: 92x/menit, T: 36,7 C, SPO2: 99% R: 19x/menit Faktor predisposisi : Pasien mengatakan sudah ± 2 tahun mengonsumsi sabu dan ini baru pertama kali pasien tertangkap oleh pihak kepolisiaan. Pasien menggunakan sabu karena dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien tinggal jauh dari orang tua dan saat ini tinggal satu rumah dengan saudara. Pasien memilih tinggal pisah dari orang tua karena mersa tidak diperlakukan sama seperti saudara/saudarinya. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi Koping Adaptif Hasil pengkajian status mental : - Status mental Tn. A menunjukan kondisi mental yang stabil. Pasien berpenampilan rapih dan bersih, serta mampu berkomunikasi dengan baik tanpa adanya gangguan dalam bicara. Aktifitas motorik pasien tidak mengalami gangguan dan tidak ditemukan adanya gangguan dalam perasaan maupun afek yang tampak sesuai dengan situasi. Selama wawancara, pasien bersikap kooperatif dan mampu berinteraksi dengan baik. Proses berpikirnya normal tanpa gangguan dalam isi pikir maupun waham. Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi pada pasien. Mekanimsme koping : Sebelum masuk rumah sakit, saat mengalami stres, pasien lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya dan mengonsumsi alkohol. Namun, selama berada di rumah sakit, pasien mengalihkan rasa bosan atau stres dengan membaca buku, berdoa, atau tidur Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.1 Perilaku implusif ( Penyalahgunaan NAPZA jenis shabu dan alkohol)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, analisis data, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Impulsif
- Definisi: Rentan mengalami perilaku impulsif dan membahayakan diri atau orang lain akibat penurunan kontrol atas dorongan.
- Etiologi: Penyalahgunaan NAPZA, konflik interpersonal, dan kurangnya dukungan sosial.
Analisis Data:
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan telah mengonsumsi sabu selama ± 2 tahun dengan frekuensi 1x/minggu.
- Pasien mengaku menggunakan sabu untuk membantu kuat begadang dan meningkatkan semangat.
- Pasien mengatakan merasa bosan di dalam ruangan dan ingin cepat keluar untuk kembali bekerja dan berkumpul dengan keluarga.
Data Objektif:
- Hasil pemeriksaan urine menunjukkan hasil reaktif (+) untuk amphetamine dan methamphetamine.
- Pasien berpenampilan rapi dan bersih, serta mampu berkomunikasi dengan baik tanpa adanya gangguan dalam bicara.
- Aktivitas motorik pasien tidak mengalami gangguan dan tidak ditemukan adanya gangguan dalam perasaan maupun afek.
- Selama wawancara, pasien bersikap kooperatif dan mampu berinteraksi dengan baik.
- Proses berpikir pasien normal tanpa gangguan dalam isi pikir maupun waham.
Faktor Predisposisi:
- Pasien sudah ± 2 tahun mengonsumsi sabu, dan ini baru pertama kali tertangkap oleh pihak kepolisian.
- Pasien menggunakan sabu karena dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi keluarga yang kurang mendukung.
Faktor Presipitasi:
- Pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara, tinggal jauh dari orang tua, dan saat ini tinggal satu rumah dengan saudara.
- Pasien memilih tinggal pisah dari orang tua karena merasa tidak diperlakukan sama seperti saudara/saudarinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Impulsif Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk menahan atau menunda dorongan atau keinginan yang tidak sesuai secara sosial atau membahayakan.
- Kriteria Hasil:
1) Mengenali pemicu perilaku impulsif
2) Menerapkan strategi untuk mengendalikan impuls
3) Menunda tindakan impulsif
4) Mencari bantuan saat mengalami dorongan impulsif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Terapi Perilaku
- Tujuan: Membantu pasien mengembangkan kemampuan kontrol diri dan mengurangi perilaku impulsif.
