Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12029 | 09 Feb 2025
Klinis : DIAGNOSA PASIEN MENINGITIS BERHUBUNGAN DENGAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi pasien dengan diagnosa meningitis.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
- Hipertermia adalah kondisi di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas 38°C sebagai respons terhadap proses infeksi pada pasien meningitis.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada meninges.
- Pasien dengan meningitis sering mengalami nyeri kepala, leher kaku, dan peningkatan sensitivitas terhadap cahaya dan suara sebagai akibat dari peradangan pada selaput otak (meninges).
3. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
- Meningitis dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mempengaruhi proses berpikir pasien, seperti penurunan tingkat kesadaran, kebingungan, dan delirium.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam batas normal.
- Setelah diberikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan suhu tubuh pasien kembali dalam batas normal.
2. Nyeri terkontrol.
- Diharapkan setelah pemberian intervensi, pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dan dapat melakukan aktivitas tanpa terhalang oleh nyeri.
3. Proses berpikir normal.
- Setelah dilakukan intervensi, diharapkan pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran yang baik, tanpa tanda-tanda perubahan proses berpikir.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk mengatasi hipertermia:
- Pemantauan suhu tubuh secara rutin.
- Pemberian obat penurun demam sesuai indikasi.
- Penggunaan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu.
- Peningkatan asupan cairan dan elektrolit.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam.
2. Untuk mengatasi nyeri akut:
- Identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri.
- Pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Pengaturan lingkungan yang nyaman.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
3. Untuk mengatasi perubahan proses berpikir:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis secara rutin.
- Pemberian oksigen sesuai indikasi.
- Manajemen peningkatan tekanan intrakranial, seperti elevasi kepala, pemberian obat, dan drainase cairan serebrospinal.
- Pencegahan komplikasi, seperti kontraktur, dekubitus, dan infeksi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang kondisi dan prognosis.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan meningitis dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh dalam batas normal, nyeri terkontrol, dan proses berpikir yang normal. -
Article No. 12030 | 09 Feb 2025
Klinis : 4 DIAGNOSA PASIEN MENINGITIS BERHUBUNGAN DENGAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi meningitis:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit meningitis
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit meningitis
Penjelasan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit meningitis
- Meningitis dapat menyebabkan nyeri kepala, leher kaku, dan sensitivitas terhadap cahaya/suara yang merupakan gejala khas dari kondisi ini.
- Nyeri akut terjadi sebagai respons tubuh terhadap proses peradangan di selaput otak dan sumsum tulang belakang.
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan suhu tubuh yang terjadi pada pasien meningitis dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada kulit.
- Kulit dapat menjadi kering, merah, dan mudah terluka akibat dehidrasi dan vasokonstriksi.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- Pasien meningitis mengalami penurunan sistem imun akibat proses penyakit, sehingga rentan terhadap infeksi sekunder.
- Risiko infeksi dapat berasal dari prosedur medis, lingkungan rumah sakit, maupun penyebaran infeksi dari fokus lain.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit meningitis
- Peningkatan suhu tubuh merupakan gejala utama pada pasien meningitis, yang disebabkan oleh respons inflamasi.
- Hipertermia dapat menyebabkan komplikasi lain dan harus segera diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Integritas kulit membaik
3. Tidak terjadi infeksi sekunder
4. Suhu tubuh kembali normal
Penjelasan:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan.
- Pengurangan nyeri akan meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi proses penyembuhan.
2. Integritas kulit membaik
- Intervensi keperawatan yang tepat dapat membantu menjaga integritas kulit pasien dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Kulit yang terawat dengan baik akan membantu proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.
3. Tidak terjadi infeksi sekunder
- Intervensi keperawatan yang komprehensif dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder pada pasien.
- Pasien akan terlindungi dari risiko infeksi tambahan yang dapat memperlambat proses pemulihan.
4. Suhu tubuh kembali normal
- Intervensi keperawatan yang efektif dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal.
