Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12104 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan mual muntah, nyeri perut,demam naik turun, batuk,lemas dan pusing?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi yang Anda paparkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Mual (00134): Sensasi yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
b. Nyeri akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
c. Hipertermia (00007): Suhu tubuh di atas kisaran normal dikarenakan peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
d. Batuk (00037): Kontraksi ekspirasi yang mendadak dan kuat untuk membersihkan saluran napas dari sekret, benda asing, atau iritasi.
e. Kelelahan (00093): Sensasi fisik yang menyenangkan dan terkait dengan keterbatasan kapasitas untuk melakukan kegiatan.
f. Gangguan pola tidur (00198): Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu atau tidak sesuai dengan harapan individu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol mual (1608): Pasien dapat mengontrol sensasi mual dan tidak mengalami episode muntah selama masa perawatan.
b. Kontrol nyeri (1605): Pasien dapat mengontrol nyeri perut dan melaporkan nyeri yang terkendali.
c. Suhu tubuh dalam batas normal (0800): Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal selama masa perawatan.
d. Respirasi efektif (0403): Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa ada batuk yang mengganggu.
e. Tingkat energi (0002): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi selama masa perawatan.
f. Kualitas tidur (0004): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kontrol mual:
i. Evaluasi faktor pencetus mual
ii. Ajarkan teknik manajemen mual (relaksasi, distraksi, dll.)
iii. Berikan antiemetik sesuai indikasi
b. Kontrol nyeri:
i. Kaji karakteristik dan penyebab nyeri
ii. Berikan analgesik sesuai indikasi
iii. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
c. Kontrol suhu tubuh:
i. Pantau suhu tubur secara teratur
ii. Identifikasi penyebab peningkatan suhu
iii. Lakukan tindakan penurun demam (kompres dingin, pemberian antipiretik)
d. Manajemen jalan napas:
i. Anjurkan pasien untuk batuk dan ekspektorasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
iii. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
e. Manajemen kelelahan:
i. Evaluasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan
ii. Bantu pasien untuk mengatur aktivitas dan istirahat
iii. Ajarkan teknik manajemen energi
f. Peningkatan kualitas tidur:
i. Kaji pola tidur pasien
ii. Identifikasi faktor yang mengganggu tidur
iii. Ajarkan teknik relaksasi dan higiene tidur
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang optimal selama masa pemulihan. -
Article No. 12105 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan mual muntah,nyeri perut, demam naik turun,batuk,lemas dan pusing?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan analisis komprehensif berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu mual muntah, nyeri perut, demam naik turun, batuk, lemas, dan pusing, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Mual (SDKI 2017)
Definisi: Sensasi ketidaknyamanan yang tidak menyenangkan dan keinginan untuk muntah.
Penyebab: Infeksi gastrointestinal, obat-obatan, gangguan metabolik, nyeri, kecemasan.
b. Nyeri Akut (SDKI 2017)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Agen infeksi, proses penyakit.
c. Hipertermia (SDKI 2017)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Penyebab: Infeksi, respon inflamasi, dehidrasi.
d. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI 2017)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
e. Kelelahan (SDKI 2017)
Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan yang tidak menyenangkan dan tidak dapat diatasi.
Penyebab: Penyakit, malnutrisi, kurang istirahat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Mual (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan sensasi mual yang tidak menyenangkan.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi faktor pencetus mual.
2) Mampu menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi mual.
3) Melaporkan berkurangnya sensasi mual.
b. Kontrol Nyeri (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit yang dialami.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi faktor pencetus nyeri.
2) Mampu menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi nyeri.
3) Melaporkan berkurangnya rasa sakit.
c. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria Hasil:
1) Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
2) Tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia.
d. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada sumbatan pada jalan napas.
2) Suara napas normal, tidak ada bunyi tambahan.
3) Frekuensi napas dalam rentang normal.
e. Pemulihan Energi (SLKI 2019)
Definisi: Kemampuan individu untuk memulihkan dan mempertahankan tingkat energi yang optimal.
