Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11937 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. M, 26 tahun, datang ke poliklinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Ia juga mengatakan bahwa ia mudah mengantuk dan merasa jantungnya berdebar-debar. Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sayur serta daging. Riwayat obstetri: Kehamilan kedua, kehamilan pertama lahir spontan tanpa komplikasi. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan ini. Pemeriksaan TTV: TD 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,7 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan terlihat konjunctiva tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, tidak ada edema dan turgor kulit cukup namun ujung jari teraba dingin. Saat auskultasi terdengar murmur sistolik ringan di area pulmonal. Pada pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai usia kehamilan dan janin dalam presentasi kepala. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit 30%, serum besi 30 µg/dL. Perawat menganjurkan ibu untuk makan daging merah, hati dan sayur berdaun hijau gelap.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Faktor Berhubungan: Pola makan yang tidak teratur, kurang mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi (daging merah, hati, sayur berdaun hijau).
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
Faktor Berhubungan: Anemia, sesak napas, dan kelelahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Sesuai Kebutuhan
Kriteria Hasil:
a. Mengonsumsi makanan kaya zat besi sesuai anjuran.
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Kadar Hb dan hematokrit dalam batas normal.
2. Toleransi Aktivitas
Kriteria Hasil:
a. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
b. Tidak ada keluhan sesak napas saat beraktivitas.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal saat aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Kaji pola makan pasien dan identifikasi kebutuhan nutrisi.
b. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kaya zat besi (daging merah, hati, sayur berdaun hijau) secara teratur.
c. Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama kehamilan.
d. Pantau asupan makanan dan zat gizi pasien.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai.
2. Manajemen Energi
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
b. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup dan menghindari aktivitas berlebihan.
c. Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas dan istirahat.
d. Berikan edukasi tentang pentingnya aktivitas fisik yang sesuai selama kehamilan.
e. Pantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
Penjelasan rinci:
Pada kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh dan Intoleransi Aktivitas. Pasien mengalami keluhan kelelahan, lemas, pusing, dan sesak napas yang menunjukkan adanya anemia selama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur dan kurangnya asupan makanan kaya zat besi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Keseimbangan Nutrisi: Sesuai Kebutuhan dan Toleransi Aktivitas. Kriteria hasil yang diharapkan mencakup perbaikan asupan nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, kadar Hb dan hematokrit dalam batas normal, serta peningkatan toleransi aktivitas sehari-hari tanpa keluhan berlebih.
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah Manajemen Nutrisi dan Manajemen Energi. Pada Manajemen Nutrisi, perawat akan mengkaji pola makan, memberikan edukasi tentang nutrisi yang adekuat selama kehamilan, dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai. Pada Manajemen Energi, perawat akan mengkaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien, memberikan edukasi tentang aktivitas yang sesuai, serta memantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu Keseimbangan Nutrisi: Sesuai Kebutuhan dan Toleransi Aktivitas, sehingga dapat meningkatkan kesehatan ibu selama kehamilan. -
Article No. 11938 | 06 Feb 2025
Klinis : Luka post operasi usus buntu. Luka bernanah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K42.9
- Deskripsi: Hernia inguinal, tidak terspesifikasi, tanpa obstruksi atau gangren
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Appendektomi, terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K42.9 (Hernia inguinal, tidak terspesifikasi, tanpa obstruksi atau gangren) digunakan untuk menggambarkan kondisi luka post operasi usus buntu. Usus buntu (apendisitis) sering disertai dengan pembentukan hernia inguinal yang dapat menyebabkan komplikasi pasca operasi, sehingga kode ini dianggap sesuai.
2. Kode ICD-9-CM 47.0 (Appendektomi, terbuka) menunjukkan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi apendisitis, yang kemungkinan menyebabkan luka post operasi usus buntu.
Untuk kondisi luka bernanah, tidak ada kode ICD-10 spesifik yang disediakan. Namun, kondisi ini dapat dikodekan sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L08.9
- Deskripsi: Infeksi lokal kulit dan jaringan subkutan, tidak terspesifikasi
Infeksi lokal kulit dan jaringan subkutan yang menyebabkan luka bernanah dapat dikodekan menggunakan kode L08.9, yang merupakan kode yang lebih umum untuk kondisi tersebut.
Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 11939 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. M, 26 tahun, datang ke poliklinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Ia juga mengatakan bahwa ia mudah mengantuk dan merasa jantungnya berdebar-debar. Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sayur serta daging. Riwayat obstetri: Kehamilan kedua, kehamilan pertama lahir spontan tanpa komplikasi. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan ini. Pemeriksaan TTV: TD 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,7 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan terlihat konjunctiva tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, tidak ada edema dan turgor kulit cukup namun ujung jari teraba dingin. Saat auskultasi terdengar murmur sistolik ringan di area pulmonal. Pada pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai usia kehamilan dan janin dalam presentasi kepala. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit 30%, serum besi 30 µg/dL. Perawat menganjurkan ibu untuk makan daging merah, hati dan sayur berdaun hijau gelap. apa diagnosa dari kasus tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Ny. M yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisiensi Besi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diperoleh, Ny. M mengalami gejala-gejala anemia, seperti cepat lelah, lemas, sering pusing, sesak saat berjalan jauh, dan mudah mengantuk. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb yang rendah (8,5 g/dL) serta kadar serum besi yang rendah (30 µg/dL), yang mengindikasikan adanya defisiensi besi. Hal ini disebabkan oleh pola makan Ny. M yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sumber protein hewani serta sayuran hijau.
SDKI: Defisiensi Besi
SLKI: Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpelihara, Performa Aktivitas Fisik Membaik
SIKI: Manajemen Anemia, Edukasi Nutrisi, Monitoring Laboratorium
2. Gangguan Perfusi Jaringan Berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan
Penjelasan:
Gejala-gejala yang dialami Ny. M, seperti sering pusing, sesak saat berjalan jauh, dan ujung jari yang teraba dingin, mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penurunan volume cairan akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan
SLKI: Perfusi Jaringan Membaik, Tanda-Tanda Vital dalam Rentang Normal
SIKI: Manajemen Cairan, Pengaturan Aktivitas, Edukasi Nutrisi
Diharapkan dengan penanganan yang tepat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, kondisi Ny. M dapat segera membaik dan kehamilannya dapat berjalan dengan lancar. -
Article No. 11940 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. M, 26 tahun, datang ke poliklinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Ia juga mengatakan bahwa ia mudah mengantuk dan merasa jantungnya berdebar-debar. Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sayur serta daging. Riwayat obstetri: Kehamilan kedua, kehamilan pertama lahir spontan tanpa komplikasi. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan ini. Pemeriksaan TTV: TD 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,7 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan terlihat konjunctiva tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, tidak ada edema dan turgor kulit cukup namun ujung jari teraba dingin. Saat auskultasi terdengar murmur sistolik ringan di area pulmonal. Pada pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai usia kehamilan dan janin dalam presentasi kepala. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit 30%, serum besi 30 µg/dL. Perawat menganjurkan ibu untuk makan daging merah, hati dan sayur berdaun hijau gelap. apa diagnosa dari kasus tersebut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Indikator:
- Asupan nutrisi
- Berat badan
- Kadar hemoglobin
- Target:
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan nutrisi selama kehamilan
- Berat badan pasien meningkat sesuai usia kehamilan
- Kadar hemoglobin pasien meningkat menjadi 11-12 g/dL
2. Intoleransi Aktivitas
- Indikator:
- Toleransi terhadap aktivitas
- Kelelahan
- Dispnea
- Target:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman selama kehamilan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Identifikasi status nutrisi pasien (antropometri, laboratorium, asupan)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien selama kehamilan
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, hati, sayuran hijau gelap
- Monitoring asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala
- Berikan suplementasi besi dan folat sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup dan mengatur pola aktivitas sehari-hari