- Aktivitas:
1) Identifikasi pemicu perilaku impulsif
2) Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan strategi koping positif
3) Lakukan pemodelan dan role-play untuk mengendalikan impuls
4) Berikan umpan balik positif saat pasien menerapkan strategi kontrol diri
5) Libatkan keluarga dalam proses terapi
2. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyalahgunaan NAPZA dan pentingnya rehabilitasi.
- Aktivitas:
1) Berikan informasi tentang dampak negatif penyalahgunaan NAPZA
2) Jelaskan pentingnya menjalani rehabilitasi untuk pemulihan
3) Diskusikan peran keluarga dalam mendukung proses rehabilitasi
4) Berikan materi edukasi dalam bentuk leaflet atau brosur
3. Manajemen Lingkungan
- Tujuan: Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pemulihan pasien.
- Aktivitas:
1) Sediakan aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian pasien, seperti membaca, menonton TV, atau berkegiatan di ruang aktivitas.
2) Libatkan pasien dalam kegiatan terapeutik, seperti kelompok diskusi atau terapi rekreasi.
3) Fasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti merawat tanaman atau membuat kerajinan tangan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu diklarifikasi, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 13815 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan Analisis Data (Lakukan analisis data hasil pengkajian dengan bantuan tabel analisis data berikut ini) Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah Keperawatan berdasarkan data ini : Alasan masuk : Pada hari jumat, 28 Februari 2025, Tn. A diantar oleh pihak Polsek ke RS Sambang Lihum setelah tertangkap akibat penyalahgunaan Napsa jenis sabu. Pasien bersikap kooperatif dan tenang saat tiba di rumah sakit. Tn. A mengaku telah mengomsumsi sabu selama + 2 tahun dengan frekuensi 1 x dalam seminggu dengan cara hisap. Pasien mengatakan alasan untama penggunaan sabub adalah untuk membantu kuat begadang dan meningkatkan semangat. Hasil pemeriksaan urine yang dilakukan diKlinik SIDOKKES pada tanggal 20 Februari 2025 menunjukan hasil reaktif (+) untuk amphetamine dan methamphetamine. Dari hasil tersebut, pasien disarankan menjalani rehabilitasi selama 6 ulan di RS Sambang Lihum. Keluhan utama : Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 10.00 wita (4 hari perawatan) saya Emirenciana bertemu dan melakukan pengakjian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien mengatakan merasa bosan berada di dalam ruangan karena tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan, ingin cepat keluar dari sini supaya bisa kembali bekerja seperti sebelumnya dan kembali kumpul bersama keluarga. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/74 mmHg, N: 92x/menit, T: 36,7 C, SPO2: 99% R: 19x/menit Faktor predisposisi : Pasien mengatakan sudah ± 2 tahun mengonsumsi sabu dan ini baru pertama kali pasien tertangkap oleh pihak kepolisiaan. Pasien menggunakan sabu karena dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien tinggal jauh dari orang tua dan saat ini tinggal satu rumah dengan saudara. Pasien memilih tinggal pisah dari orang tua karena mersa tidak diperlakukan sama seperti saudara/saudarinya. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi Koping Adaptif Hasil pengkajian status mental : - Status mental Tn. A menunjukan kondisi mental yang stabil. Pasien berpenampilan rapih dan bersih, serta mampu berkomunikasi dengan baik tanpa adanya gangguan dalam bicara. Aktifitas motorik pasien tidak mengalami gangguan dan tidak ditemukan adanya gangguan dalam perasaan maupun afek yang tampak sesuai dengan situasi. Selama wawancara, pasien bersikap kooperatif dan mampu berinteraksi dengan baik. Proses berpikirnya normal tanpa gangguan dalam isi pikir maupun waham. Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi pada pasien. Mekanimsme koping : Sebelum masuk rumah sakit, saat mengalami stres, pasien lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya dan mengonsumsi alkohol. Namun, selama berada di rumah sakit, pasien mengalihkan rasa bosan atau stres dengan membaca buku, berdoa, atau tidur Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.1 Perilaku implusif ( Penyalahgunaan NAPZA jenis shabu dan alkohol)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sesuai dengan data pengkajian yang diberikan, berikut adalah analisis data, diagnosa keperawatan, dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Analisis Data:
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan merasa bosan berada di dalam ruangan karena tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan, ingin cepat keluar dari sini supaya bisa kembali bekerja seperti sebelumnya dan kembali kumpul bersama keluarga.