Kriteria Hasil:
1) Melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
2) Mampu menjalankan aktivitas sehari-hari.
3) Tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Kontrol Mual:
1) Manajemen Mual (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi sensasi mual yang tidak menyenangkan.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor pencetus mual
- Anjurkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis
b. Intervensi untuk Kontrol Nyeri:
1) Manajemen Nyeri (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi rasa sakit yang dialami individu.
Aktivitas:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Anjurkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis
c. Intervensi untuk Suhu Tubuh dalam Rentang Normal:
1) Manajemen Hipertermia (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Lakukan tindakan penurunan suhu tubuh secara farmakologis dan non-farmakologis
- Monitor suhu tubuh secara berkala
d. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
1) Manajemen Jalan Napas (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan bersihan jalan napas (suction, nebulizer, fisioterapi dada)
- Monitor status pernapasan secara berkala
e. Intervensi untuk Pemulihan Energi:
1) Manajemen Kelelahan (SIKI 2018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan energi yang optimal.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor penyebab kelelahan
- Anjurkan teknik-teknik untuk meningkatkan energi (istirahat, nutrisi adekuat, aktivitas teratur)
- Monitor tanda-tanda kelelahan secara berkala
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12106 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien ingin buang air besar dan buang air kecil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Inkontinensia Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin secara sukarela.
Penyebab: Kelemahan otot sfingter, infeksi saluran kemih, penurunan fungsi kognitif, dan faktor-faktor lainnya.
2. Inkontinensia Fekal
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan feses secara sukarela.
Penyebab: Kelemahan otot sfingter, diare, konstipasi, dan faktor-faktor lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda akan berkemih.
- Pasien dapat menahan urin hingga mencapai toilet.
- Pasien dapat mempertahankan kontinensi urin.
2. Inkontinensia Fekal
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda akan buang air besar.
- Pasien dapat menahan feses hingga mencapai toilet.
- Pasien dapat mempertahankan kontinensi feses.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia urin.
- Ajarkan teknik latihan otot pelvis (Kegel).
- Atur pola eliminasi urin sesuai jadwal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pengobatan yang tepat.
- Berikan perawatan kulit yang tepat untuk mencegah iritasi.
- Sediakan alat bantu inkontinensia (misalnya popok, kateter) jika diperlukan.
2. Inkontinensia Fekal
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia fekal.
- Ajarkan teknik latihan otot pelvis (Kegel).
- Atur pola eliminasi feses sesuai jadwal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pengobatan yang tepat.
- Berikan perawatan kulit yang tepat untuk mencegah iritasi.
- Sediakan alat bantu inkontinensia (misalnya popok) jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Pasien dengan keluhan ingin buang air besar dan buang air kecil menunjukkan adanya masalah terkait dengan eliminasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah inkontinensia urin dan inkontinensia fekal. Perawat perlu mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko untuk masing-masing masalah, lalu menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang diberikan harus mencakup edukasi, latihan otot pelvis, pengaturan pola eliminasi, perawatan kulit, dan penggunaan alat bantu inkontinensia jika diperlukan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan pasien dapat mencapai kontinensi urin dan feses serta meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 12107 | 11 Feb 2025
Klinis : pasien ingin buang air besar dan buang air kecil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan standar asuhan keperawatan yang berlaku.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang ingin buang air besar dan buang air kecil adalah "Inkontinensia Urin" (SDKI, 2017). Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menahan atau mengontrol pengeluaran urin. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot panggul, gangguan neurologis, atau obstruksi saluran kemih.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pemeliharaan Fungsi Berkemih: Pasien dapat mempertahankan pola berkemih yang normal dan bebas dari infeksi.
b. Pemeliharaan Fungsi Buang Air Besar: Pasien dapat mempertahankan pola defekasi yang normal dan bebas dari konstipasi.
c. Pengendalian Inkontinensia: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi episode inkontinensia urin dan/atau feses.
d. Peningkatan Kebersihan Diri: Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri yang optimal dan mencegah komplikasi terkait inkontinensia.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Inkontinensia Urin:
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi inkontinensia urin.
