Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14057 | 14 Mar 2025
Klinis : denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan sangat lemat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosis Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan Singkat:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana terjadi penurunan suplai darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan pembuluh darah, penyakit jantung, atau masalah sirkulasi. Dalam kasus ini, lemahnya denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan menunjukkan adanya gangguan aliran darah ke ekstremitas bawah.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00204
Definisi: Penurunan suplai darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 01503
Judul: Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 11012
Judul: Manajemen Perfusi Perifer
Definisi: Serangkaian tindakan untuk memantau, mempertahankan, dan meningkatkan aliran darah ke jaringan perifer.
Harap perhatikan bahwa ini adalah contoh standar berdasarkan informasi yang Anda berikan. Evaluasi dan perencanaan keperawatan yang lebih rinci harus dilakukan oleh perawat yang menangani pasien secara langsung. -
Article No. 14058 | 14 Mar 2025
Klinis : denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan sangat lemat. Nilai HbA1c pasien 7,4% (indikator kendali metabolik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer membaik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen perfusi perifer
- Peningkatan sirkulasi
- Perawatan kaki diabetes
Penjelasan singkat:
Penurunan perfusi jaringan perifer di kaki kanan ditandai dengan denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior yang sangat lemah. Faktor yang berkontribusi adalah kontrol glikemik yang belum optimal (HbA1c 7,4%). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen perfusi perifer, peningkatan sirkulasi, dan perawatan kaki diabetes untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan perfusi jaringan perifer. -
Article No. 14059 | 14 Mar 2025
Klinis : Slki nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi SLKI nyeri akut.
Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi SLKI nyeri akut adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan sesuai dengan skala nyeri yang disepakati.
2. Durasi nyeri menurun: Pasien dapat melaporkan penurunan durasi atau lama nyeri yang dirasakan.
3. Ekspresi nyeri menurun: Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah dan perilaku yang menunjukkan penurunan rasa nyeri.
4. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
5. Kenyamanan meningkat: Pasien dapat melaporkan peningkatan kenyamanan setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan strategi penanganan nyeri yang sesuai.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
2. Dukungan Emosional:
- Berikan empati dan validasi perasaan pasien terkait pengalaman nyeri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien.
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya terkait nyeri.
- Berikan reinforcement positif atas upaya pasien dalam mengelola nyeri.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, karakteristik, dan manajemen nyeri.
- Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologis yang dapat digunakan pasien untuk mengelola nyeri.
- Jelaskan efek samping dan tata cara penggunaan analgesik yang tepat.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat, durasi, dan ekspresi nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri, serta peningkatan kenyamanan secara keseluruhan. -
Article No. 14060 | 14 Mar 2025
Klinis : RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (Post URP) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri pasien menurun dengan kriteria hasil (L.08066) Keluhan nyeri menurun Meringis menurun Pola tidur membaik Manajement nyeri (L.08238) Observasi Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualits, intensitas nyeri Identifikasi skla nyeri Terapeutik Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi asa nyeri (kompres hangat/dingin) Fasilitasi istirahat dan tidur Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik Buatkan rasionalnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G89.12
- Deskripsi: Nyeri akut pasca-operasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.05
- Deskripsi: Manajemen nyeri, penggunaan teknik nonfarmakologis
Rasionalnya adalah sebagai berikut:
Pasien dengan riwayat operasi (post URP) dapat mengalami nyeri akut sebagai dampak dari tindakan pembedahan. Kode ICD-10 G89.12 (Nyeri akut pasca-operasi) sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan intervensi keperawatan yang ditetapkan adalah untuk menurunkan tingkat nyeri pasien dalam jangka waktu 3x24 jam, dengan kriteria hasil berupa penurunan keluhan nyeri, pengurangan meringis, serta perbaikan pola tidur.
Rencana intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup:
1. Manajemen nyeri (L.08238):
- Observasi: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri, serta skala nyeri yang dialami pasien.
- Terapeutik: Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, seperti kompres hangat/dingin, serta memfasilitasi istirahat dan tidur pasien.
- Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mengelola nyeri secara komprehensif, meliputi aspek pengkajian, intervensi nonfarmakologis, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik, sehingga dapat menurunkan tingkat nyeri pasien sesuai tujuan yang ditetapkan. -
Article No. 14061 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 30 bulan laki-laki dibawa ibunya ke poliklinik pada tanggal 7 februari 2023 dengan keluhan belum bisa berjalan, anak lebih banyak duduk dan tidak mau diajak komunikasi. Hasil pemeriksaan: laporan ibu bahwa anak mengalami kesulitan menyampaikan keinginan dan kesulitan melakukan percakapan dengan orang lain. Anak lahir pada tanggal 20 desember 2020
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yakni seorang anak usia 30 bulan laki-laki yang belum bisa berjalan, lebih banyak duduk, dan tidak mau diajak komunikasi, serta memiliki kesulitan menyampaikan keinginan dan melakukan percakapan dengan orang lain, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Neurologis
Definisi: Risiko mengalami keterlambatan dalam pencapaian kemampuan gerakan otot besar yang terkoordinasi, seperti duduk, berdiri, dan berjalan, yang berhubungan dengan gangguan pada sistem saraf pusat.
2. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Kognitif
Definisi: Gangguan dalam kemampuan menyampaikan pesan verbal secara efektif yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yang terlambat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Neurologis:
- Kemampuan Motorik Kasar Meningkat
- Kemampuan Gerak Sendi Membaik
- Koordinasi Gerak Membaik
2. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Kognitif:
- Kemampuan Berbicara Meningkat
- Kemampuan Memahami Bahasa Meningkat
- Kemampuan Interaksi Sosial Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Neurologis:
- Berikan stimulasi perkembangan motorik kasar sesuai usia
- Libatkan orang tua dalam latihan dan aktivitas motorik kasar
- Rujuk ke fisioterapis atau terapis okupasi untuk evaluasi dan intervensi yang tepat
- Pantau perkembangan motorik kasar secara berkala
2. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Keterlambatan Perkembangan Kognitif:
- Berikan stimulasi perkembangan bahasa dan komunikasi sesuai usia
- Libatkan orang tua dalam latihan dan aktivitas komunikasi
- Rujuk ke terapis wicara untuk evaluasi dan intervensi yang tepat
- Berikan dukungan emosional dan sosial untuk meningkatkan interaksi
- Pantau perkembangan komunikasi dan interaksi sosial secara berkala
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang dipilih didasarkan pada kondisi klinis anak, yaitu keterlambatan perkembangan motorik kasar dan gangguan komunikasi verbal. Risiko keterlambatan perkembangan motorik kasar berhubungan dengan kemungkinan adanya keterlambatan perkembangan neurologis, sedangkan gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan kognitif.
Luaran yang diharapkan mencakup peningkatan kemampuan motorik kasar, gerak sendi, koordinasi gerak, kemampuan berbicara, memahami bahasa, dan interaksi sosial. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi stimulasi perkembangan yang sesuai, pelibatan orang tua, rujukan ke profesional terkait, serta pemantauan perkembangan secara berkala. Tujuannya adalah untuk membantu anak mencapai perkembangan yang optimal sesuai usia. -
Article No. 14062 | 14 Mar 2025
Klinis : sepsis neonatal infeksi berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Sepsis Neonatal Infeksi Berat
Penjelasan singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), risiko infeksi sistemik berhubungan dengan sepsis neonatal infeksi berat adalah keadaan di mana bayi memiliki potensi terpapar atau terkena infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh. Sepsis neonatal merupakan sindrom klinik yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh bayi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang sesuai dengan diagnosa ini adalah:
1. Kontrol Infeksi
2. Pemulihan Fungsi Tubuh
3. Integritas Kulit
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan meliputi:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Antibiotik
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit
4. Perawatan Luka/Kulit
Penerapan standar ini bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi, memulihkan fungsi tubuh, dan menjaga integritas kulit bayi dengan sepsis neonatal infeksi berat. -
Article No. 14063 | 14 Mar 2025
Klinis : meningitis neonatal infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi meningitis neonatal:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Proses Patologis Meningitis Neonatal
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko terjadinya infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh yang berhubungan dengan proses patologis akibat infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Individu menunjukkan tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik yang minimal, tidak ada komplikasi infeksi, serta tidak ada tanda-tanda sepsis.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang fokus pada pencegahan, identifikasi dini, dan penanganan komplikasi infeksi sistemik.
2. Gangguan Pertumbuhan Berhubungan dengan Malnutrisi Sekunder akibat Meningitis Neonatal
Penjelasan:
- SDKI: Hambatan dalam mencapai potensi pertumbuhan yang normal yang disebabkan oleh malnutrisi sekunder akibat proses infeksi meningitis.
- SLKI: Bayi menunjukkan pertumbuhan yang adekuat sesuai usia dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada pemantauan dan dukungan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses pertumbuhan bayi.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Otak Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial akibat Meningitis Neonatal
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan aliran darah ke jaringan otak yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam rongga kranial akibat proses infeksi meningitis.
- SLKI: Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi otak, dan fungsi neurologis bayi dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada pemantauan dan penanganan peningkatan tekanan intrakranial untuk mempertahankan perfusi otak yang adekuat.
Harapnya penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi meningitis neonatal. Apabila ada yang perlu ditanyakan, silakan. -
Article No. 14064 | 14 Mar 2025
Klinis : meningitis neonatal infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi meningitis neonatal, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Meningitis Neonatal
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri dan Ketidaknyamanan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen dari sumber eksternal atau internal yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf.
3. Gangguan Pola Tidur: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Bebas Infeksi, Tanda-tanda Vital Stabil, Perfusi Jaringan Adekuat.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Tidak Ada Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial, Fungsi Neurologis Membaik.
3. Gangguan Pola Tidur: Pola Tidur Membaik, Istirahat Terpenuhi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Pencegahan Infeksi, Pemantauan Tanda-tanda Infeksi, Perawatan Akses Intravena.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Pemantauan Tanda-tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial, Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial.
3. Gangguan Pola Tidur: Manajemen Nyeri, Intervensi Kenyamanan.
Harapan saya, penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pendekatan keperawatan untuk mengelola kondisi meningitis neonatal berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Silakan tanyakan jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 14065 | 14 Mar 2025
Klinis : PDA(Patent ductus arterious): duktus arteriosus yang tidak menutup setelah lahir ,menyebabkan masalah aliran darah pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan aliran darah yang tidak adekuat akibat PDA.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan sirkulasi darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Faktor Berhubungan: Kegagalan kompensasi kardiovaskular, obstruksi aliran darah.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, ekstremitas hangat, capillary refill time normal.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tenaga medis terkait.
Dalam kasus PDA, diagnosa keperawatan yang utama adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer akibat adanya aliran darah yang tidak adekuat melalui duktus arteriosus yang tidak menutup. Hal ini memerlukan pemantauan ketat, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk mengelola kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 14066 | 14 Mar 2025
Klinis : kelainan jantung bawaan: seperti tetralogi fallot atautranspasisi arteri besar pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Penjelasan: Bayi dengan kelainan jantung bawaan seperti tetralogi Fallot atau transposisi arteri besar mengalami peningkatan kebutuhan energi dan nutrisi, namun sering kesulitan dalam mengonsumsi makanan secara adekuat. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan.
2. Intoleransi aktivitas
- Penjelasan: Kelainan jantung bawaan dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik karena penurunan kapasitas kardiovaskular dan oksigenasi yang tidak adekuat. Bayi akan cepat lelah dan mengalami sesak napas.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral
- Penjelasan: Kelainan jantung bawaan dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan oksigenasi ke otak, meningkatkan risiko terjadinya disfungsi neurologis atau kerusakan otak.
4. Risiko hipertermia
- Penjelasan: Bayi dengan kelainan jantung bawaan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertermia karena gangguan kontrol suhu tubuh akibat penurunan fungsi jantung.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI memberikan definisi, karakteristik, faktor terkait, dan rumusan diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI membantu perawat dalam menetapkan tujuan dan hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan panduan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI memberikan deskripsi tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berpusat pada pasien, termasuk dalam penanganan bayi dengan kelainan jantung bawaan.