- Pasien mengaku telah mengonsumsi sabu selama ± 2 tahun dengan frekuensi 1 kali dalam seminggu dengan cara hisap.
- Pasien mengatakan alasan utama penggunaan sabu adalah untuk membantu kuat begadang dan meningkatkan semangat.
Data Objektif:
- Pasien bersikap kooperatif dan tenang saat tiba di rumah sakit.
- Hasil pemeriksaan urine menunjukkan hasil reaktif (+) untuk amphetamine dan methamphetamine.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 130/74 mmHg, N: 92x/menit, T: 36,7°C, SpO2: 99%, R: 19x/menit).
- Status mental pasien stabil, berpenampilan rapi dan bersih, mampu berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan gangguan dalam bicara, aktivitas motorik, perasaan, afek, isi pikir, waham, atau persepsi.
- Sebelum masuk rumah sakit, saat mengalami stres, pasien lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya dan mengonsumsi alkohol. Selama di rumah sakit, pasien mengalihkan rasa bosan atau stres dengan membaca buku, berdoa, atau tidur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang bermakna akibat dampak penggunaan NAPZA.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakberdayaan didefinisikan sebagai pengalaman subyektif dari ketiadaan kontrol atas situasi yang penting, yang dapat mengakibatkan kecemasan dan depresi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien mampu mengidentifikasi aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.
2. Pasien terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.
3. Pasien mengatakan merasa berdaya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi aktivitas yang bermakna bagi pasien.
2. Fasilitasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang bermakna.
3. Berikan dukungan dan bantuan pada pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang bermakna.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas yang bermakna. -
Article No. 13816 | 12 Mar 2025
Klinis : Tn M 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn P 180/110 mmHg. Tn M menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn M juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn P tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn M jangan panik, tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. M adalah:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Penyebab: Keterbatasan suplai oksigen ke miokard akibat penyempitan arteri koronaria
- Manifestasi: Sesak napas dengan aktivitas
2. Hipertensi (SDKI)
- Penyebab: Riwayat hipertensi dan dislipidemia
- Manifestasi: Tekanan darah tinggi 180/110 mmHg
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI)
- Penyebab: Gaya hidup tidak sehat (merokok, diet tinggi lemak, kurang olahraga)
- Manifestasi: Kolesterol total 250 mg/dl, LDL 220 mg/dl
4. Kecemasan (SDKI)
- Penyebab: Kekhawatiran akan kondisi kesehatan
- Manifestasi: Tampak stress setelah konsultasi dengan dokter
Berdasarkan SLKI, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Hipertensi
3. Edukasi Manajemen Penyakit Kronis
4. Manajemen Kecemasan
Sedangkan untuk SIKI, intervensi yang dapat dilakukan adalah:
1. Perawatan Jantung
2. Monitoring Tekanan Darah
3. Konseling Gaya Hidup Sehat
4. Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat:
Keperawatan memiliki standar diagnosa, intervensi, dan hasil dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikembangkan oleh PPNI. Diagnosa keperawatan mencakup masalah yang ditemukan, penyebab, dan manifestasi. Intervensi keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI dirancang untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya ini dilakukan agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 13817 | 12 Mar 2025
Klinis : Tn M 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn P 180/110 mmHg. Tn M menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn M juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn P tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn M jangan panik, tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn M adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi psikologis, fisiologis, atau perkembangan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Penyebab: Gangguan kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung koroner)
2. Ketidakefektifan Manajemen Terapi
Definisi: Kegagalan untuk mengatur regime pengobatan yang efektif.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan mengenai regimen pengobatan, kekurangan dukungan sosial, dan kecemasan.