- Ajarkan latihan otot panggul (Kegel) untuk memperkuat otot-otot dasar panggul.
- Terapkan terapi pelembab dan perlindungan kulit untuk mencegah iritasi.
- Gunakan alat bantu inkontinensia (misalnya pembalut, kateter, clamp) sesuai kebutuhan.
- Edukasi tentang manajemen inkontinensia dan pencegahan komplikasi.
b. Manajemen Eliminasi Fekal:
- Identifikasi pola eliminasi fekal dan faktor yang memengaruhinya.
- Terapkan intervensi untuk mengatasi konstipasi, seperti peningkatan asupan cairan dan serat.
- Ajarkan teknik defekasi yang benar dan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
- Edukasi tentang manajemen eliminasi fekal dan pencegahan komplikasi.
c. Perawatan Kebersihan Diri:
- Bantu pasien dalam menjaga kebersihan diri, seperti mandi, perawatan kulit, dan ganti pakaian.
- Ajarkan teknik perawatan kulit untuk mencegah iritasi dan lesi akibat inkontinensia.
- Sediakan alat-alat dan bantuan yang diperlukan untuk menjaga kebersihan diri.
- Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan pencegahan komplikasi.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan efektif untuk mengatasi masalah inkontinensia urin dan feses pada pasien. -
Article No. 12108 | 11 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. Jelaskan patofisiologi penyakit pada kasus di atas!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kasus Diabetes Mellitus Tipe II pada Tn. Y.
Patofisiologi Penyakit:
Diabetes Mellitus Tipe II adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif, yang disebut resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi karena adanya penurunan sensitivitas reseptor insulin di berbagai jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi, sehingga terjadi akumulasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia). Pada kasus Tn. Y, kondisi ini telah berlangsung selama 6 tahun, di mana pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta merokok dan minum kopi manis secara berlebihan telah menyebabkan peningkatan resistensi insulin. Selain itu, usia Tn. Y yang sudah 68 tahun juga dapat memperburuk kondisi resistensi insulin. Akibatnya, Tn. Y mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (540 mg/dl), yang dapat menyebabkan komplikasi seperti gangguan kesimbangan, pusing, mual, dan muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Glikemik Membaik: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, Tn. Y dapat mencapai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan nilai glukosa darah yang stabil dan berada dalam rentang normal.
2. Pengetahuan Meningkat: Diharapkan Tn. Y dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit Diabetes Mellitus Tipe II, termasuk manajemen diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan terhadap pengobatan.
3. Perilaku Perawatan Diri Membaik: Diharapkan Tn. Y dapat menerapkan perilaku perawatan diri yang tepat, seperti mematuhi diet, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan anjuran.
4. Risiko Komplikasi Menurun: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, risiko Tn. Y untuk mengalami komplikasi Diabetes Mellitus, seperti gangguan keseimbangan, pusing, mual, dan muntah dapat menurun.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diabetes: Melakukan edukasi tentang penyakit Diabetes Mellitus Tipe II, pentingnya manajemen diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan terhadap pengobatan. Membantu Tn. Y dalam menyusun rencana perawatan diri yang realistis dan dapat diterapkan.
2. Kontrol Glikemik: Melakukan pemantauan glukosa darah secara ketat, membantu Tn. Y dalam mencapai target glikemik yang direkomendasikan, dan melakukan intervensi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas kadar glukosa darah.
3. Manajemen Nutrisi: Memberikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk Diabetes Mellitus Tipe II, membantu Tn. Y dalam merencanakan menu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kondisinya.
4. Peningkatan Aktivitas Fisik: Mendorong Tn. Y untuk meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap, sesuai dengan kemampuannya, dan membantu dalam menyusun rencana aktivitas fisik yang realistis.
