Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21290 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan keras pada punggung kiri (skapula) dan tungkai bawah kanan (tibia-fibula) yang sudah muncul sejak usia sekitar 4 tahun dan terus bertambah besar hingga saat ini. Pasien memiliki berat badan 42 kg dan tinggi badan 152 cm. Keluhan utama pasien adalah adanya benjolan yang mengganggu penampilan, meskipun tidak menimbulkan nyeri saat istirahat maupun bergerak. Dari riwayat keluarga diketahui bahwa ayah pasien juga memiliki kelainan serupa, sehingga memperkuat dugaan adanya penyakit keturunan dengan pola autosomal dominan. Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan umum baik, sadar penuh, dengan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,8°C. Ditemukan benjolan multipel pada skapula kiri dan tibia-fibula kanan, berukuran keras, teraba tidak nyeri, dan kulit di atasnya tampak normal. Range of motion (ROM) bahu kiri, lutut, serta pergelangan kaki masih baik dan tidak terbatas. Pasien tidak mengeluhkan gangguan tidur atau nafsu makan, namun menyatakan merasa cemas dan malu dengan kondisi tubuhnya, sehingga terkadang menarik diri dari aktivitas sosial bersama teman-temannya. Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil laboratorium normal, meliputi hemoglobin 13 g/dL, leukosit 7.200/mm³, trombosit 280.000/mm³, ureum 25 mg/dL, kreatinin 0,7 mg/dL, serta urinalisis dalam batas normal. Pemeriksaan radiografi polos pada bahu kiri memperlihatkan adanya osteokondroma sessile pada scapula, sedangkan pada tibia-fibula kanan tampak lesi sessile multipel yang melebar dari metafisis, dengan gambaran berkorteks baik, sebagian mengapur menyerupai kembang kol, dan arah pertumbuhan menjauhi epifisis. Cartilage cap terukur < 1,5 cm. Tidak ditemukan tanda-tanda transformasi ganas seperti litik, destruksi tulang, atau kalsifikasi jaringan lunak. CT scan maupun MRI tidak dilakukan, karena hasil foto polos radiografi sudah cukup menegakkan diagnosis dan menyingkirkan keganasan. Diagnosis medis pasien ditegakkan sebagai Eksostosis Herediter Ganda (Multiple Hereditary Exostoses / Osteochondroma Multipel). Pasien mendapatkan terapi non-farmakologis berupa edukasi dan konseling psikologis untuk membantu mengatasi kecemasan dan masalah citra tubuh. Tindakan pembedahan sebenarnya diindikasikan untuk alasan kosmetik dan pencegahan komplikasi, namun keluarga menolak operasi pada saat ini. Terapi farmakologis hanya berupa analgesik ringan (parasetamol 500 mg, jika nyeri) yang diberikan bila pasien mengeluh nyeri setelah aktivitas. 6 diagnosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah 6 diagnosis keperawatan dengan penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Kode 00118, Definisi: Persepsi negatif atau gangguan terhadap penampilan fisik seseorang
- SLKI: Kode 00118, Definisi: Kemampuan individu untuk menerima penampilan fisiknya
- SIKI: Kode 00118, Definisi: Tindakan untuk membantu individu menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan penampilan fisik
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Aktivitas
- SDKI: Kode 00035, Definisi: Risiko mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari secara mandiri
- SLKI: Kode 00035, Definisi: Kemampuan individu untuk melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari secara mandiri
- SIKI: Kode 00035, Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari secara mandiri
3. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kode 00146, Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
- SLKI: Kode 00146, Definisi: Kemampuan individu untuk mengelola perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
- SIKI: Kode 00146, Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mengelola perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
4. Diagnosa Keperawatan: Keterbatasan Mobilitas Fisik
- SDKI: Kode 00085, Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan secara mandiri, baik yang disebabkan oleh kondisi muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lainnya
- SLKI: Kode 00085, Definisi: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri
- SIKI: Kode 00085, Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam bergerak secara mandiri
5. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
- SDKI: Kode 00038, Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya
- SLKI: Kode 00038, Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah kerusakan fisik yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya
- SIKI: Kode 00038, Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mencegah kerusakan fisik yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya
6. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- SDKI: Kode 00099, Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan
- SLKI: Kode 00099, Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan
- SIKI: Kode 00099, Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan -
Article No. 21291 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien kejang,tidak sadarakan diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami kejang dan tidak sadarkan diri, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Tingkat Kesadaran (00022)
- Definisi: Penurunan kemampuan untuk merespon secara adekuat terhadap rangsangan internal dan eksternal, ditandai dengan penurunan tingkat kesadaran.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Tingkat Kesadaran (00022)
- Definisi: Penurunan kemampuan untuk merespon secara adekuat terhadap rangsangan internal dan eksternal, ditandai dengan penurunan tingkat kesadaran.