- Suhu tubuh yang terkontrol akan mendukung proses penyembuhan dan mencegah komplikasi akibat hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Terapkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat, relaksasi)
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi
2. Perawatan Luka
- Lakukan pengkajian kulit secara komprehensif
- Bersihkan dan rawat luka dengan teknik aseptik
- Berikan pelembab dan emolien untuk menjaga kelembapan kulit
- Pantau perkembangan luka dan dokumentasikan
3. Pencegahan Infeksi
- Terapkan prosedur cuci tangan yang benar
- Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan keperawatan
- Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan intervensi tepat waktu
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
4. Manajemen Demam
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala
- Berikan obat penurun demam sesuai instruksi medis
- Terapkan intervensi non-farmakologis untuk menurunkan suhu (misalnya kompres hangat/dingin, sponge bath)
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diuraikan di atas merupakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien meningitis. Setiap intervensi dirancang untuk mengatasi masalah keperawatan spesifik dan mendukung proses penyembuhan pasien secara komprehensif. -
Article No. 12031 | 09 Feb 2025
Klinis : DIAGNOSA PASIEN MENINGITIS BERHUBUNGAN DENGAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan meningitis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit meningitis
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan rentan individu untuk mengalami invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Individu bebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak adanya tanda dan gejala infeksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi, seperti menjaga kebersihan, pemberian terapi antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat meningitis
Penjelasan:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Individu dapat mengontrol rasa nyeri yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres dingin, dan teknik manajemen nyeri.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan efek samping terapi dan gejala meningitis
Penjelasan:
- SDKI: Perubahan durasi dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
- SLKI: Individu dapat beristirahat dan tidur dengan baik.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pola tidur yang adekuat, seperti pengaturan lingkungan, teknik relaksasi, dan pemberian obat tidur jika diperlukan.
Ingat, diagnosa keperawatan ini harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan didukung oleh data yang diperoleh melalui pengkajian keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 11998 | 08 Feb 2025
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pola nafas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Nafas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang efektif, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbon dioksida.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan pola nafas tidak efektif adalah pasien dapat menunjukkan pola nafas yang efektif, dengan indikator seperti frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan kedalaman napas adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan pola nafas tidak efektif antara lain:
1. Observasi tanda-tanda vital, seperti frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
2. Pengaturan posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
4. Latihan pernapasan untuk meningkatkan efektivitas pola napas.
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen pola napas tidak efektif.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian yang komprehensif, mengembangkan rencana perawatan yang tepat, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien untuk membantu mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11999 | 08 Feb 2025
Klinis : Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran pada pasien hipoglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran pada pasien hipoglikemia:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Risiko:
- Penurunan kesadaran
- Hipoglikemia
Tujuan Keperawatan:
- Pasien tidak mengalami penurunan perfusi serebral
- Tidak terjadi kerusakan jaringan otak
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Pertahankan kadar glukosa dalam batas normal
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Pertahankan posisi kepala dan leher untuk memaksimalkan aliran darah ke otak
5. Lakukan stimulasi mental untuk meningkatkan kesadaran
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab hipoglikemia
Indikator Hasil (SIKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Kadar glukosa darah stabil
3. Tidak ada penurunan kesadaran
4. Perfusi serebral terpelihara
5. Tidak terjadi kerusakan jaringan otak
Dalam kondisi ini, perawat perlu memantau dengan cermat tanda-tanda vital pasien, menjaga kadar glukosa darah tetap stabil, memberikan oksigen, dan melakukan stimulasi mental untuk meningkatkan kesadaran pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk mengatasi penyebab hipoglikemia. Tujuannya adalah mencegah penurunan perfusi serebral dan menjaga integritas jaringan otak. -
Article No. 12000 | 08 Feb 2025
Klinis : pasien mengalami gagal nafas dan terdapat sputum berlebih dan terpasang ventilator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami gagal napas, terdapat sputum berlebih, dan terpasang ventilator.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya gagal napas dan sputum berlebih pada pasien. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam pertukaran gas dan oksigenasi yang tidak adekuat.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Kode diagnosis: 00032
- Definisi: Pola napas yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode luaran: 00404
- Definisi: Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode intervensi: 6680
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru yang adekuat
- Contoh intervensi: Pemberian oksigen, manajemen ventilator, suction, dan lain-lain.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian dan pemantauan yang komprehensif terhadap kondisi pasien, termasuk mengobservasi pola napas, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, dan status pernapasan. Selanjutnya, saya akan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SIKI untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru yang adekuat bagi pasien. -
Article No. 12001 | 08 Feb 2025
Klinis : gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya peningkatan TIK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi yang Anda sebutkan, yaitu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.5
- Deskripsi: Tekanan intrakranial yang meningkat
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 01.09
- Deskripsi: Pengukuran tekanan intrakranial
Penjelasan:
Dalam kasus ini, gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 G93.5 (Tekanan intrakranial yang meningkat). Peningkatan TIK dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan, sehingga mengganggu perfusi dan oksigenasi jaringan.