3. Kecemasan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, ancaman terhadap integritas diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan sesak napas atau nyeri dada.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal saat aktivitas.
- Pasien mampu mempertahankan aktivitas fisik yang direkomendasikan.
2. Manajemen Terapi Efektif
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menjelaskan tujuan, jadwal, dan cara penggunaan obat-obatan dengan benar.
- Pasien dapat menjelaskan manfaat dan efek samping pengobatan yang diterima.
- Pasien mematuhi regimen pengobatan yang ditetapkan.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tampak tenang dan kooperatif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas, istirahat yang cukup.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
2. Ketidakefektifan Manajemen Terapi
- Kaji pemahaman pasien tentang regimen pengobatan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan manajemen efek samping.
- Dukung pasien dalam mengambil keputusan terkait terapi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian regimen pengobatan yang tepat.
3. Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor penyebabnya.
- Ajarkan teknik relaksasi, misalnya teknik napas dalam, untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dapat menurunkan kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan berdoa bersama.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi psikologis atau farmakologis jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Tn M dengan pendekatan akademis dan persona seorang pakar perawat. -
Article No. 13818 | 12 Mar 2025
Klinis : Tn M 55 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan dadanya sering terasa berat bila beraktivitas, perawat melakukan TTV dan ternyata tensi Tn P 180/110 mmHg. Tn M menyampaikan pada perawat ia perokok berat dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia. Saat ditanya perawat Tn M juga menyampaikan selera makannya selalu berlemak, bersantan, dan ia jarang berolahraga. Setelah pemeriksaan laboratorium didapat hasil kolesterol total 250 mg/dl, LDL kolesterol 220 mg/dl. Dokter yang memeriksa mencurigai HT sudah menimbulkan komplikasi pada jantung berupa penyempitan arteri koronaria, sehingga merujuk ke poliklinik jantung RS Fatmawati untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan uji latih beban jantung dengan treadmill test, serta pemeriksaan echocardiography. Perawat mengamati Tn P tampak stress setelah konsultasi dengan dokter, lalu perawat menganjurkan Tn M jangan panik, tetap tenang, berikhtiar dan terus berdoa agar penyakitnya disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran asuhan keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn M.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung
- Definisi: Gangguan sirkulasi darah ke otot jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
- Penyebab: Penyempitan arteri koroner, hipertensi, dislipidemia, dan gaya hidup tidak sehat (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
- Tanda dan Gejala: Dada terasa berat saat beraktivitas, peningkatan tekanan darah, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan disfungsi jantung.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Penyebab: Penyempitan arteri koroner yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan jantung.
- Tanda dan Gejala: Dada terasa berat saat beraktivitas, kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten mengidentifikasi, mengendalikan, dan mereduksi faktor risiko kesehatan.
- Penyebab: Gaya hidup tidak sehat (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
- Tanda dan Gejala: Riwayat hipertensi dan dislipidemia yang tidak terkontrol, kepatuhan pengobatan yang rendah.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan jantung membaik
- Kriteria: Tidak ada keluhan dada terasa berat saat beraktivitas, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan perbaikan fungsi jantung.