- Kode: 00022
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kesadaran Membaik (1206)
- Definisi: Peningkatan kemampuan untuk merespon secara adekuat terhadap rangsangan internal dan eksternal.
- Kode: 1206
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Neurologis (6680)
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data tentang status dan fungsi sistem saraf pusat pasien.
- Kode: 6680
2. Manajemen Kejang (2680)
- Definisi: Pencegahan dan pengendalian aktivitas kejang.
- Kode: 2680
3. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (2100)
- Definisi: Pencegahan dan pengendalian peningkatan tekanan pada cairan dan jaringan di dalam rongga kranial.
- Kode: 2100
Dalam tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, penjelasan singkat di atas mencakup Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kejang dan tidak sadarkan diri. -
Article No. 21292 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien kejang,tidak sadarakan diri, mengalami penurunan gerak kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Serebral Terganggu (00201)
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Kode: 00201
- Definisi: Penurunan aliran darah dan oksigen ke otak, yang dapat mengancam fungsi serebral.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode: LS 14001
- Definisi: Pemulihan fungsi serebral yang optimal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode: IP 14001
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mempertahankan dan memulihkan perfusi serebral yang optimal.
Penjelasan singkat:
Pasien yang mengalami kejang, tidak sadarkan diri, dan penurunan gerak kiri menunjukkan adanya gangguan perfusi serebral. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti stroke, trauma kepala, atau masalah neurologis lainnya. Tujuan keperawatan adalah untuk memulihkan fungsi serebral secara optimal melalui serangkaian intervensi keperawatan, seperti memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan melakukan tindakan lain yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21248 | 30 Aug 2025
Klinis : -- Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D. 0009)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D.0009)".
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D.0009)
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: D.0009
Definisi: Keadaan dimana sirkulasi darah ke perifer tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L.0172
Definisi: Keadaan dimana pasien menunjukkan perfusi perifer yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I.0343
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk meningkatkan perfusi perifer pada pasien.
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya dapat menjelaskan bahwa Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D.0009) merupakan suatu kondisi dimana terdapat penurunan sirkulasi darah ke perifer, sehingga kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi tidak dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kardiovaskular, vasokonstriksi, atau edema.
Penanganan yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk meningkatkan perfusi perifer yang adekuat (SLKI L.0172) melalui serangkaian intervensi keperawatan (SIKI I.0343), seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian terapi oksigen, dan perawatan ekstremitas. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sirkulasi darah ke perifer dapat berjalan dengan lancar dan memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya siap membantu Anda dalam memahami dan menangani kasus Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D.0009) dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien dan berdasarkan praktik keperawatan yang terbaik. -
Article No. 21249 | 30 Aug 2025
Klinis : -- Perfusi Perifer tidak efektif (SDKI D. 0009)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red255\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b PERNYATAAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Kode SDKI D.0009\b0 : Perfusi Perifer Tidak Efektif\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Definisi\b0 : Penurunan suplai darah pada tingkat jaringan perifer yang dapat mengganggu kesehatan.\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Klasifikasi\b0 : Domain D (Perfusi)\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b FAKTOR PENYEBAB (ETIOLOGI) YANG SERING TERKAIT:\par
Hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus, trombosis, emboli, vasokonstriksi, hipovolemia, atau kondisi yang mengganggu integritas vaskular.\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b KARAKTERISTIK PENUNJANG (DEFINING CHARACTERISTICS):\par
- Kulit pucat atau sianosis pada ekstremitas\par
- Penurunan atau tidak adanya denyut nadi perifer\par
- Ekstremitas teraba dingin\par
- Penurunan tekanan darah perifer\par
- Klaudikasio (nyeri saat beraktivitas)\par
- Luka atau ulserasi yang sulit sembuh\par
- Penurunan pengisian kapiler\par
- Penurunan sensasi atau kesemutan\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b\i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)\b0\i0\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Kode SLKI L.08031\b0 : Status Sirkulasi Perifer\par
\b Kriteria Evaluasi (Kemampuan klien untuk):\b0\par
- Denyut nadi perifer teraba dan kuat\par
- Warna kulit normal (tidak pucat atau sianosis)\par
- Suhu kulit hangat\par
- Pengisian kapiler < 3 detik\par
- Tidak ada nyeri atau kram pada ekstremitas\par
- Tidak ada edema\par
- Tekanan darah dalam rentang normal\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b\i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)\b0\i0\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Kode SIKI I.08070\b0 : Manajemen Perfusi Jaringan Perifer\par
