Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12157 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan riwayat pijat kaki sampe 5 orang dan mengatakan tidak tau bagaimana cara mengobatinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan integritas kulit. Kondisi ini terjadi akibat paparan trauma atau cedera pada kaki pasien yang disebabkan oleh aktivitas pijat yang dilakukan oleh beberapa orang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan integritas kulit didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa, yang merupakan hasil dari faktor internal dan/atau eksternal. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari perawatan pasien dengan gangguan integritas kulit adalah tercapainya pemulihan integritas kulit, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan integritas kulit pada pasien ini meliputi:
1. Perawatan luka: Membersihkan, mendebridan, dan menutup luka dengan balutan yang sesuai.
2. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik dan menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit.
3. Edukasi dan konseling: Mengajarkan pasien tentang perawatan kulit yang tepat dan pencegahan infeksi.
4. Pemantauan tanda-tanda vital dan komplikasi.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Kami akan melakukan penilaian yang komprehensif, memberikan perawatan yang sesuai, dan melibatkan pasien dalam proses pemulihan. -
Article No. 12158 | 12 Feb 2025
Klinis : 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi HMPV
Definisi: Rentan terhadap masuknya dan multiplikasi organisme patogen (HMPV) yang dapat mengakibatkan penyakit, yang dapat diidentifikasi dan dapat dikurangi.
Faktor Risiko:
a. Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan dan penularan HMPV
b. Kurangnya upaya promotif dan preventif dari pihak terkait (dinas kesehatan)
c. Keterbatasan dana untuk melakukan upaya pencegahan
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Definisi: Tindakan individu yang tidak konsisten untuk mempertahankan kondisi kesehatan.
Faktor Berhubungan:
a. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan
b. Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tangan dan menjaga jarak fisik
c. Kebiasaan warga untuk berkumpul dan mengakses tempat umum tanpa menerapkan protokol
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan: Pencegahan Penularan HMPV
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang cara mencegah penularan HMPV.
Kriteria hasil:
a. Individu dapat menjelaskan cara penularan HMPV
b. Individu dapat menjelaskan tindakan pencegahan penularan HMPV
c. Individu dapat menjelaskan pentingnya penerapan protokol kesehatan
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Definisi: Tindakan yang dilakukan individu untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatannya.
Kriteria hasil:
a. Individu dapat menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah
b. Individu dapat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda
c. Individu dapat menerapkan physical distancing saat berinteraksi dengan orang lain
d. Individu dapat menghindari penggunaan tempat umum atau ibadah saat pandemi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Pencegahan Penularan HMPV
Definisi: Memberikan informasi dan penjelasan kepada individu atau kelompok tentang cara mencegah penularan HMPV.
Aktivitas:
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang HMPV, termasuk pengertian, cara penularan, dan tindakan pencegahan
b. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penularan HMPV
c. Memfasilitasi pemasangan media informasi (poster, spanduk) tentang pencegahan HMPV di tempat umum
2. Fasilitasi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Definisi: Membantu individu atau kelompok untuk melakukan tindakan dalam mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatannya.
Aktivitas:
a. Mendorong penggunaan masker saat beraktivitas di luar rumah
b. Memfasilitasi penyediaan sarana cuci tangan di tempat umum
c. Mendorong penerapan physical distancing saat berinteraksi dengan orang lain
d. Mendorong pembatasan akses ke tempat umum atau ibadah selama pandemi
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi HMPV dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Pengetahuan: Pencegahan Penularan HMPV dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Edukasi Pencegahan Penularan HMPV dan Fasilitasi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan. Semua intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan perilaku masyarakat dalam mencegah penularan HMPV selama pandemi. -
Article No. 12159 | 12 Feb 2025
Klinis : tuliskan 3 diagnosa keperawatan 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 3 diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi tersebut:
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV
Definisi: Kurangnya informasi atau pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat mengenai pencegahan dan penularan HMPV.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV
Definisi: Tindakan atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan penularan HMPV.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai
Definisi: Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung perilaku cuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan HMPV di lingkungan masyarakat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penularan HMPV.
- Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan penularan HMPV.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Meningkatnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan HMPV (penggunaan masker, physical distancing, cuci tangan).
- Menurunnya frekuensi kegiatan yang melibatkan kerumunan massa.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Tersedianya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat-tempat umum atau titik kumpul masyarakat.
- Meningkatnya perilaku cuci tangan di kalangan masyarakat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Edukasi kesehatan tentang pencegahan dan penularan HMPV.
- Penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik, atau kampanye.
- Kolaborasi dengan pemangku kepentingan (RT, dinas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Konseling dan monitoring kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
- Advokasi kepada pihak terkait (RT, pemerintah daerah) untuk mendukung penerapan protokol kesehatan.
- Pemberian insentif atau penghargaan bagi masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Peningkatan koordinasi dengan pihak RT, pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan di tempat-tempat umum.
- Pemberian edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas cuci tangan yang tersedia.
- Pengadaan sarana cuci tangan portable di titik-titik strategis.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Kurang Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan dan Penularan HMPV:
- Definisi: Kurangnya informasi atau pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat mengenai pencegahan dan penularan HMPV. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ketua RT bahwa masih banyak warga yang belum paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV.
- Luaran/Output: Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penularan HMPV, serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan penularan HMPV.
- Intervensi Keperawatan: Edukasi kesehatan tentang pencegahan dan penularan HMPV, penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik, atau kampanye, serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan (RT, dinas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
2. Perilaku Masyarakat yang Tidak Sesuai dengan Protokol Kesehatan HMPV:
- Definisi: Tindakan atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan pencegahan penularan HMPV. Hal ini ditunjukkan oleh data survei yang menunjukkan banyak warga yang tidak menggunakan masker, tidak melakukan cuci tangan, dan tidak menerapkan physical distancing.
- Luaran/Output: Meningkatnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan HMPV (penggunaan masker, physical distancing, cuci tangan), serta menurunnya frekuensi kegiatan yang melibatkan kerumunan massa.
- Intervensi Keperawatan: Konseling dan monitoring kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, advokasi kepada pihak terkait (RT, pemerintah daerah) untuk mendukung penerapan protokol kesehatan, serta pemberian insentif atau penghargaan bagi masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan.
3. Ketersediaan Fasilitas Cuci Tangan yang Tidak Memadai:
- Definisi: Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung perilaku cuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan HMPV di lingkungan masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat-tempat di mana warga sering berkumpul.
- Luaran/Output: Tersedianya fasilitas cuci tangan yang memadai di tempat-tempat umum atau titik kumpul masyarakat, serta meningkatnya perilaku cuci tangan di kalangan masyarakat.
- Intervensi Keperawatan: Peningkatan koordinasi dengan pihak RT, pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan di tempat-tempat umum, pemberian edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas cuci tangan yang tersedia, serta pengadaan sarana cuci tangan portable di titik-titik strategis. -
Article No. 12160 | 12 Feb 2025
Klinis : tuliskan diagnosa dan prioritas diagnosa keperawatannya minimal 3: 1. Hasil wawancara dengan pengurus RT diperoleh data sebagai berikut: A. Pengurus RT 07 mengatakan masih banyak warga yang belum begitu paham dan mengetahui terkait pencegahan dan penularan HMPV B. Beliau mengatakan belum ada dari pihak dinas kesehatan setempat melakukan pengarahan maupun penyuluhan secara persuasif baik via dare maupun secara langsung dalam bentuk pengerasan suara ataupun lembaran yang dibagikan atau ditempelkan di sekitar lingkungan RT C. Ketua RT mengatakan pengurus lingkungan setempat sudah ingin membuat poster maupun spanduk besar serta pembuatan tempat/sabun cuci tangan portable yang disebar di titik tempat perkumpulan massa/warga, tetapi dana operasional dari kas RT belum mencukupi sehingga tindak lanjut menunggu penarikan uang sukarela dari warga. 2. Hasil pengkajian metode survei menggunakan instrumen kuesioner pada 20 orang diperoleh data sebagai berikut: 1. Warga RT 07 berjumlah 8 orang (40%) mengerti terkait pencegahan dan penularan HMPV, sebanyak 12 orang (60%) kurang mengerti terkait pencegahan HMP 2. Warga yang pernah melakukan perjalanan ke luar kota sebanyak 14 orang (70%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak melakukan perjalanan keluar kota Selama Pandemi 3. Warga sebanyak 8 orang (40%) menggunakan masker, 12 orang (60%) tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah 4. Warga sebanyak 10 warga (50%) melakukan cuci tangan dan sisanya 10 orang (50%) tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda 5. Warga sebanyak 6 orang (30%) menerapkan Physichal Distancing dan sisanya 14 orang (70%) tidak menerapkan Physichal Distancing 6. Warga 2 orang (10%) tidak mengakses tempat umum atau ibadah dan sisanya 18 orang (90%) mengakses dan pergi ke tempat umum atau ibadah. 3. Hasil pengamatan : 1. Para warga masih melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang (gotong royong, ibadah) tanpa menggunakan protokol HMPV. 2. Para warga kurang menjaga kebersihan tangan (warga terlihat memegang wajah setelah bersentuhan dengan benda umum) 3. Para warga tidak menjaga jarak/Physical Distancing ketika berkumpul 4. Tidak adanya tempat/sabun cuci tangan umum di tempat dimana warga sering berkumpul (masjid, posyandu, pos penjagaan, warung)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
c. Risiko penularan HMPV
2. Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
- SDKI: Pengetahuan Kurang
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan
- SIKI: Edukasi Kesehatan
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
- SDKI: Perilaku Kesehatan Kurang
- SLKI: Peningkatan Perilaku Kesehatan
- SIKI: Promosi Kesehatan
c. Risiko penularan HMPV
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan Kasus Penyakit Menular
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan:
a. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)
b. Kurang perilaku pencegahan penularan HMPV
c. Risiko penularan HMPV
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang paling prioritas adalah "Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HMPV (Human Metapneumovirus)" karena pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan dan penularan HMPV merupakan faktor kunci yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan risiko penularan HMPV. Oleh karena itu, fokus utama intervensi keperawatan harus ditujukan pada peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai HMPV. -
Article No. 12161 | 12 Feb 2025
Klinis : HIPERTERMIA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyajikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Hipertermia, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu atau peningkatan produksi panas.