2. Toleransi aktivitas membaik
- Kriteria: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Manajemen kesehatan efektif
- Kriteria: Pasien mampu mengidentifikasi, mengendalikan, dan mereduksi faktor risiko kesehatan (merokok, asupan lemak berlebih, kurang aktivitas fisik).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung:
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Observasi tanda-tanda penyempitan arteri koroner (nyeri dada, sesak napas)
- Berikan informasi tentang penyakit jantung dan pentingnya pengobatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan komprehensif
2. Untuk Intoleransi aktivitas:
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan identifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi
- Berikan edukasi tentang program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pantau tanda-tanda intoleransi selama aktivitas
- Berikan dukungan dan motivasi untuk meningkatkan toleransi aktivitas
3. Untuk Ketidakefektifan manajemen kesehatan:
- Identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat dimodifikasi (merokok, asupan lemak, aktivitas fisik)
- Berikan edukasi tentang pentingnya modifikasi gaya hidup untuk mengendalikan faktor risiko
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan komprehensif
- Pantau kepatuhan pasien dalam menjalankan program pengobatan dan gaya hidup sehat
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk Tn M. Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 13819 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditentukan adalah:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Risiko untuk menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Etiologi: Kecemasan, pengaruh zat/obat-obatan, kurangnya kontrol impuls.
- Intervensi Utama:
1) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
2) Ciptakan lingkungan yang aman dan terkendali.
3) Libatkan pasien dalam aktivitas yang konstruktif.
4) Berikan pendidikan kesehatan tentang kontrol diri dan manajemen kemarahan.
2. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Definisi: Pengalaman sensorik yang tampak nyata tetapi dibangkitkan secara internal.
- Etiologi: Pengaruh zat/obat-obatan, kecemasan, kesepian.
- Intervensi Utama:
1) Kenali tipe dan isi halusinasi.
2) Bantu pasien mengidentifikasi halusinasi dan memisahkannya dari realitas.
3) Hindari penguatan halusinasi dan ajak pasien berfokus pada realitas.
4) Libatkan keluarga dalam manajemen halusinasi.
3. Cemas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Etiologi: Pengaruh zat/obat-obatan, perubahan status kesehatan.
- Intervensi Utama:
1) Identifikasi penyebab kecemasan.
2) Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen kecemasan.
3) Berikan dukungan emosional dan lingkungan yang aman.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan kecemasan.
Adapun luaran (Nursing Outcomes Classification/NOC) dan intervensi keperawatan (Nursing Interventions Classification/NIC) dapat disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 13820 | 12 Mar 2025
Klinis : Tentukan diagnosa utama melalui analisa data, dari DS dan DO, Etiologi serta masalah keperawatan, luaran dan intervensi utama untuk kasus ini ya Alasan masuk : - Pada hari saptu, 28-02-2025 Tn.M di antar oleh pihak keluarga pasien seketika mengamuk dan mengatakan kepada orang tuanya ingin menikah lagi sebelumnya pasien juga mengkomsumsi sabu dan pasien juga sering meminta uang dengan jumlah banyak dengan orang tuanya dalam 3 hari terkahir ada perubahan pada perilaku pasien, pasien juga sering tertawa sendiri dan terkadang bisa mengamul. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 11.30 (6 hari perawatan), mahasiswa bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian : Pasien tampak gelisah, tatapan tajam dan berbicara yang tidak jelas jika ditanya, pasien nampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ dibawa oleh orang tuanya dikarenakan pasien sedang dalam pengaruh sabu, dan juga mengamuk ingin melukai kelurganya mengunakan parang. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien tampak duduk dan sering mondar mandir. Pasien tanpak gelisah dan sering bertanya kapan dia bisa pulang. Pemeriksaan fisik : - TD : 130/89 mmHg, N: 88x/menit, T: 36,6 ̊C, SPO2: 98% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya belum pernah masuk atau dirawat di RSJ, dan ini kali pertama pasien masuk RSJ. Faktor presipitasi : - Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, pasien juga belum menikah. - Pasien mengatakan mengkonsumsi sabu setiap sebelum bekerja, dan pasien biasanya juga mengkonsumsi zinet 5 sampai 10 biji dalam 1 hari, dan pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien mengamuk dan mengancam kelurganya dikarenakan tidak diberikan uang untuk membeli sabu mengunakan parang. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Pasien tampak rapi karena sudah 6 hari perawatan, ekspresi wajah masih sedikit cemas, pasien mengetahui waktu, tempat dan orang, pasien menyadari kondisi dan alasan perawatan, saat diwawancara pasien menjawab dengan tidak jelas terkadang saat malam pasien sering terbangun, dikarenakan pasien merasa gelisa dan juga bosan. Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan saat dirumah jika stress pasien biasanya sering berjalan dan mengobrol dengan teman temanya ataupun keluarganya. Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tetap bersosialisasi dengan baik dengan orang dilingkungan sekitarnya. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.5 GMP akibat penggunaan halusinogenika dengan intosifikasi akut. Terapi yang diberikan adalaah Halopenidol 2 x 1,5 mg, Quetiapin 25 mg, dan Lorazepam 2 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. M adalah:
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Halusinasi (+)
Definisi: Persepsi sensori yang salah atau distorsi terhadap realitas yang dialami individu tanpa adanya stimulus eksternal yang sebenarnya.