\b Tindakan Keperawatan:\b0\par
- Monitor denyut nadi perifer (kuat, lemah, atau tidak ada)\par
- Observasi warna, suhu, dan kelembaban kulit\par
- Evaluasi sensasi dan pergerakan ekstremitas\par
- Anjurkan posisi yang tidak menekan pembuluh darah\par
- Hindari paparan suhu dingin yang berlebihan\par
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan\par
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antikoagulan, vasodilator) sesuai indikasi\par
- Ajarkan teknik perawatan kaki untuk mencegah injury\par
- Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi untuk meningkatkan sirkulasi\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b Kode SIKI I.08025\b0 : Manajemen Hipertensi (jika terkait)\par
\b Kode SIKI I.08026\b0 : Manajemen Hipotensi (jika terkait)\par
\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b\i Catatan Penting:\b0\i0 Diagnosis keperawatan ini memerlukan pendekatan holistik dengan mempertimbangkan kondisi medis yang mendasari. Intervensi keperawatan bersifat kolaboratif dan memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti nekrosis jaringan atau amputasi.\par
} -
Article No. 21250 | 30 Aug 2025
Klinis : pasien hidronefrosis post ureterolitotomi , gangguan eliminasi urin yang muncul
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien hidronefrosis post ureterolitotomi dengan gangguan eliminasi urin yang muncul, dengan format yang terstruktur seperti yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N13.0
- Deskripsi: Hidronefrosis dengan obstruksi proksimal ureter
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 55.21
- Deskripsi: Ureterolitotomi, ekstraksi batu ureter
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N13.0 (Hidronefrosis dengan obstruksi proksimal ureter) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami hidronefrosis setelah menjalani prosedur ureterolitotomi. Hidronefrosis adalah kondisi dimana terjadi pembesaran ginjal akibat adanya gangguan aliran urin.
2. Kode ICD-9-CM 55.21 (Ureterolitotomi, ekstraksi batu ureter) menggambarkan prosedur operasi yang telah dilakukan pada pasien untuk mengeluarkan batu dari ureter (saluran kemih).
Setelah prosedur ureterolitotomi, pasien mengalami gangguan eliminasi urin yang muncul, yang dapat disebabkan oleh adanya sisa obstruksi atau komplikasi lain dari prosedur sebelumnya. Hal ini perlu dievaluasi lebih lanjut oleh dokter untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat. -
Article No. 21251 | 30 Aug 2025
Klinis : pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi ,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan ureterolitotomi yang dilakukan. Pasien akan merasakan nyeri pada area operasi yang dapat mengganggu aktivitas dan pemulihan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan. Pasien berisiko mengalami infeksi luka operasi atau infeksi saluran kemih akibat tindakan pembedahan.
3. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan proses pembedahan dan hidronefrosis. Pasien dapat mengalami kelebihan atau kekurangan cairan akibat proses penyakit dan tindakan pembedahan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga tingkat yang dapat diterima, mampu mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik nonfarmakologis, dan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
2. Bebas Infeksi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, luka operasi sembuh dengan baik, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit atau tanda-tanda infeksi lainnya.
3. Keseimbangan Cairan Terjaga: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, intake dan output cairan seimbang, dan tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Pencegahan Infeksi:
- Lakukan perawatan luka operasi dengan teknik aseptik
- Monitor tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan
- Berikan antibiotik sesuai dengan resep dokter
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan gejala infeksi
3. Manajemen Cairan:
- Lakukan pemantauan intake dan output cairan secara ketat
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan seperti perubahan berat badan, edema, tekanan darah, atau keluhan pasien
- Berikan cairan intravena atau diuretik sesuai dengan kebutuhan dan resep dokter
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pemulihan pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi. -
Article No. 21252 | 30 Aug 2025
Klinis : pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi , gangguan eliminasi urine apa yang muncul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Eliminasi Urine" (SDKI 2017). Hidronefrosis adalah kondisi yang ditandai dengan dilatasi atau pembesaran dari pelvis ginjal dan sistem pialvis sebagai akibat dari obstruksi aliran urine. Pasca pembedahan ureterolitotomi, pasien dapat mengalami gangguan dalam pengeluaran urine.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keseimbangan Cairan terpelihara (SLKI 2019)
b. Pola Eliminasi Urine Membaik (SLKI 2019)
c. Nyeri Terkontrol (SLKI 2019)
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang terpelihara, pola eliminasi urine yang membaik, dan nyeri yang terkontrol. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut akibat gangguan eliminasi urine.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Memantau intake dan output cairan
b. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi pengeluaran urine
c. Memberikan terapi cairan sesuai kebutuhan
d. Mengkaji karakteristik urine (jumlah, warna, bau, dll)
e. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
f. Memberikan obat-obatan analgesik sesuai dengan resep dokter
g. Mengkaji tanda-tanda vital secara berkala
h. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan intervensi lebih lanjut
