Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12047 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan Neurologis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan pemeliharaan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengaturan posisi, pemberian oksigen, manajemen jalan napas, serta observasi dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. Tujuannya adalah untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan mencegah komplikasi.
Jadi, dalam kasus ini, Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan Neurologis ditandai dengan adanya perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi, sebagai akibat dari gangguan sistem saraf. -
Article No. 12048 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosis Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis pada pasien meningitis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk memelihara pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat gangguan pola napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan:
1. Pantau dan catat pola napas pasien.
2. Atur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab gangguan pola napas.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mengelola kondisi pasien dengan meningitis dan gangguan pola napas yang tidak efektif. Tujuan utama adalah memulihkan pola napas yang efektif, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, dan mencegah komplikasi yang dapat timbul. -
Article No. 12049 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan ...
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Pola napas tidak efektif
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien dengan meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis dapat mengalami pola napas tidak efektif. Kode ICD-10 R06.0 mencakup diagnosis untuk gangguan pola napas, termasuk pernafasan abnormal atau tidak efektif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Bantuan ventilasi mekanik, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Pada kondisi ini, pasien dengan meningitis dan gangguan neurologis yang menyebabkan pola napas tidak efektif, mungkin memerlukan bantuan ventilasi mekanik. Kode ICD-9-CM 96.04 mencakup prosedur atau tindakan pemberian bantuan ventilasi mekanik yang tidak terspesifikasi. -
Article No. 12050 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan ...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pola napas tidak efektif pada pasien meningitis dengan gangguan neurologis.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis pada pasien meningitis ditandai dengan:
- Irama napas tidak teratur
- Kedalaman napas tidak adekuat
- Kesulitan dalam mengeluarkan sekret
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah:
- Menunjukkan pola napas yang efektif
- Menunjukkan ekspansi dada yang simetris
- Menunjukkan frekuensi napas dalam batas normal
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada pasien meningitis dengan gangguan neurologis antara lain:
- Pemantauan pola napas
- Manajemen jalan napas
- Fisioterapi dada
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
Dalam kondisi ini, gangguan neurologis akibat meningitis dapat menyebabkan perubahan pola napas, seperti irama tidak teratur, kedalaman tidak adekuat, dan kesulitan mengeluarkan sekret. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12051 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan ...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pola napas tidak efektif pada pasien meningitis yang berhubungan dengan gangguan neurologis.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan Neurologis pada Pasien Meningitis
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi."
Pada pasien meningitis, gangguan neurologis dapat menyebabkan pola napas tidak efektif, yang ditandai dengan:
- Frekuensi napas yang tidak normal (bradipnea atau takipnea)
- Irama napas yang tidak teratur
- Penggunaan otot-otot tambahan untuk bernapas
- Kesulitan dalam mengatur kedalaman napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak menggunakan otot-otot tambahan untuk bernapas
- Kedalaman napas yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada pasien meningitis meliputi:
- Pemantauan status pernapasan
- Pengaturan posisi tidur yang tepat
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan pernapasan dan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi gangguan neurologis yang mendasari.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi klinis pasien secara komprehensif dan melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif. -
Article No. 12052 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan ...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien dengan pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan neurologis pada kasus meningitis, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan:
- Irama napas tidak teratur
- Kedalaman napas menurun
- Frekuensi napas di luar rentang normal
- Penggunaan otot bantu napas meningkat
- Kesulitan mengatur pola napas
Pola napas tidak efektif pada pasien meningitis disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf pusat yang dapat memengaruhi pusat pengatur pernapasan di otak, sehingga mengakibatkan perubahan pada pola dan kemampuan bernapas.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan irama napas teratur
- Kedalaman napas dalam batas normal
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Penggunaan otot bantu napas minimal
- Pasien dapat mengatur pola napasnya dengan baik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau pola napas pasien secara berkala
2. Atur posisi pasien untuk memudahkan pernapasan, misalnya dengan head-up position
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
4. Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret
5. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik atau pursed-lip breathing untuk meningkatkan efektivitas pernapasan
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola kondisi neurologis penyebab pola napas tidak efektif
7. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga pola napas efektif
Penjelasan rinci: Intervensi-intervensi di atas ditujukan untuk memantau, mempertahankan, dan meningkatkan efektivitas pola napas pasien. Pemantauan pola napas, pengaturan posisi, dan pemberian oksigen bertujuan untuk memastikan kebutuhan oksigenasi terpenuhi. Fisioterapi dada dan teknik pernapasan dapat membantu mengeluarkan sekret dan meningkatkan kemampuan bernapas. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola kondisi neurologis dan edukasi pasien/keluarga bertujuan untuk mengatasi akar masalah pola napas tidak efektif. -
Article No. 12053 | 09 Feb 2025
Klinis : 2. Pola napas tidak efektif pasien meningitis berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan ...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Penyebab (Faktor Berhubungan):
Gangguan neurologis yang terjadi pada pasien meningitis dapat mengakibatkan pola napas tidak efektif. Gejala klinis yang dapat diamati antara lain:
- Perubahan frekuensi napas (takipnea atau bradipnea)
- Perubahan kedalaman napas (hiperventilasi atau hipoventilasi)
- Penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
- Irama napas yang tidak teratur
- Kesulitan bernafas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Pola Napas
- Pasien menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal
- Pasien menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
- Pasien menunjukkan irama napas yang teratur
- Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan yang berlebihan
2. Status Oksigenasi
- Pasien menunjukkan nilai oksigenasi yang optimal (seperti saturasi oksigen, PaO2) sesuai kondisi klinis
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengaturan Ventilasi
- Pantau pola napas pasien (frekuensi, kedalaman, irama)
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih
2. Pengelolaan Gejala Neurologi
- Lakukan observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya, perubahan kesadaran, pupil, tanda Cushing)
- Pertahankan suhu tubuh, elektrolit, dan cairan dalam batas normal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan spesifik gangguan neurologis
3. Pemantauan Respirasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas secara berkala
- Lakukan oksimetri nadi atau pemantauan gas darah untuk menilai status oksigenasi
- Catat tanda-tanda distres pernapasan (misalnya, penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi, batuk)
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien meningitis mengalami gangguan neurologis yang dapat berdampak pada pola napasnya. Luaran yang diharapkan adalah stabilitas pola napas dan status oksigenasi yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengaturan ventilasi, pengelolaan gejala neurologis, dan pemantauan respirasi secara komprehensif untuk mencapai tujuan tersebut. Perawat harus memahami dengan rinci kemungkinan manifestasi klinis dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien meningitis. -
Article No. 12054 | 09 Feb 2025
Klinis : post op laminektomi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien post op laminektomi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, keterbatasan mobilitas.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
- Faktor Risiko: Pembedahan, Imobilitas.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen.