Etiologi:
- Penggunaan zat/obat-obatan (sabu dan zinet)
- Faktor stres
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan sedang dalam pengaruh sabu
- Pasien sering tertawa sendiri
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah, tatapan tajam, dan berbicara tidak jelas
- Pasien sering bertanya kapan dia bisa pulang
Luaran (SLKI):
1. Kontrol Halusinasi
- Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami
- Pasien dapat menggunakan teknik mengontrol halusinasi
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Halusinasi
- Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi
- Latih pasien mengenali dan mengontrol halusinasi
- Berikan lingkungan yang tenang dan aman
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
2. Peningkatan Koping
- Kaji kemampuan koping pasien
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Dukung penggunaan strategi koping yang positif
Diagnosa Keperawatan Lainnya:
1. Ansietas (+)
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Etiologi:
- Penggunaan zat/obat-obatan
- Lingkungan yang tidak mendukung
Data Subjektif:
- Pasien tampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah, mondar-mandir
Luaran (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan
- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Ansietas
- Kaji tanda dan gejala kecemasan
- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
2. Peningkatan Koping
- Kaji kemampuan koping pasien
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Dukung penggunaan strategi koping yang positif
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan Utama: Halusinasi (+)
- Definisi: Persepsi sensori yang salah atau distorsi terhadap realitas yang dialami individu tanpa adanya stimulus eksternal yang sebenarnya.
- Etiologi: Penggunaan zat/obat-obatan (sabu dan zinet), Faktor stres
- Data Subjektif: Pasien mengatakan sedang dalam pengaruh sabu, Pasien sering tertawa sendiri
- Data Objektif: Pasien tampak gelisah, tatapan tajam, dan berbicara tidak jelas, Pasien sering bertanya kapan dia bisa pulang
- Luaran (SLKI): Kontrol Halusinasi - Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami, Pasien dapat menggunakan teknik mengontrol halusinasi, Pasien dapat beristirahat dengan baik
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Halusinasi - Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi, Latih pasien mengenali dan mengontrol halusinasi, Berikan lingkungan yang tenang dan aman, Kolaborasi pemberian terapi farmakologis; Peningkatan Koping - Kaji kemampuan koping pasien, Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif, Dukung penggunaan strategi koping yang positif
2. Diagnosa Keperawatan Lainnya: Ansietas (+)
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Etiologi: Penggunaan zat/obat-obatan, Lingkungan yang tidak mendukung
- Data Subjektif: Pasien tampak cemas dan sering bertanya kapan dia pulang
- Data Objektif: Pasien tampak gelisah, mondar-mandir
- Luaran (SLKI): Tingkat Kecemasan - Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan, Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi, Pasien dapat beristirahat dengan baik
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Ansietas - Kaji tanda dan gejala kecemasan, Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan, Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman, Kolaborasi pemberian terapi farmakologis; Peningkatan Koping - Kaji kemampuan koping pasien, Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif, Dukung penggunaan strategi koping yang positif