SDKI:
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Batasan Karakteristik:
1. Suhu tubuh > 38°C
2. Kulit hangat
3. Wajah tampak kemerahan
4. Berkeringat
5. Nadi cepat
6. Pernapasan cepat
SLKI:
Kode: 10015
Judul: Termoregulasi Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Kulit berwarna normal
3. Tidak ada tanda-tanda hipertermia
SIKI:
Kode: 00592
Judul: Manajemen Hipertermia
Definisi: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas batas normal.
Aktivitas Keperawatan:
1. Monitor suhu tubuh secara teratur
2. Berikan cairan intravenous yang cukup
3. Kompres hangat pada dahi, leher, dan ketiak
4. Kurangi jumlah pakaian atau selimut
5. Tingkatkan asupan cairan oral
6. Observasi tanda-tanda dehidrasi
7. Berikan antipiretik sesuai resep
Dengan demikian, diagnosa keperawatan, definisi, dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Hipertermia telah saya sampaikan. Jika ada pertanyaan lain, silakan diajukan. -
Article No. 12162 | 12 Feb 2025
Klinis : INTERVENSI HIPERTERMIA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk intervensi hipertermia dalam gaya akademis dan dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia merupakan kondisi di mana tubuh mengalami peningkatan suhu di atas normal (>37,5°C). Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Hipertermia. Diagnosa ini mencakup karakteristik definisi, faktor terkait, dan gejala/tanda mayor dan minor.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C. Faktor terkait yang mungkin menyebabkan hipertermia antara lain infeksi, dehidrasi, penyakit autoimun, gangguan thermoregulasi, dan efek samping obat-obatan. Gejala mayor dapat berupa peningkatan suhu tubuh, kulit hangat dan kemerahan, sedangkan gejala minor dapat berupa menggigil, peningkatan nadi dan pernapasan, serta penurunan output urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi hipertermia berdasarkan SLKI adalah penurunan suhu tubuh ke rentang normal, pemeliharaan hidrasi yang adekuat, serta tidak terjadi komplikasi lanjut seperti kerusakan jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, manajemen obat-obatan penurun panas, serta terapi penurun panas seperti kompres hangat/dingin, pemberian oksigen, dan ventilasi udara yang baik. Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu tubuh, mempertahankan homeostasis, dan mencegah komplikasi.
Dalam memberikan intervensi, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan pasien, manajemen gejala, serta memfasilitasi recovery pasien secara holistik. Perawat berperan penting dalam memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi intervensi sesuai dengan respons pasien. -
Article No. 12163 | 12 Feb 2025
Klinis : INTERVENSI HIPERTERMIA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "INTERVENSI HIPERTERMIA":
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z41.8
- Deskripsi: Tindakan lain untuk perawatan diri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.85
- Deskripsi: Terapi hipertermia, termasuk induksi demam
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z41.8 (Tindakan lain untuk perawatan diri) digunakan untuk mengkodekan tindakan atau intervensi yang dilakukan untuk perawatan diri, termasuk hipertermia atau induksi demam. Kode ini digunakan untuk mengindikasikan tindakan yang tidak dikategorikan di tempat lain dalam klasifikasi ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM 99.85 (Terapi hipertermia, termasuk induksi demam) digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang melibatkan hipertermia, termasuk induksi demam. Tindakan ini dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti pengobatan kanker, penghancuran jaringan abnormal, atau stimulasi sistem imun.
