Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11967 | 06 Feb 2025
Klinis : dampak risiko infeksi yang tidak tertangani
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi dampak risiko infeksi yang tidak tertangani adalah "Risiko Infeksi". Diagnosis ini menggambarkan kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Penjelasan:
Risiko Infeksi merupakan diagnosis keperawatan yang mengidentifikasi kemungkinan terjadinya invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menyebabkan kerusakan pada individu. Pada kondisi dampak risiko infeksi yang tidak tertangani, individu memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap infeksi karena adanya faktor-faktor risiko yang tidak ditangani secara tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Risiko Infeksi
- Individu mampu mengenali tanda dan gejala infeksi.
- Individu dapat melakukan pencegahan infeksi melalui perilaku higienis yang tepat.
- Lingkungan bebas dari sumber infeksi.
2. Integritas Kulit dan Membran Mukosa
- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit dan membran mukosa.
- Tidak terjadi infeksi pada kulit dan membran mukosa.
3. Kesejahteraan Psikologis
- Individu menunjukkan penurunan tingkat kecemasan terkait risiko infeksi.
- Individu memiliki sikap positif dalam mengelola risiko infeksi.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya kontrol risiko infeksi, integritas kulit dan membran mukosa yang terjaga, serta kesejahteraan psikologis individu. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan integritas kulit dan membran mukosa, serta meminimalkan dampak psikologis yang dapat timbul akibat risiko infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada individu.
- Kaji tanda dan gejala infeksi.
- Edukasi individu dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan infeksi.
2. Perawatan Luka
- Observasi kondisi kulit dan membran mukosa.
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur.
- Berikan perlindungan pada area kulit dan membran mukosa.
3. Terapi Psikologis
- Identifikasi tingkat kecemasan individu terkait risiko infeksi.
- Berikan dukungan psikologis untuk meningkatkan pemahaman dan keyakinan individu.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental untuk intervensi psikologis lebih lanjut.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen risiko infeksi, perawatan luka, dan terapi psikologis. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko, mencegah dan menangani infeksi, menjaga integritas kulit dan membran mukosa, serta mengelola dampak psikologis yang mungkin timbul. Intervensi ini diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dalam asuhan keperawatan. -
Article No. 11968 | 06 Feb 2025
Klinis : Makanan di sekitar jalan dijual mengandung pewarna maknan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Resiko Keracunan Makanan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Resiko Keracunan Makanan merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana individu atau kelompok berada dalam kondisi yang berisiko mengalami keracunan akibat mengonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya, seperti pewarna makanan yang tidak layak konsumsi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu atau kelompok dapat menghindari konsumsi makanan yang mengandung pewarna berbahaya, mengetahui tanda-tanda keracunan makanan, dan segera mendapatkan penanganan medis jika terjadi keracunan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Edukasi tentang bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna berbahaya.
b. Monitoring tanda dan gejala keracunan makanan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan keracunan.
d. Identifikasi sumber makanan yang aman untuk dikonsumsi.
e. Promosi perilaku hidup sehat terkait konsumsi makanan yang aman.
Secara akademis, diagnosa dan penjelasan ini didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar dalam menangani masalah kesehatan terkait keracunan makanan yang disebabkan oleh penggunaan pewarna makanan berbahaya. -
Article No. 11969 | 06 Feb 2025
Klinis : Ahmad, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, datang dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam sejak 2 hari terakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan tachypnea (40 kali/menit), penggunaan otot bantu pernapasan, suara ronki dan wheezing pada kedua paru, serta saturasi oksigen 88%. Diagnosis sementara adalah bronkopneumonia akut dengan gangguan oksigenasi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien Ahmad adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Pasien Ahmad memenuhi kriteria untuk diagnosis bronkopneumonia akut dengan gangguan oksigenasi. Kode ICD-10 J15.9 digunakan untuk pneumonia bakteri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas, batuk berdahak, demam, tachypnea, penggunaan otot bantu pernapasan, suara ronki dan wheezing, serta saturasi oksigen yang rendah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pengukuran oksigen darah arteri
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien Ahmad menunjukkan gangguan oksigenasi dengan saturasi oksigen yang rendah (88%), sehingga kemungkinan dilakukan pemeriksaan pengukuran oksigen darah arteri (kode ICD-9-CM 93.94) untuk mendukung diagnosis dan menentukan tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 11970 | 06 Feb 2025
Klinis : Ahmad, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, datang dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam sejak 2 hari terakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan tachypnea (40 kali/menit), penggunaan otot bantu pernapasan, suara ronki dan wheezing pada kedua paru, serta saturasi oksigen 88%. Diagnosis sementara adalah bronkopneumonia akut dengan gangguan oksigenasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ahmad, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dengan dugaan bronkopneumonia akut dan gangguan oksigenasi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Peningkatan Ventilasi/Perfusi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi
Penjelasan:
Ahmad mengalami sesak napas, tachypnea, penggunaan otot bantu pernapasan, serta saturasi oksigen yang rendah, yang menunjukkan adanya gangguan dalam pertukaran gas di paru-paru. Hal ini dapat disebabkan oleh proses infeksi pada saluran pernapasan, seperti bronkopneumonia, yang menyebabkan peradangan dan akumulasi sekret sehingga mengganggu ventilasi dan perfusi.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SLKI: Peningkatan Pembersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan:
Ahmad mengalami batuk berdahak dan wheezing, yang menunjukkan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan. Hal ini dapat menghambat pergerakan udara dan mengganggu proses pertukaran gas, sehingga memerlukan intervensi untuk membantu membersihkan jalan napas.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Dengan adanya gejala bronkopneumonia akut, Ahmad memiliki risiko terjadinya infeksi yang dapat menyebar dan memperburuk kondisinya. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mencegah dan mengelola infeksi yang mungkin terjadi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan yang diberikan. -
Article No. 11971 | 06 Feb 2025
Klinis : Ahmad, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, datang dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam sejak 2 hari terakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan tachypnea (40 kali/menit), penggunaan otot bantu pernapasan, suara ronki dan wheezing pada kedua paru, serta saturasi oksigen 88%. Diagnosis sementara adalah bronkopneumonia akut dengan gangguan oksigenasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kasus Ahmad, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dengan bronkopneumonia akut dan gangguan oksigenasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, edema mukosa, dan kelemahan otot pernapasan.
Gejala dan Tanda: Sputum berlebihan, batuk tidak efektif, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan, serta suara napas tambahan seperti ronki dan wheezing.
2. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida yang adekuat.
Penyebab: Gangguan ventilasi-perfusi, perubahan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida, serta penurunan kapasitas difusi.
Gejala dan Tanda: Sesak napas, napas cuping hidung, sianosis, dan saturasi oksigen di bawah normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi napas normal, tidak ada retraksi dinding dada, suara napas bersih, dan tidak ada sputum yang tersisa.
- Target: Frekuensi napas 20-30 kali/menit, tidak ada retraksi dinding dada, suara napas bersih, dan tidak ada sputum yang tersisa.
2. Status Oksigenasi
- Indikator: Saturasi oksigen normal, tidak ada tanda-tanda sianosis, dan tidak ada distres pernapasan.
- Target: Saturasi oksigen >95%, tidak ada tanda-tanda sianosis, dan tidak ada distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Lakukan fisioterapi dada (clapping, vibrating, postural drainage) untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Berikan humidifikasi oksigen untuk melembabkan jalan napas.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi.
- Pantau status pernapasan, seperti frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan suara napas.
- Beri dukungan dan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen pernapasan.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen >95%.
- Pantau status oksigenasi, seperti saturasi oksigen, warna kulit, dan tanda-tanda distres pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen, ventilasi, atau intubasi jika diperlukan.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, seperti posisi semi-fowler atau sesuai toleransi.
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen oksigenasi.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin telah saya berikan. Sebagai seorang perawat, saya berharap diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang saya sampaikan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk Ahmad. -
Article No. 11972 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. S berusia 72 tahun,mempunyai dua orang anak yang semuanya sudah menikah, anak laki – laki tinggal di Singapura dan anak perempuan yang tinggal di Surabaya. Ny. S tinggal di salah satu komplek bersama dengan pembantunya, suaminya meninggal tujuh tahun yang lalu setelah pensiun karena stroke. Ny. S juga menderita hipertensi. Ny.S adalah seorang ibu rumah tangga yang ,baik, ramah dan perduli dengan orang lain , namun setelah suaminya meninggal Ny. S mudah tersinggung,tidak sabar,,suka marah,cerewet dan bawel,hampir setiap tahun ganti pembantu karena tidak tahan dengan omelannya dan anak – anaknya pun tidak ada yang betah untuk tinggal bersama ibunya. Semenjak suaminya meninggal Ny S jarang ke luar rumah, tidak pernah ikut arisan, dan acara – acara lainnya. Kesibukannya setiap hari diisi dengan mengurus tanaman, menonton tv dan memelihara binatang kesayangan. Ny.S jarang melakukan kontrol ke rumah sakit, ke rumah sakit jika ada keluhan saja dengan alasan sudah tidak ada yang mengantarnya. Untuk memeriksakan tekanan darahnya seminggu sekali perawat pribadi datang mengunjugi.2 x seminggu dan memeriksa kesehatannya. Ny. S mengakui bahwa semenjak suaminya meninggal dia lebih suka berdiam diri dirumah tidak suka bergaul dengan tetangganya dengan alasan tetangganya tidak perduli lagi, sehingga tetangganya menganggap Ny.S sombong. Ny.S juga berpendapat bahwa semua yang dibutuhkan sudah ada di rumahnya. Perawat mengunjungi Ny.S dan bekerjasama, Ny.S mengakui situasi saat ini sebagai titik pilihan, dengan potensi untuk meningkatkan interaksi dengan lainnya dan meningkatkan interaksi dengan orang lain dan meningkatkan kesadaran. Cara – cara lama tidak lagi bekerja untuk Ny.S dan cara – cara baru yang berkaitan diperlukan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman negatif atau ketakutan akan hubungan yang tidak memadai atau kurangnya hubungan sosial.
Penyebab: Kehilangan pasangan/orang terdekat, perubahan lingkungan, dan keterbatasan kemampuan.
2. Koping Individu Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghadapi, mengatasi, dan memulihkan diri dari stressor.
Penyebab: Kehilangan dukungan sosial, perubahan peran, dan krisis situasional.
3. Resiko Deficit Perawatan Diri
Definisi: Risiko kegagalan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Penyebab: Gangguan kognitif, depresi, dan keterbatasan fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Partisipasi Sosial
Definisi: Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang bermakna.
Kriteria Hasil:
- Terlibat dalam aktivitas sosial di komunitas.
- Memiliki hubungan interpersonal yang memuaskan.
- Menggunakan sumber dukungan sosial yang tersedia.
2. Koping Efektif
Definisi: Kemampuan untuk menghadapi, mengatasi, dan memulihkan diri dari stressor.
Kriteria Hasil:
- Mengidentifikasi sumber stres.
- Menggunakan strategi koping yang sesuai.
- Menunjukkan adaptasi positif terhadap perubahan.
3. Kemandirian Perawatan Diri
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Kriteria Hasil:
- Melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Menggunakan alat bantu perawatan diri dengan tepat.
- Mempertahankan kebersihan dan kerapian diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Isolasi Sosial:
- Fasilitasi Interaksi Sosial
- Dukungan Kelompok
- Terapi Aktivitas Kelompok
2. Intervensi untuk Koping Individu Tidak Efektif:
- Manajemen Koping
- Terapi Reminiscence
- Terapi Aktivitas
3. Intervensi untuk Resiko Deficit Perawatan Diri:
- Perawatan Diri
- Latihan Kemandirian Perawatan Diri
- Dukungan Sistem