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen energi untuk mengatasi kelelahan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penjadwalan aktivitas dan istirahat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. M adalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh dan Intoleransi Aktivitas. Pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya defisiensi nutrisi, seperti cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan kadar hemoglobin yang rendah. Selain itu, pasien juga mengalami intoleransi terhadap aktivitas, seperti mudah mengantuk dan merasa jantung berdebar-debar saat beraktivitas.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan nutrisi selama kehamilan, berat badan meningkat sesuai usia kehamilan, kadar hemoglobin meningkat menjadi 11-12 g/dL, serta pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi identifikasi status nutrisi pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet, edukasi kepada pasien dan keluarga, monitoring asupan nutrisi dan berat badan, pemberian suplementasi besi dan folat, identifikasi tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas, anjuran untuk beristirahat yang cukup, teknik relaksasi dan manajemen energi, serta kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai. -
Article No. 11941 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. M, 26 tahun, datang ke poliklinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Ia juga mengatakan bahwa ia mudah mengantuk dan merasa jantungnya berdebar-debar. Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sayur serta daging. Riwayat obstetri: Kehamilan kedua, kehamilan pertama lahir spontan tanpa komplikasi. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan ini. Pemeriksaan TTV: TD 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,7 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan terlihat konjunctiva tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, tidak ada edema dan turgor kulit cukup namun ujung jari teraba dingin. Saat auskultasi terdengar murmur sistolik ringan di area pulmonal. Pada pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai usia kehamilan dan janin dalam presentasi kepala. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit 30%, serum besi 30 µg/dL. Perawat menganjurkan ibu untuk makan daging merah, hati dan sayur berdaun hijau gelap. apa diagnosa dari kasus tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang tepat untuk Ny. M adalah:
1. Defisiensi Besi berhubungan dengan asupan nutrisi kurang, ditandai dengan anemia, konjungtiva tampak pucat, mukosa bibir kering, ujung jari teraba dingin.
Penjelasan:
Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) karena Ny. M menunjukkan tanda-tanda anemia, seperti cepat lelah, lemas, sering pusing, sesak saat berjalan jauh, dan pemeriksaan laboratorium mengonfirmasi kadar Hb dan serum besi yang rendah. Hal ini mengindikasikan adanya defisiensi besi.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisiologis akibat anemia, ditandai dengan cepat lelah, lemas, dan sesak saat berjalan jauh.
Penjelasan:
Diagnosa ini sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) karena Ny. M menunjukkan penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik akibat anemia yang dialaminya.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan anemia, ditandai dengan sering pusing dan mudah mengantuk.
Penjelasan:
Diagnosa ini sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) karena Ny. M menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan serebral akibat anemia, seperti sering pusing dan mudah mengantuk.
Sebagai perawat, saya akan memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan Ny. M, sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11942 | 06 Feb 2025
Klinis : intervensi Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan Hipertensi
Definisi:
Kondisi dimana terdapat risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan neuron dan disfungsi neurologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif ditandai dengan gejala seperti perubahan status mental, pusing, sakit kepala, gangguan koordinasi, dan perubahan fungsi sensorik atau motorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan meliputi pasien akan menunjukkan perfusi serebral yang efektif, bebas dari gejala perubahan status mental, pusing, sakit kepala, gangguan koordinasi, dan perubahan fungsi sensorik atau motorik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, pengaturan lingkungan yang aman, edukasi terkait manajemen hipertensi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan hipertensi.
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko perfusi serebral tidak efektif yang disebabkan oleh hipertensi secara komprehensif, sehingga dapat mencegah komplikasi dan mempertahankan fungsi neurologis pasien. -
Article No. 11943 | 06 Feb 2025
Klinis : intervensi terapeutik Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif yang disebabkan oleh hipertensi, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- Faktor yang berhubungan dalam kasus ini adalah hipertensi, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan mengganggu aliran darah ke otak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Serebral Adekuat, di mana individu menunjukkan tanda-tanda perfusi serebral yang optimal, seperti kesadaran yang baik, tidak ada tanda-tanda stroke, dan pemeriksaan neurologis normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi terapeutik yang dapat diberikan adalah:
a. Pemantauan tekanan darah secara teratur
b. Pemberian obat antihipertensi sesuai resep dokter
c. Edukasi tentang manajemen hipertensi dan gaya hidup sehat
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, farmasis, ahli gizi) untuk penanganan hipertensi yang komprehensif.
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan perfusi serebral, dan mencegah komplikasi terkait hipertensi pada sistem saraf pusat. -
Article No. 11944 | 06 Feb 2025
Klinis : diagnosa hipertensi ,dia sesak nafas tekanan darah 131 karna udah terapi amplodipin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertensi dengan sesak napas dan tekanan darah 131 mmHg.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Faktor Terkait: Hipertensi
2. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
- Definisi: Berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular.
- Faktor Terkait: Hipertensi
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, Manajemen Napas.
2. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan volume cairan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen Cairan, Pemantauan Cairan, Terapi Cairan.
Dalam konteks ini, pasien dengan hipertensi dan sesak napas serta tekanan darah 131 mmHg membutuhkan intervensi keperawatan untuk menangani pola napas tidak efektif dan risiko ketidakseimbangan volume cairan. Perawat perlu memantau tanda-tanda vital, mengatur pemberian oksigen, serta memantau dan mengatur keseimbangan cairan pasien. -
Article No. 11945 | 06 Feb 2025
Klinis : intervensi hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi intervensi hipertensi dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Hipertensi
Definisi:
Tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengontrol tekanan darah tinggi dengan menggunakan pengobatan, perubahan gaya hidup, dan monitoring yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
- Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
- Adanya keluhan terkait hipertensi seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar, dll.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang Diharapkan:
- Tekanan darah terkontrol dalam batas normal
- Klien menunjukkan perilaku manajemen hipertensi yang efektif
- Klien bebas dari komplikasi hipertensi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring Tekanan Darah
2. Edukasi Manajemen Hipertensi
3. Kolaborasi Terapi Farmakologis
4. Modifikasi Gaya Hidup
5. Manajemen Stres
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Manajemen Hipertensi" menggambarkan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mengontrol tekanan darah tinggi pada pasien. Ini meliputi pemantauan tekanan darah, edukasi tentang manajemen hipertensi, kolaborasi dengan tim medis untuk terapi obat, modifikasi gaya hidup yang sehat, dan manajemen stres. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, meningkatkan perilaku manajemen hipertensi yang efektif, dan mencegah komplikasi terkait hipertensi. Standar ini berlandaskan pada pedoman PPNI sebagai organisasi profesi perawat di Indonesia. -
Article No. 11946 | 06 Feb 2025
Klinis : Ny. M, 26 tahun, datang ke poliklinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan cepat lelah, lemas, sering pusing, dan sesak saat berjalan jauh. Ia juga mengatakan bahwa ia mudah mengantuk dan merasa jantungnya berdebar-debar. Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur dan jarang mengonsumsi sayur serta daging. Riwayat obstetri: Kehamilan kedua, kehamilan pertama lahir spontan tanpa komplikasi. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan ini. Pemeriksaan TTV: TD 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,7 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan terlihat konjunctiva tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, tidak ada edema dan turgor kulit cukup namun ujung jari teraba dingin. Saat auskultasi terdengar murmur sistolik ringan di area pulmonal. Pada pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai usia kehamilan dan janin dalam presentasi kepala. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL, hematokrit 30%, serum besi 30 µg/dL. Perawat menganjurkan ibu untuk makan daging merah, hati dan sayur berdaun hijau gelap. etiologi dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. M berdasarkan informasi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (NANDA-I) berhubungan dengan anemia defisiensi besi (etiologi)
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang perlu dilakukan, yang disebabkan oleh kekurangan energi. Dalam kasus Ny. M, keluhan cepat lelah, lemas, dan sesak saat berjalan jauh menunjukkan adanya intoleransi aktivitas yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00092
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena perasaan kelelahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 08021
Judul Luaran: Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 6460
Judul Intervensi: Manajemen Energi
Definisi: Bantuan untuk mengidentifikasi dan mengelola sumber energi untuk mempertahankan atau meningkatkan aktivitas.
Berdasarkan analisis kasus Ny. M, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan anemia defisiensi besi. Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.