Intervensi-intervensi tersebut ditujukan untuk memantau kondisi pasien, memfasilitasi pengeluaran urine, mengelola cairan dan nyeri, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai luaran yang diharapkan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi akan dilakukan secara berkala sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap untuk membantu. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 21253 | 30 Aug 2025
Klinis : pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi , gangguan eliminasi urine apa yang muncul dari hasil pengkajian : pasien sering buang air kecil saat malam hari dan jumlahnya sedikit , pasien sering mengelukan sakit saat BAK , pasien juga , sering minum minuman seperti teh dan jarang minum air putih , terlihat pasien terpasang kateter dan terpasang drainase
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi adalah "Gangguan Eliminasi Urine" (00016). Hal ini didasarkan pada gejala yang muncul, yaitu: pasien sering buang air kecil saat malam hari dengan jumlah yang sedikit, pasien sering mengeluhkan sakit saat buang air kecil, serta pasien terlihat terpasang kateter dan drainase.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Tidak ada tanda-tanda kekurangan atau kelebihan cairan (00050)
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
- Pasien tidak mengeluhkan rasa haus yang berlebihan
- Pasien tidak mengeluhkan edema atau dehidrasi
2. Kemampuan Buang Air Kecil: Membaik (00526)
- Pasien dapat buang air kecil secara mandiri dengan frekuensi dan volume yang normal
- Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit atau nyeri saat buang air kecil
- Hasil pemeriksaan laboratorium (urinalisis) dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat
- Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menyesuaikan terapi cairan sesuai kebutuhan pasien
2. Perawatan Kateter Urin
- Kaji posisi dan fungsi kateter urin secara berkala
- Lakukan perawatan kateter urin sesuai prosedur
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mempertimbangkan penggunaan kateter jangka panjang
3. Manajemen Rasa Nyeri
- Kaji intensitas dan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien saat buang air kecil
- Berikan analgesik sesuai resep medis untuk mengurangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
4. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien tentang penyebab, pencegahan, dan perawatan hidronefrosis
- Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan, terutama air putih
- Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan dan higienis untuk mencegah infeksi saluran kemih
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang baik, kemampuan buang air kecil yang membaik, dan bebas dari gejala yang mengganggu. -
Article No. 21254 | 30 Aug 2025
Klinis : pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi , gangguan eliminasi urine , nyeri akut , resiko infeksi , dan kurang pengetahuan . paparkan sdki, slki, dan siki dari hasil pengkajian : pasien sering buang air kecil saat malam hari dan jumlahnya sedikit , pasien sering mengelukan sakit saat BAK , pasien juga , sering minum minuman seperti teh dan jarang minum air putih , terlihat pasien terpasang kateter dan terpasang drainase
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi, gangguan eliminasi urine, nyeri akut, risiko infeksi, dan kurang pengetahuan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Eliminasi Urine (00016) berhubungan dengan obstruksi urine sekunder akibat hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi, ditandai dengan sering buang air kecil saat malam hari dengan jumlah sedikit, dan terpasang kateter.
2. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan prosedur pembedahan ureterolitotomi, ditandai dengan keluhan nyeri saat berkemih.
3. Risiko Infeksi (00004) berhubungan dengan terpasangnya kateter dan drainase, serta tindakan pembedahan.
4. Kurang Pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi dan pengelolaan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi, ditandai dengan jarang minum air putih dan sering minum minuman seperti teh.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Eliminasi Urine (0503)
- Kriteria Hasil: Pola berkemih kembali normal, volume urine dalam kisaran normal, tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih.
2. Kontrol Nyeri (1605)
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Kontrol Infeksi (1842)
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
4. Pengetahuan: Manajemen Penyakit (1803)
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Eliminasi Urine (4120)
- Kaji pola eliminasi urine, tanda-tanda infeksi saluran kemih, dan keluhan terkait
- Pantau intake dan output cairan, serta karakteristik urine
- Atur posisi tubuh untuk memfasilitasi eliminasi urine
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penanganan kateter dan drainase
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan
3. Manajemen Risiko Infeksi (6540)
- Kaji tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan perubahan karakteristik cairan drainase
- Pertahankan teknik aseptik saat mengganti balutan dan merawat kateter/drainase
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi
4. Edukasi Kesehatan (5510)
- Berikan informasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan hidronefrosis sinistra post ureterolitotomi
- Ajarkan tentang pentingnya intake cairan yang adekuat, terutama air putih, untuk mencegah komplikasi
- Dorong pasien untuk aktif bertanya dan terlibat dalam perencanaan asuhan keperawatan
Harapannya, melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, seperti perbaikan pola eliminasi urine, penurunan nyeri, pencegahan infeksi, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kondisinya.