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai mencakup Isolasi Sosial, Koping Individu Tidak Efektif, dan Resiko Deficit Perawatan Diri. Ny. S mengalami isolasi sosial setelah kehilangan suaminya, memiliki koping individu yang tidak efektif dalam menghadapi perubahan dan stressor, serta berisiko mengalami deficit perawatan diri karena keterbatasan fisik dan psikologis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) meliputi Partisipasi Sosial, Koping Efektif, dan Kemandirian Perawatan Diri. Tujuannya adalah meningkatkan keterlibatan Ny. S dalam aktivitas sosial, mengembangkan strategi koping yang efektif, serta mempertahankan kemampuan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk mencapai tujuan luaran tersebut mencakup Fasilitasi Interaksi Sosial, Dukungan Kelompok, Terapi Aktivitas Kelompok untuk mengatasi isolasi sosial; Manajemen Koping, Terapi Reminiscence, Terapi Aktivitas untuk meningkatkan koping efektif; serta Perawatan Diri, Latihan Kemandirian Perawatan Diri, dan Dukungan Sistem untuk mempertahankan kemandirian perawatan diri. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu Ny. S beradaptasi dengan perubahan, meningkatkan keterlibatan sosial, dan mempertahankan kemandirian dalam perawatan diri. -
Article No. 11973 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. S berusia 72 tahun,mempunyai dua orang anak yang semuanya sudah menikah, anak laki – laki tinggal di Singapura dan anak perempuan yang tinggal di Surabaya. Ny. S tinggal di salah satu komplek bersama dengan pembantunya, suaminya meninggal tujuh tahun yang lalu setelah pensiun karena stroke. Ny. S juga menderita hipertensi. Ny.S adalah seorang ibu rumah tangga yang ,baik, ramah dan perduli dengan orang lain , namun setelah suaminya meninggal Ny. S mudah tersinggung,tidak sabar,,suka marah,cerewet dan bawel,hampir setiap tahun ganti pembantu karena tidak tahan dengan omelannya dan anak – anaknya pun tidak ada yang betah untuk tinggal bersama ibunya. Semenjak suaminya meninggal Ny S jarang ke luar rumah, tidak pernah ikut arisan, dan acara – acara lainnya. Kesibukannya setiap hari diisi dengan mengurus tanaman, menonton tv dan memelihara binatang kesayangan. Ny.S jarang melakukan kontrol ke rumah sakit, ke rumah sakit jika ada keluhan saja dengan alasan sudah tidak ada yang mengantarnya. Untuk memeriksakan tekanan darahnya seminggu sekali perawat pribadi datang mengunjugi.2 x seminggu dan memeriksa kesehatannya. Ny. S mengakui bahwa semenjak suaminya meninggal dia lebih suka berdiam diri dirumah tidak suka bergaul dengan tetangganya dengan alasan tetangganya tidak perduli lagi, sehingga tetangganya menganggap Ny.S sombong. Ny.S juga berpendapat bahwa semua yang dibutuhkan sudah ada di rumahnya. Perawat mengunjungi Ny.S dan bekerjasama, Ny.S mengakui situasi saat ini sebagai titik pilihan, dengan potensi untuk meningkatkan interaksi dengan lainnya dan meningkatkan interaksi dengan orang lain dan meningkatkan kesadaran. Cara – cara lama tidak lagi bekerja untuk Ny.S dan cara – cara baru yang berkaitan diperlukan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus Ny. S:
Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial berhubungan dengan kehilangan pasangan hidup ditandai dengan jarang keluar rumah, tidak ikut arisan, dan acara lain.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami atau memperlihatkan kurangnya hubungan sosial yang bermakna.
- Faktor yang Berhubungan: Kehilangan pasangan hidup, perubahan peran, dan perubahan lingkungan.
- Karakteristik Definisi: Menarik diri dari interaksi sosial, aktivitas sosial terbatas, dan perasaan tidak ada yang peduli.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Partisipasi Sosial Meningkat, Interaksi Sosial Meningkat, dan Kesepian Menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi dukungan emosional, Terapi aktivitas, dan Peningkatan keberfungsian sosial.
2. Perubahan Proses Pikir berhubungan dengan kehilangan pasangan hidup ditandai dengan mudah tersinggung, tidak sabar, suka marah, cerewet dan bawel.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan dalam proses mengorganisasi pikiran, persepsi, dan perilaku.
- Faktor yang Berhubungan: Kehilangan pasangan hidup, stres, dan perubahan status kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Perubahan kemampuan menyelesaikan masalah, perubahan mood, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Fungsi Kognitif Membaik, Regulasi Emosi Membaik, dan Perilaku Adaptif Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi Reminisens, Terapi Aktivitas, dan Konseling.
Kesimpulan:
Ny. S mengalami permasalahan terkait isolasi sosial dan perubahan proses pikir akibat kehilangan pasangan hidup. Diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu Ny. S beradaptasi dengan perubahan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 11974 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. S berusia 72 tahun,mempunyai dua orang anak yang semuanya sudah menikah, anak laki – laki tinggal di Singapura dan anak perempuan yang tinggal di Surabaya. Ny. S tinggal di salah satu komplek bersama dengan pembantunya, suaminya meninggal tujuh tahun yang lalu setelah pensiun karena stroke. Ny. S juga menderita hipertensi. Ny.S adalah seorang ibu rumah tangga yang ,baik, ramah dan perduli dengan orang lain , namun setelah suaminya meninggal Ny. S mudah tersinggung,tidak sabar,,suka marah,cerewet dan bawel,hampir setiap tahun ganti pembantu karena tidak tahan dengan omelannya dan anak – anaknya pun tidak ada yang betah untuk tinggal bersama ibunya. Semenjak suaminya meninggal Ny S jarang ke luar rumah, tidak pernah ikut arisan, dan acara – acara lainnya. Kesibukannya setiap hari diisi dengan mengurus tanaman, menonton tv dan memelihara binatang kesayangan. Ny.S jarang melakukan kontrol ke rumah sakit, ke rumah sakit jika ada keluhan saja dengan alasan sudah tidak ada yang mengantarnya. Untuk memeriksakan tekanan darahnya seminggu sekali perawat pribadi datang mengunjugi.2 x seminggu dan memeriksa kesehatannya. Ny. S mengakui bahwa semenjak suaminya meninggal dia lebih suka berdiam diri dirumah tidak suka bergaul dengan tetangganya dengan alasan tetangganya tidak perduli lagi, sehingga tetangganya menganggap Ny.S sombong. Ny.S juga berpendapat bahwa semua yang dibutuhkan sudah ada di rumahnya. Perawat mengunjungi Ny.S dan bekerjasama, Ny.S mengakui situasi saat ini sebagai titik pilihan, dengan potensi untuk meningkatkan interaksi dengan lainnya dan meningkatkan interaksi dengan orang lain dan meningkatkan kesadaran. Cara – cara lama tidak lagi bekerja untuk Ny.S dan cara – cara baru yang berkaitan diperlukan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Isolasi Sosial
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami keterpisahan yang merugikan dari masyarakat, orang lain, dan lingkungan sosial.
- Karakteristik Definisi: Ny. S tinggal sendiri di rumah dengan pembantu, jarang keluar rumah, tidak pernah ikut arisan atau acara lainnya, menghindari interaksi dengan tetangga, dan anak-anaknya jarang berkunjung.
2. Koping Individu Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan mengelola stresor yang mengancam kesejahteraan dan fungsi sehari-hari.
- Karakteristik Definisi: Ny. S mudah tersinggung, tidak sabar, suka marah, dan cerewet, sehingga menyebabkan konflik dengan pembantunya dan anak-anaknya.
3. Perubahan Proses Pikir
- Definisi: Perubahan dalam proses berpikir yang dapat memengaruhi kemampuan dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
- Karakteristik Definisi: Ny. S cenderung menarik diri, berpikir bahwa tetangganya tidak peduli lagi, dan merasa semua yang dibutuhkan sudah ada di rumahnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Interaksi Sosial
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan hubungan yang saling menguntungkan dan memuaskan dengan orang lain.
- Kriteria Hasil:
- Ny. S dapat berinteraksi dengan tetangga dan terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
- Ny. S dapat mengunjungi anak-anaknya secara teratur.
- Ny. S dapat mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara terbuka dengan anak-anaknya.
2. Kontrol Emosi
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengekspresikan emosi secara tepat.
- Kriteria Hasil:
- Ny. S dapat mengelola emosi negatif seperti mudah tersinggung, tidak sabar, dan marah.
- Ny. S dapat mengekspresikan emosi secara konstruktif.
- Ny. S dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan pembantunya dan anak-anaknya.
3. Fungsi Kognitif
- Definisi: Kemampuan individu untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
- Kriteria Hasil:
- Ny. S dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang dihadapi.
- Ny. S dapat membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.
- Ny. S dapat mempertimbangkan alternatif dan konsekuensi dalam mengambil keputusan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Aktivitas Kelompok
- Tujuan: Meningkatkan interaksi sosial Ny. S dengan tetangga dan orang lain di lingkungan sekitar.
- Aktivitas: Mengikutsertakan Ny. S dalam kegiatan sosial seperti arisan, pengajian, atau kegiatan komunitas lainnya.
2. Terapi Suportif
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan Ny. S dalam mengelola emosi dan menjalin hubungan yang baik dengan anak-anaknya.
- Aktivitas: Melakukan konseling individual atau keluarga untuk membantu Ny. S mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi yang tepat.
3. Terapi Reminisens
- Tujuan: Meningkatkan fungsi kognitif Ny. S dan memperkuat kemampuan pemecahan masalah.
- Aktivitas: Mendorong Ny. S untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman positif di masa lalu dan memanfaatkannya untuk mengatasi masalah saat ini.
Penjelasan rinci:
Asuhan keperawatan yang diberikan berfokus pada mengoptimalkan interaksi sosial, kontrol emosi, dan fungsi kognitif Ny. S. Intervensi keperawatan yang dipilih bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan Ny. S dalam kegiatan sosial, membantu Ny. S mengelola emosi negatif, dan memperkuat kemampuan pemecahan masalah. Dengan kolaborasi antara perawat dan Ny. S, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup Ny. S dan membantu mencapai kondisi yang lebih optimal. -
Article No. 11975 | 06 Feb 2025
Klinis : latihan memori siki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi "latihan memori siki" dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F03
- Deskripsi: Demensia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode F03 dalam ICD-10 digunakan untuk mendiagnosis demensia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Demensia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian.
- Latihan memori siki dapat dianggap sebagai upaya untuk memperbaiki atau mempertahankan fungsi kognitif, yang sering menjadi masalah pada pasien dengan demensia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi pelatihan kognitif
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 94.31 mewakili prosedur atau tindakan medis yang berkaitan dengan terapi pelatihan kognitif.
- Terapi pelatihan kognitif adalah intervensi yang bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan fungsi kognitif, seperti memori, perhatian, pemecahan masalah, dan kemampuan bahasa.
- Latihan memori siki dapat dianggap sebagai bagian dari terapi pelatihan kognitif yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan fungsi memori pasien.
Jadi, dalam kasus "latihan memori siki", kode ICD-10 yang sesuai adalah F03 (Demensia, tidak diklasifikasikan di tempat lain), dan kode ICD-9-CM Procedure yang relevan adalah 94.31 (Terapi pelatihan kognitif). -
Article No. 11976 | 06 Feb 2025
Klinis : Seorang wanita, Ny. S, 27 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut bawah yang semakin memberat sejak 4 hari terakhir. Nyeri dirasakan konstan, tumpul, dan menyebar ke punggung bawah serta kedua paha. Pasien juga mengeluhkan keputihan berwarna kuning kehijauan dengan bau tidak sedap, serta demam yang tidak kunjung turun sejak 3 hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa Ny. S sudah menikah selama 3 tahun dan belum memiliki anak. la mengaku sering mengalami dispareunia dan haidnya tidak teratur. Siklus terakhir haidnya terjadi 6 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat abortus 8 bulan yang lalu dan menjalani kuretase di klinik swasta dengan prosedur yang tidak jelas. Ia juga mengaku pernah mengalami ISK berulang. Hasil pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di regio hipogastrium, turgor kulit sedikit menurun, Pemeriksaan dalam: Nyeri goyang pada serviks (cervical motion tenderness), nyeri tekan pada kedua adneksa, keputihan purulen keluar dari kanalis servikalis. TTV TD 100/70 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,9°C. Hasil laboratorium Hb: 11,2 g/dL., Leukosit: 15.500/mm², CRP: meningkat, HCG: negative, Urinalisis: Leukosit positif (+), nitrit positif (+). penyebab dan tanda gejala dari nyeri akut, hipertermia, ansietas berdasarkan kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan dengan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Tujuan - Pasien akan melaporkan pengurangan rasa nyeri dan kemampuan untuk mengatasi nyeri meningkat.
- SIKI: Intervensi - Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri yang dialami pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Tujuan - Suhu tubuh pasien akan berada dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi - Manajemen Demam: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat di atas rentang normal.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tujuan - Pasien akan menunjukkan pengurangan tingkat ansietas.
- SIKI: Intervensi - Manajemen Ansietas: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa cemas, takut, atau khawatir yang dialami pasien.
Penyebab dan tanda gejala dari diagnosa keperawatan di atas:
1. Nyeri Akut: Penyebab dari nyeri akut pada kasus ini adalah adanya infeksi panggul (pelvic inflammatory disease) yang ditandai dengan nyeri perut bawah, nyeri tekan pada adneksa, dan nyeri goyang pada serviks.
2. Hipertermia: Penyebab hipertermia pada kasus ini adalah adanya infeksi panggul yang ditandai dengan demam yang tidak kunjung turun.
3. Ansietas: Penyebab ansietas pada kasus ini adalah adanya riwayat abortus dan tindakan kuretase yang tidak jelas di masa lalu, serta kondisi infeksi panggul yang sedang dialami pasien saat ini.