5. Manajemen Risiko Komplikasi: Melakukan pengkajian secara komprehensif, mengidentifikasi tanda-tanda awal komplikasi, dan melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah atau mengurangi risiko komplikasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan fokus pada pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe II, diharapkan Tn. Y dapat mencapai hasil yang optimal, yaitu kontrol glikemik yang membaik, peningkatan pengetahuan dan perilaku perawatan diri, serta penurunan risiko komplikasi. -
Article No. 12109 | 11 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. Jelaskan patofisiologi penyakit pada kasus di atas!
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Diabetes Mellitus Tipe II pada Tn. Y.
Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II:
Diabetes Mellitus Tipe II merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif, atau yang disebut resistensi insulin. Hal ini umumnya terjadi karena gaya hidup tidak sehat, seperti diet tinggi kalori dan kurangnya aktivitas fisik. Pada kasus Tn. Y, dapat dilihat bahwa pola makan yang tidak seimbang, dengan konsumsi makanan manis dan gorengan yang tinggi, serta kurangnya aktivitas fisik, berkontribusi pada peningkatan resistensi insulin. Akibatnya, terjadi peningkatan kadar gula darah yang signifikan, mencapai 540 mg/dl. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan organ, jika tidak segera dikelola dengan baik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan perilaku sehat untuk memelihara kesehatan.
- Faktor Terkait: Kurangnya pengetahuan, salah persepsi, kurangnya motivasi, dukungan sosial yang tidak adekuat.
- Karakteristik Definisi: Pola diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, tidak mematuhi pengobatan, dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
2. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Terkait: Penyakit metabolik (Diabetes Mellitus), gangguan fungsi ginjal.
- Karakteristik Definisi: Edema, peningkatan berat badan, peningkatan kadar gula darah.
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan kadar gula darah yang tidak terkendali.
- Faktor Terkait: Penyakit kronis (Diabetes Mellitus), pola makan yang tidak sesuai, aktivitas fisik yang tidak adekuat, stres.
- Karakteristik Definisi: Pola diet yang tidak sehat, peningkatan kadar gula darah, riwayat hipoglikemia atau hiperglikemia.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Diabetes Mellitus
2. Manajemen Cairan
3. Pemantauan Kadar Gula Darah
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Pengetahuan Manajemen Diabetes Mellitus Membaik
2. Keseimbangan Cairan Terpelihara
3. Kadar Gula Darah Terkendali
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada edukasi terkait pola hidup sehat, manajemen diet dan aktivitas fisik, serta pengaturan obat-obatan untuk membantu Tn. Y mengelola kondisi Diabetes Mellitus Tipe II-nya secara efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12110 | 11 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung. Jelaskan patofisiologi penyakit pada kasus di atas!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Patofisiologi Penyakit pada Kasus Diabetes Mellitus Tipe II:
Diabetes Mellitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat resistensi insulin dan/atau penurunan sekresi insulin oleh pankreas. Pada kasus Tn. Y, riwayat DM Tipe II selama 6 tahun menunjukkan adanya resistensi insulin yang progresif. Resistensi insulin ini dipicu oleh berbagai faktor seperti obesitas, pola makan tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tubuh tidak responsif terhadap insulin, sehingga glukosa tidak dapat diangkut dengan baik ke dalam sel-sel dan menumpuk di dalam pembuluh darah, mengakibatkan hiperglikemia. Selain itu, penurunan sekresi insulin oleh pankreas juga dapat terjadi seiring dengan progresivitas penyakit. Hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi akut seperti ketoacidosis diabetik atau sindrom hiperosmolar non-ketotik, yang ditandai dengan gejala pusing, mual, muntah, dan gangguan kesadaran.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Teratasinya risiko gangguan keseimbangan cairan yang ditandai dengan:
- Asupan dan pengeluaran cairan seimbang
- Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
2. Kontrol Glikemik: Terkendalinya kadar glukosa darah yang ditandai dengan:
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (70-180 mg/dL)
- Tidak terjadi komplikasi akut terkait hiperglikemia
3. Manajemen Penyakit Kronis: Kemampuan pasien dalam mengelola penyakit DM Tipe II yang ditandai dengan:
- Pasien dapat menjelaskan penyakitnya, komplikasi, dan cara pengelolaannya
- Pasien mengikuti regimen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik yang direkomendasikan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi terkait Keseimbangan Cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Edukasi tentang pentingnya asupan cairan yang cukup
2. Intervensi terkait Kontrol Glikemik:
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala
- Pemberian insulin atau antidiabetik sesuai resep dokter
- Edukasi tentang manajemen diet dan aktivitas fisik untuk kontrol glikemik
3. Intervensi terkait Manajemen Penyakit Kronis:
- Edukasi tentang penyakit DM Tipe II, komplikasi, dan pengelolaannya
- Fasilitasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan, diet, dan aktivitas fisik
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk optimalisasi pengelolaan penyakit
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, yaitu keseimbangan cairan, kontrol glikemik yang baik, serta kemampuan pasien dalam mengelola penyakit DM Tipe II secara efektif. -
Article No. 12111 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien anak datang dengan keluhan demam sejak 3 hari smrs, batuk, mual, muntah 1x di rumah,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien anak dengan keluhan demam, batuk, mual, dan muntah, berikut ini adalah contoh diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Risiko Infeksi adalah pasien menunjukkan tidak terjadi infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengatur pemberian antibiotik.
2. Mual berhubungan dengan penyakit akut
Penjelasan:
- SDKI: Mual adalah sensasi tidak menyenangkan di daerah lambung yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Mual adalah pasien melaporkan tidak ada lagi mual.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola faktor penyebab mual, memberikan obat anti-mual, dan mengajarkan teknik relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
- SLKI: Tujuan dari pengelolaan Intoleransi Aktivitas adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengatur aktivitas, dan memberikan dukungan emosional.
Harap diingat bahwa diagnosis keperawatan dan intervensi yang tepat harus ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien dan kondisi yang dialaminya. -
Article No. 12112 | 11 Feb 2025
Klinis : Pasien anak datang dengan keluhan demam sejak 3 hari smrs, batuk, mual, muntah 1x di rumah, Saat ini demam sihu 38.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien anak yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, batuk, mual, dan muntah, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh r/t proses patologis penyakit akut yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh hingga 38,2°C.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
- Pasien dapat mencapai suhu tubuh dalam rentang normal, yaitu 36,5-37,5°C.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dan tidak ada peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala.
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi dokter.
- Tingkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Edukasikan keluarga tentang penatalaksanaan demam.
2. Manajemen Nutrisi
- Pantau intake dan output cairan pasien.
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna selama gejala mual dan muntah.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi rehidrasi, jika diperlukan.
3. Manajemen Jalan Napas
- Pantau pernapasan pasien dan berikan oksigen, jika diperlukan.
- Lakukan suction pada jalan napas, jika ada lendir berlebih.
- Berikan terapi inhalasi, jika diperlukan, untuk membantu bersihan jalan napas.
4. Edukasi Keluarga
- Edukasikan keluarga tentang penyebab, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan penyakit.
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien dan pantau respon mereka.
- Berikan informasi tentang prognosis dan rencana perawatan selanjutnya.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien anak dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh dalam rentang normal dan kondisi klinis yang stabil. -
Article No. 12056 | 10 Feb 2025
Klinis : anak 5 tahun sesak, batuk batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, sering menangis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak 5 tahun yang mengalami sesak, batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, dan sering menangis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Penyebab: Sekresi jalan napas yang berlebihan, spasme otot, dan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, mual, dan kesulitan menelan.
3. Risiko Gangguan Oxygenasi
Definisi: Berisiko mengalami gangguan pertukaran gas yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, dan hiperventilasi.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan masalah kesehatan pasien secara sistematis dan terstandar.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terstruktur, dan berkualitas tinggi untuk menangani kondisi anak 5 tahun yang mengalami sesak, batuk, lemas, tidak mau minum, rewel, dan sering menangis.