Penggunaan kode-kode ini oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, membantu dalam dokumentasi yang akurat dan pengkodean yang sesuai untuk kondisi dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 12164 | 12 Feb 2025
Klinis : INTERVENSI HIPERTERMIA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), serta Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dalam kasus INTERVENSI HIPERTERMIA.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi INTERVENSI HIPERTERMIA:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling sesuai untuk kondisi INTERVENSI HIPERTERMIA adalah "Hipertermia" (00007). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C (100°F) akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, gangguan metabolisme, atau paparan lingkungan yang berlebihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh: Rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
- Kriteria hasil: Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal.
2. Kenyamanan: Meningkat.
- Kriteria hasil: Pasien menyatakan merasa nyaman dan tidak merasakan ketidaknyamanan akibat hipertermia.
3. Pengendalian Hipertermia: Membaik.
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan suhu tubuh dan tidak lagi mengalami hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Tujuan: Menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam rentang normal.
- Aktivitas:
- Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala.
- Menggunakan metode penurunan suhu, seperti kompres air hangat, kipas angin, dan pemberian cairan intravena yang dingin.
- Memonitor tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh.
- Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab hipertermia.
2. Manajemen Kenyamanan
- Tujuan: Meningkatkan kenyamanan pasien.
- Aktivitas:
- Mengkaji tingkat kenyamanan pasien.
- Memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti mengatur suhu ruangan, memberikan selimut yang sesuai, dan menjaga kebersihan lingkungan.
- Memfasilitasi istirahat yang cukup bagi pasien.
3. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermia dan pengelolaannya.
- Aktivitas:
- Memberikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan dampak hipertermia.
- Mengajarkan teknik-teknik penurunan suhu tubuh yang dapat dilakukan di rumah.
- Memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah hipertermia.
Dengan penerapan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) yang telah dijelaskan, diharapkan pasien dengan kondisi INTERVENSI HIPERTERMIA dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif dalam upaya menurunkan suhu tubuh, meningkatkan kenyamanan, serta memahami dan mengelola hipertermia dengan baik. -
Article No. 12165 | 12 Feb 2025
Klinis : muntah sejak jam 7 kemarin malam lebih dr 20 x, demam (-), post makan pentol sebelumnya, nyeri perut (+), diare (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Risiko Dehidrasi
- Penjelasan: Kondisi muntah yang berulang kali dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, sehingga pasien berisiko mengalami dehidrasi.
2. Nyeri Akut
- Penjelasan: Adanya nyeri perut yang dirasakan oleh pasien merupakan gejala nyeri akut yang perlu ditangani.
Sementara itu, berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
SLKI:
1. Hidrasi
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
2. Pengendalian Nyeri
- Meminimalkan pengalaman nyeri yang dirasakan pasien.
SIKI:
1. Manajemen Cairan
- Memantau intake dan output cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Manajemen Nyeri
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
Sebagai perawat, tujuan utama adalah memastikan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengelola nyeri yang dirasakan agar pasien dapat segera pulih. Kerja sama yang erat dengan tim medis lainnya juga diperlukan untuk menentukan penyebab dan memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 12166 | 12 Feb 2025
Klinis : muntah sejak jam 7 kemarin malam lebih dr 20 x, demam (-), post makan pentol sebelumnya, nyeri perut (+), diare (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Mual dan Muntah Hebat
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual dan muntah hebat adalah keadaan di mana pasien mengalami sensasi ingin muntah yang tidak tertahankan dan pengeluaran isi lambung melalui mulut secara berulang dalam jumlah banyak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat mengendalikan mual dan muntah, mempertahankan hidrasi yang adekuat, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor frekuensi, jumlah, dan karakteristik muntah
2. Berikan antiemetik sesuai instruksi medis
3. Pertahankan hidrasi dan keseimbangan elektrolit
4. Batasi asupan oral sementara
5. Berikan makanan ringan dan mudah dicerna saat pasien mulai toleran
6. Identifikasi dan manajemen penyebab (misalnya postprandial)
7. Berikan kenyamanan dan dukungan emosional
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu muntah berulang lebih dari 20 kali sejak kemarin malam, tidak disertai demam, terjadi setelah makan pentol, dan disertai nyeri perut, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Muntah Hebat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau kondisi pasien, memberikan antiemetik, menjaga hidrasi, membatasi asupan oral sementara, dan memberikan kenyamanan serta dukungan emosional.