Terkait dengan prosedur atau tindakan medis, pengukuran tekanan intrakranial dapat dilakukan dengan kode ICD-9-CM 01.09. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau peningkatan TIK, yang merupakan penyebab dari gangguan perfusi jaringan.
Dalam praktik klinis, penatalaksanaan kondisi ini akan melibatkan upaya menurunkan TIK, misalnya dengan pemberian obat-obatan, tindakan drainase cairan serebrospinal, atau intervensi pembedahan, bergantung pada penyebab dan derajat peningkatan TIK. -
Article No. 12002 | 08 Feb 2025
Klinis : gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya peningkatan TIK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK).
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan perfusi jaringan didefinisikan sebagai ketidakadekuatan aliran darah dan oksigen ke jaringan, yang dapat mengancam kesehatan. Dalam kasus ini, peningkatan TIK dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak, sehingga berdampak pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah: Perfusi jaringan otak yang adekuat, ditandai dengan kesadaran pasien yang membaik, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK yang progresif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Memantau tanda-tanda vital dan TIK, mengatur posisi kepala elevasi 30-45 derajat, memberikan oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi untuk menurunkan TIK. Selain itu, edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting dilakukan.
Secara keseluruhan, diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan tersebut didasarkan pada pedoman SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai standar praktik keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 12003 | 08 Feb 2025
Klinis : resiko infeksi pada pasien terpasang selang ett
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi risiko infeksi pada pasien terpasang selang ETT (Endotracheal Tube).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko infeksi terkait prosedur pemasangan dan keberadaan selang ETT
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Definisi: Kemungkinan terjadinya respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap mikroorganisme patogen atau toksinnya.
- Faktor risiko: Prosedur pemasangan dan keberadaan selang ETT, penurunan fungsi imun, malnutrisi, lama perawatan, dan paparan lingkungan yang tidak higienis.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi minimal, dan tidak ada komplikasi yang terkait infeksi.
- Kriteria hasil: Bebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai kultur mikrobiologi negatif, dan tidak ada komplikasi yang terkait infeksi.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Perawatan selang ETT secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, perawatan luka, dan edukasi pasien/keluarga.
- Aktivitas keperawatan: Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan selang ETT, menjaga kebersihan selang ETT, menggunakan teknik aseptik saat perawatan, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien terpasang selang ETT. -
Article No. 12004 | 08 Feb 2025
Klinis : resiko infeksi pada pasien terpasang selang et
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
Kondisi pasien terpasang selang ET (Endotracheal Tube) meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Selang ET dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme patogen ke dalam sistem pernapasan pasien. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko Infeksi" yang mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi infeksi saluran pernapasan
2. Tidak terjadi demam
3. Tidak terjadi leukositosis
4. Tidak terjadi peningkatan produksi sekret
5. Tidak terjadi perubahan warna, bau, atau konsistensi sekret
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien tidak mengalami komplikasi infeksi saluran pernapasan yang dapat disebabkan oleh terpasangnya selang ET. Luaran/output yang diharapkan meliputi tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peningkatan jumlah leukosit, peningkatan produksi sekret, serta tidak terjadi perubahan karakteristik sekret yang dapat mengindikasikan adanya infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan observasi tanda-tanda vital secara berkala
2. Lakukan pemantauan karakteristik sekret pernapasan
3. Lakukan tindakan aseptik saat memberikan perawatan pada selang ET
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
5. Koordinasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien terpasang selang ET meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh.
2. Pemantauan karakteristik sekret pernapasan untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat mengindikasikan infeksi.
3. Tindakan aseptik saat memberikan perawatan pada selang ET untuk mencegah masuknya mikroorganisme patogen.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menghindari faktor risiko infeksi.
5. Koordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan untuk mengatasi infeksi.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien terpasang selang ET serta mencapai luaran/output yang diharapkan.