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, hematoma, luka insisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bebas Nyeri
- Definisi: Klien melaporkan tidak ada nyeri atau nyeri yang dapat ditoleransi.
- Kriteria Hasil:
a. Klien melaporkan nyeri menurun hingga tingkat yang dapat ditoleransi.
b. Klien menunjukkan perilaku yang menandakan nyeri menurun.
c. Klien dapat mengenali dan melaporkan nyeri.
2. Integritas Kulit Terpelihara
- Definisi: Epidermis dan dermis dalam kondisi utuh.
- Kriteria Hasil:
a. Kulit utuh tanpa luka.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
c. Luka sembuh sesuai dengan waktu yang diharapkan.
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
b. Tidak ada peningkatan suhu tubuh.
c. Tidak ada peningkatan hitung sel darah putih.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Menurunkan nyeri klien pasca operasi laminektomi.
- Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti teknik relaksasi.
d. Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Perawatan Luka Operasi
- Tujuan: Mempertahankan integritas kulit klien pasca operasi laminektomi.
- Intervensi:
a. Observasi luka operasi secara berkala.
b. Lakukan perawatan luka sesuai prosedur aseptik.
c. Ajarkan klien dan keluarga cara perawatan luka yang benar.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah komplikasi.
3. Pencegahan Infeksi
- Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi pada klien pasca operasi laminektomi.
- Intervensi:
a. Lakukan cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan setelah kontak dengan klien.
b. Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan keperawatan.
c. Pantau tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberikan terapi antibiotik jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang komprehensif terhadap kondisi klien pasca operasi laminektomi, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan, yaitu bebas nyeri, integritas kulit terpelihara, dan bebas infeksi. -
Article No. 12017 | 09 Feb 2025
Klinis : Pasien bengkak kedua lutut Riw. Dm perut terasa sakit dan pedih terus menerus, berjalan susah , tidak mau bersosialisasi Apakah diagnosa integritas egonya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Pembatasan Gerak Sendi
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Mobilitas Fisik adalah kemampuan yang terbatas untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau sebagian dari tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah terapi latihan dan manajemen nyeri.
2. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Medis Kronis
Penjelasan:
- SDKI: Nyeri Kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Pasien dapat mengelola nyeri kronis dan meningkatkan kualitas hidup.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri kronis dan terapi komplementer.
3. Isolasi Sosial Berhubungan dengan Penurunan Ketertarikan Bersosialisasi
Penjelasan:
- SDKI: Isolasi Sosial adalah keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam berinteraksi dengan orang lain secara bermakna.
- SLKI: Pasien dapat meningkatkan keterlibatan sosial dan menjalin hubungan yang memuaskan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah terapi aktivitas, terapi kelompok, dan dukungan sosial.
Diagnosa Integritas Ego tidak ditemukan dalam kondisi yang diberikan. Namun, kondisi pasien yang digambarkan dapat mengarah pada diagnosa lain, seperti Gangguan Citra Tubuh atau Depresi. -
Article No. 12018 | 09 Feb 2025
Klinis : KEJANG
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi KEJANG.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (NCPF.13)
Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber internal yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
2. Gangguan Pola Tidur (NCPF.10)
Definisi: Perubahan kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
3. Ansietas (NCPF.01)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang ditandai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perubahan perilaku.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera (NCPF.13):
Pasien dengan kondisi kejang memiliki risiko cedera yang tinggi, baik saat terjadi kejang maupun dalam pemulihan. Hal ini disebabkan oleh gerakan tubuh yang tidak terkontrol dan kehilangan kesadaran. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memastikan lingkungan aman, melindungi pasien dari bahaya, dan memberikan tindakan pertolongan pertama yang tepat saat kejang berlangsung.
2. Gangguan Pola Tidur (NCPF.10):
Kondisi kejang dapat menyebabkan gangguan pola tidur bagi pasien. Pasien mungkin mengalami kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur, atau mengalami perubahan kualitas tidur yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, menyediakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, dan mengatur jadwal tidur yang teratur.
3. Ansietas (NCPF.01):
Pasien dengan kondisi kejang dapat mengalami perasaan cemas, khawatir, dan tegang, baik sebelum, saat, maupun setelah terjadi kejang. Hal ini dapat disebabkan oleh ketakutan akan terjadinya kejang, ketidakpastian akan kondisi kesehatan, atau dampak yang mungkin timbul akibat kejang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mendengarkan dengan empati, memberikan informasi yang jelas dan akurat, dan membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif untuk mengelola kecemasan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien.