Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21266 | 31 Aug 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas (00092) SDKI
Penjelasan:
Intoleransi aktivitas (00092) SDKI
Kode: 00092
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Etiologi:
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Faktor fisik, seperti kelelahan, nyeri, dan ketidaknyamanan kulit
- Faktor psikologis, seperti stres dan cemas
Gejala dan Tanda:
- Gatal, kemerahan, dan rasa panas di kulit
- Pembatasan aktivitas akibat ketidaknyamanan kulit
- Tidur terganggu karena gatal
SLKI:
Peningkatan toleransi aktivitas (1616)
Kode: 1616
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
SIKI:
Manajemen dermatitis (6440)
Kode: 6440
Definisi: Tindakan perawatan yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, atau menyembuhkan peradangan pada kulit.
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. A mengalami dermatitis yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, dan rasa panas di kulit, terutama di lengan dan betis. Hal ini dapat menyebabkan intoleransi aktivitas karena ketidaknyamanan fisik yang dialami. Perawatan yang dibutuhkan adalah manajemen dermatitis, yang meliputi tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menyembuhkan peradangan pada kulit. -
Article No. 21268 | 31 Aug 2025
Klinis : Batuk batuk terutama pada malam dan dini hari, batuk bisa membuat dada px sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk-batuk terutama pada malam dan dini hari, dengan batuk yang dapat menyebabkan nyeri dada:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengelola inspirasi dan/atau ekspirasi yang memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Ventilasi Efektif (1604)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi masuknya oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru.
Penjelasan singkat:
Kondisi batuk-batuk terutama pada malam dan dini hari, dengan batuk yang dapat menyebabkan nyeri dada, mengindikasikan adanya pola napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, atau kondisi lainnya yang mempengaruhi fungsi pernapasan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat dan mencapai ventilasi efektif. -
Article No. 21269 | 31 Aug 2025
Klinis : Batuk batuk terutama pada malam dan dini hari, batuk bisa membuat dada px sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang dijelaskan, yaitu batuk terutama pada malam dan dini hari yang disertai nyeri dada, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\b Kode:\b0 D.0016 \b - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0 \par
\b Definisi:\b0 Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode:\b0 L.04013 \b - Status Pernapasan: Ventilasi\b0 \par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk mengalirkan udara masuk dan keluar paru secara adekuat.\par
\b Indikator:\b0 \par
- L.04013.1: Frekuensi napas dalam rentang normal\par
- L.04013.2: Irama napas reguler\par
- L.04013.3: Tidak ada bunyi napas adventisius (mengi, ronki)\par
- L.04013.4: Ekspansi dada simetris\par
- L.04013.5: Tidak ada penggunaan otot aksesori pernapasan\par
- L.04013.6: Batuk efektif\par
- L.04013.7: Tidak ada sianosis\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode:\b0 I.09011 \b - Manajemen Jalan Napas\b0 \par
\b Definisi:\b0 Memfasilitasi patensi jalan napas dan memperbaiki pertukaran udara.\par
\b Aktivitas:\b0 \par
- I.09011.1: Kaji status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas)\par
- I.09011.2: Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam\par
- I.09011.3: Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam\par
- I.09011.4: Berikan posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memudahkan ekspansi dada\par
- I.09011.5: Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan\par
- I.09011.6: Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi\par
- I.09011.7: Monitor saturasi oksigen secara berkala\par
- I.09011.8: Ajarkan untuk menghindari faktor pemicu (alergen, iritan)\par
- I.09011.9: Anjurkan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret\par
\b Rasional Singkat:\b0 Batuk pada malam dan dini hari sering dikaitkan dengan peningkatan respons inflamasi saluran napas dan akumulasi sekret. Nyeri dada dapat terjadi akibat penggunaan otot aksesori yang berlebihan selama batuk. Manajemen jalan napas bertujuan untuk mengurangi obstruksi, meningkatkan ventilasi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.\par
} -
Article No. 21270 | 31 Aug 2025
Klinis : Batuk batuk terutama pada malam dan dini hari, batuk bisa membuat dada px sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, yaitu batuk terutama pada malam dan dini hari yang disertai nyeri dada, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone \b Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Kode: 00031)\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone Definisi:\cf2\ul \cf1\ulnone Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone \b Status Pernapasan: Ventilasi (Kode: 0402)\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone Definisi:\cf2\ul \cf1\ulnone Kemampuan untuk menyediakan dan mempertahankan pertukaran udara yang adekuat melalui paru-paru dan jalan napas.\par
Indikator yang dapat dimonitor:\par
- Frekuensi napas dalam rentang normal\par
- Tidak adanya suara napas abnormal (mengi, ronki)\par
- Pengurangan atau hilangnya batuk\par
- Tidak adanya nyeri dada saat bernapas atau batuk\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone \b Manajemen Jalan Napas (Kode: 3140)\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone Definisi:\cf2\ul \cf1\ulnone Upaya untuk mempertahankan patensi dan kebersihan jalan napas.\par
Aktivitas yang dapat dilakukan:\par
- Memonitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan\par
- Auskultasi suara napas untuk mendeteksi abnormalitas\par
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam\par
- Anjurkan posisi semi-Fowler atau duduk untuk memudahkan pernapasan\par
- Berikan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret\par
- Kolaborasi pemberian terapi inhalasi atau obat sesuai indikasi\par
\cf2\ul \cf1\ulnone \b Manajemen Nyeri (Kode: 1400)\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone Definisi:\cf2\ul \cf1\ulnone Upaya untuk meringankan atau mengurangi nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.\par
Aktivitas yang dapat dilakukan:\par
- Assess karakteristik, lokasi, dan intensitas nyeri (skala 0-10)\par
- Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi nyeri\par
- Anjurkan posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan pada dada\par
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi\par
Penjelasan singkat:\par
Batuk pada malam dan dini hari sering dikaitkan dengan peningkatan sekresi atau iritasi jalan napas, serta dapat memperberat nyeri dada akibat kontraksi otot pernapasan yang berulang. Diagnosa "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena sesuai dengan manifestasi klinis yang ada. Luaran dan intervensi di atas dirancang untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mengelola nyeri yang menyertai.\par
} -
Article No. 21271 | 31 Aug 2025
Klinis : Pasien usia 67 tahun dengan diagnosa medis anemia CKD, pasien mengeluh lemas, pusing, badannya pegel-pegel, mengeluh nyeri ekstremitas bawah sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan [00093]
Definisi: Sensasi subjektif dan objektif dari kekurangan energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri Kronis [00133]
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu; onset lambat, berlangsung lama, dan mungkin disebabkan oleh penyakit kronis.
3. Gangguan Mobilitas Fisik [00085]
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan independen, baik dibatasi maupun tidak dibatasi pada satu atau lebih ekstremitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Kelelahan [D.0093]
2. Nyeri Kronis [D.0133]
3. Gangguan Mobilitas Fisik [D.0085]
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Energi [L.0144]
2. Kontrol Nyeri [L.0151]
3. Mobilitas [L.0110]
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kelelahan [I.0500]
2. Manajemen Nyeri [I.0540]
3. Peningkatan Mobilitas [I.0515]
Penjelasan singkat:
1. Kelelahan: Pasien merasa lemas dan pusing yang dapat disebabkan oleh anemia akibat penyakit ginjal kronis (CKD).
2. Nyeri Kronis: Pasien mengeluh nyeri pada ekstremitas bawah sebelah kiri, yang dapat disebabkan oleh komplikasi penyakit ginjal kronis.
3. Gangguan Mobilitas Fisik: Pasien merasa pegel-pegel yang dapat membatasi aktivitas fisiknya.
Dalam hal ini, perawat berperan untuk membantu pasien mengatasi kelelahan, nyeri, dan meningkatkan mobilitas fisik melalui intervensi yang sesuai. -
Article No. 21272 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 13 tahun dibawa kerumah sakit oleh ibunya karena dengan keluhan sesak napas, benjolan subkutan, dan nyeri sendi selama tiga bulan terakhir. Nyeri sendi berkembang selama tiga bulan, yang mengenai lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan jari-jarinya. Nyeri tersebut bilateral, tidak berpindah-pindah, lebih terasa di sisi kanan daripada di sisi kiri, dan secara bertahap memburuk hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Nyeri lebih terasa berat pada malam hari dan dini hari, sehingga anak tidak bisa hadir disekolah. Pada mulanya, anak merasakan gejala berkurang setelah minum obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Ibuprofen, tetapi lama-lama anak tidak menunjukkan respon yang baik terhadap obat tersebut. Nyeri tersebut disertai dengan pembengkakan dan eritema di sekitar sendi. Setelah dua bulan mengalami nyeri sendi, ibu melihat benjolan subkutan kecil, bulat, tidak nyeri, dan sewarna kulit di kedua siku dan lengan saat memijat putrinya untuk mengurangi nyerinya. Seiring berjalannya waktu, anak mulai mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat beraktivitas yang meningkat saat berbaring. Sebelumnya anak pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi (39-40oC) sekitar dua minggu sebelum nyeri sendi, yang berlangsung selama seminggu dan membaik dengan obat antipiretik. Selama tiga bulan terakhir, anak mengalami nyeri sendi, nodul subkutan, dan dispnea saat beraktivitas. Ia dirawat di rumah sakit kami untuk penanganan dan pemeriksaan. Namun, tidak ada riwayat palpitasi, ruam, hemoptisis, labilitas, atau gerakan abnormal baru-baru ini. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak kesakitan, dengan suhu 37oC. Frekuensi nafas, denyut jantung, dan tekanan darah masing-masing adalah 28 kali/menit, 129/menit, dan 126/70 mmHg. Tinggi badannya 153 cm, berat badannya 81 kg, dan BMI-nya 35. Pemeriksaan kardiovaskular normal kecuali murmur holosistolik tingkat 3 dengan intensitas tertinggi di apeks. Anak memiliki gaya berjalan antalgik, nodul subkutan di permukaan ekstensor siku kanan, dan sendi interfalang tanpa tanda-tanda artritis. Setelah diperiksa, hitung darah lengkap menunjukkan hemoglobin = 11,0 g/dL, jumlah sel darah putih = 13,4*1000 uL, trombosit = 483*1000 uL. Ekokardiografi menunjukkan regurgitasi mitral (MR) berat, regurgitasi aorta (AR) ringan, dan efusi perikardial ringan difus. Rontgen dada dan elektrokardiogram (EKG) normal. Berdasarkan kriteria Jones yang direvisi untuk populasi berisiko sedang hingga tinggi, ia memiliki bukti infeksi streptokokus baru-baru ini dengan tiga kriteria utama (adanya poliartralgia, karditis, dan nodul subkutan) dan dua kriteria minor (demam ?38,5 °C dan LED ?60 mm), sehingga anak didiagnosis dengan penyakit demam rematik akut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh pasien perempuan berusia 13 tahun tersebut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau yang diperlukan pada tingkat yang diharapkan.
SLKI: Pencapaian dan pemeliharaan tingkat energi yang memadai untuk mendukung aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
2. Nyeri Akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
SLKI: Pengurangan atau penghilangan sensasi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
3. Dispnea (00032)
SDKI: Ketidaknyamanan atau rasa tertekan dalam bernapas.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan nyaman.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam bernapas dengan mudah dan nyaman.
4. Risiko Infeksi (00004)
SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
SLKI: Pencegahan terhadap paparan patogen dan pemeliharaan sistem pertahanan tubuh.
SIKI: Intervensi untuk mencegah paparan patogen dan mempertahankan sistem pertahanan tubuh pasien.
Kode diagnosa keperawatan tersebut mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21273 | 31 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 13 tahun dibawa kerumah sakit oleh ibunya karena dengan keluhan sesak napas, benjolan subkutan, dan nyeri sendi selama tiga bulan terakhir. Nyeri sendi berkembang selama tiga bulan, yang mengenai lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan jari-jarinya. Nyeri tersebut bilateral, tidak berpindah-pindah, lebih terasa di sisi kanan daripada di sisi kiri, dan secara bertahap memburuk hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Nyeri lebih terasa berat pada malam hari dan dini hari, sehingga anak tidak bisa hadir disekolah. Pada mulanya, anak merasakan gejala berkurang setelah minum obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Ibuprofen, tetapi lama-lama anak tidak menunjukkan respon yang baik terhadap obat tersebut. Nyeri tersebut disertai dengan pembengkakan dan eritema di sekitar sendi. Setelah dua bulan mengalami nyeri sendi, ibu melihat benjolan subkutan kecil, bulat, tidak nyeri, dan sewarna kulit di kedua siku dan lengan saat memijat putrinya untuk mengurangi nyerinya. Seiring berjalannya waktu, anak mulai mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat beraktivitas yang meningkat saat berbaring. Sebelumnya anak pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi (39-40oC) sekitar dua minggu sebelum nyeri sendi, yang berlangsung selama seminggu dan membaik dengan obat antipiretik. Selama tiga bulan terakhir, anak mengalami nyeri sendi, nodul subkutan, dan dispnea saat beraktivitas. Ia dirawat di rumah sakit kami untuk penanganan dan pemeriksaan. Namun, tidak ada riwayat palpitasi, ruam, hemoptisis, labilitas, atau gerakan abnormal baru-baru ini. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak kesakitan, dengan suhu 37oC. Frekuensi nafas, denyut jantung, dan tekanan darah masing-masing adalah 28 kali/menit, 129/menit, dan 126/70 mmHg. Tinggi badannya 153 cm, berat badannya 81 kg, dan BMI-nya 35. Pemeriksaan kardiovaskular normal kecuali murmur holosistolik tingkat 3 dengan intensitas tertinggi di apeks. Anak memiliki gaya berjalan antalgik, nodul subkutan di permukaan ekstensor siku kanan, dan sendi interfalang tanpa tanda-tanda artritis. Setelah diperiksa, hitung darah lengkap menunjukkan hemoglobin = 11,0 g/dL, jumlah sel darah putih = 13,4*1000 uL, trombosit = 483*1000 uL. Ekokardiografi menunjukkan regurgitasi mitral (MR) berat, regurgitasi aorta (AR) ringan, dan efusi perikardial ringan difus. Rontgen dada dan elektrokardiogram (EKG) normal. Berdasarkan kriteria Jones yang direvisi untuk populasi berisiko sedang hingga tinggi, ia memiliki bukti infeksi streptokokus baru-baru ini dengan tiga kriteria utama (adanya poliartralgia, karditis, dan nodul subkutan) dan dua kriteria minor (demam ?38,5 °C dan LED ?60 mm), sehingga anak didiagnosis dengan penyakit demam rematik akut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klinis yang telah dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran keperawatan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi dan kerusakan jaringan sendi, sebagaimana ditandai dengan keluhan nyeri sendi bilateral yang memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan dispnea saat beraktivitas, sebagaimana ditandai dengan peningkatan sesak napas saat beraktivitas dan membaik saat berbaring.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, sebagaimana ditandai dengan riwayat infeksi saluran pernapasan atas dan demam tinggi sebelum onset nyeri sendi.
Luaran Keperawatan SLKI:
1. Nyeri Akut:
- Ekspresi Verbal: Anak dapat menyatakan penurunan nyeri sendi.
- Durasi Nyeri: Anak dapat melaporkan durasi nyeri yang berkurang.
- Penggunaan Analgesik: Anak dapat menggunakan analgesik yang tepat dan efektif untuk mengurangi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas: Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang meningkat.
- Dispnea saat Aktivitas: Anak dapat melaporkan penurunan sesak napas saat beraktivitas.
- Kelelahan: Anak dapat melaporkan penurunan kelelahan saat beraktivitas.
3. Resiko Infeksi:
- Tanda-tanda Infeksi: Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi baru.
- Suhu Tubuh: Anak dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
- Jumlah Sel Darah Putih: Anak dapat mempertahankan jumlah sel darah putih dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau aplikasi kompres hangat/dingin.
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
- Kaji toleransi aktivitas anak dan batasi aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan aktivitas bertahap untuk menghindari kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang tepat.
- Monitor tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti peningkatan dispnea, kelelahan, atau nyeri.
3. Manajemen Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian profilaksis antibiotik, jika diperlukan.
- Ajarkan kepada anak dan keluarga mengenai pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, menjaga kebersihan, dan menghindari kontak dengan orang sakit.
- Monitor parameter laboratorium terkait infeksi, seperti jumlah sel darah putih.
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh klien, seperti nyeri sendi, sesak napas, dan riwayat infeksi. Luaran keperawatan SLKI menggambarkan hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan dilakukan, seperti penurunan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan infeksi. Intervensi keperawatan SIKI merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan manajemen risiko infeksi. -
Article No. 21274 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan lemah sudah dari dua hari yang lalu lemes disertai dengan pusing nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh keluhan lain disertai dengan nafas terasa sesak mual dan muntah diagnosa medis anemia dan CKD keluhan utamanya lemas pasien menggunakan alat bantu jalan yaitu Walker kaki pasien ada edema dan mengeluh nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami kelemahan, pusing, nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh, sesak napas, mual dan muntah, serta adanya diagnosis medis anemia dan Chronic Kidney Disease (CKD), maka dapat ditetapkan beberapa Diagnosa Keperawatan, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Intoleransi Aktivitas (10029)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
b. Kelelahan (10025)
Definisi: Suatu keadaan fisik dan/atau mental yang tidak menyenangkan akibat aktivitas yang melampaui kapasitas individu.
c. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik (10023)
Definisi: Rentan mengalami perubahan yang tidak terkendali dari tekanan darah, nadi, dan/atau pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Mobilitas Fisik Terganggu (20006)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri yang terganggu.
b. Nyeri Kronis (20009)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang menetap atau berulang.
c. Edema (20002)
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Manajemen Energi (30011)
Definisi: Tindakan untuk mengatur penggunaan dan pemulihan energi fisik dan mental.
b. Manajemen Nyeri (30013)
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan rasa nyeri yang dialami individu.
c. Perawatan Edema (30019)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
Kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI di atas telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai standar diagnosa dan intervensi keperawatan di Indonesia. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 21275 | 31 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan lemah sudah dari dua hari yang lalu lemes disertai dengan pusing nyeri dan pegal-pegal di seluruh tubuh keluhan lain disertai dengan nafas terasa sesak mual dan muntah diagnosa medis anemia dan CKD keluhan utamanya lemas pasien menggunakan alat bantu jalan yaitu Walker kaki pasien ada edema dan mengeluh nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0 Intoleransi Aktivitas (Kode SDKI: B.1.2)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b - SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 Kemandirian dalam aktivitas meningkat (Kode: L.04016)\par
\b - SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 Manajemen Energi (Kode: I.11001)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Pasien mengeluh lemas, menggunakan walker, dan memiliki keterbatasan akibat anemia dan CKD yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional. Intervensi difokuskan pada pengaturan energi dan aktivitas.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0 Nyeri Akut (Kode SDKI: B.3.1)\par
\b - SLKI:\b0 Tingkat nyeri menurun (Kode: L.08001)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Nyeri (Kode: I.11018)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Pasien melaporkan nyeri dan pegal di seluruh tubuh. Intervensi meliputi penilaian nyeri, pemberian terapi non-farmakologis, dan kolaborasi manajemen farmakologis jika diperlukan.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Kode SDKI: B.5.1.1)\par
\b - SLKI:\b0 Status nutrisi membaik (Kode: L.03023)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Nutrisi (Kode: I.11006)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Anemia dan CKD dapat mempengaruhi asupan nutrisi, ditambah keluhan mual dan muntah. Intervensi meliputi pemantauan asupan, edukasi diet, dan kolaborasi dengan ahli gizi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 4. Diagnosa Keperawatan:\b0 Kelebihan Volume Cairan (Kode SDKI: B.2.1)\par
\b - SLKI:\b0 Keseimbangan cairan tercapai (Kode: L.05003)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Cairan (Kode: I.11016)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Edema pada kaki menunjukkan kelebihan cairan, yang umum pada CKD. Intervensi termasuk pemantauan tanda vital, balance cairan, dan pembatasan asupan cairan sesuai indikasi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 5. Diagnosa Keperawatan:\b0 Risiko Cedera (Kode SDKI: C.1.4)\par
\b - SLKI:\b0 Tidak terjadi cedera (Kode: L.07017)\par
\b - SIKI:\b0 Pencegahan Jatuh (Kode: I.09017)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Lemas, pusing, dan penggunaan walker meningkatkan risiko jatuh. Intervensi meliputi pengawasan lingkungan, edukasi keselamatan, dan bantuan mobilisasi.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\b 6. Diagnosa Keperawatan:\b0 Ansietas (Kode SDKI: B.4.1.1)\par
\b - SLKI:\b0 Tingkat ansietas menurun (Kode: L.09005)\par
\b - SIKI:\b0 Manajemen Ansietas (Kode: I.11021)\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\i \i0 Penjelasan: Kondisi kronis dan gejala yang dialami dapat menimbulkan kecemasan. Intervensi meliputi dukungan emosional, teknik relaksasi, dan komunikasi terapeutik.\par
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1 Semua diagnosa dan intervensi harus disesuaikan dengan penilaian lengkap dan kebijakan institusi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain sangat penting, terutama dalam manajemen CKD dan anemia.\par
} -
Article No. 21276 | 31 Aug 2025
Klinis : Lutut nyeri dan membengkak, tidak menjalar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu \i lutut nyeri dan membengkak, tidak menjalar\i0 , berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode SDKI:\b0 1.6 \b Nyeri Akut\b0\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut; onset mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan durasi kurang dari 3 bulan.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode:\b0 1301 \b Kontrol Nyeri\b0\par
\b Definisi Luaran:\b0 Tindakan personal untuk mengendalikan nyeri.\par
\b Kriteria Luaran (Indikator):\b0\par
130101 Melaporkan nyeri terkontrol\par
130102 Mengenali faktor presipitasi\par
130103 Memantau intensitas nyeri\par
130104 Memantau karakteristik nyeri\par
130105 Memilih strategi manajemen nyeri yang tepat\par
130106 Melaporkan berkurangnya durasi episode nyeri\par
130107 Melaporkan berkurangnya intensitas nyeri\par
130108 Menggunakan analgesik dengan tepat\par
130109 Menggunakan metode nonfarmakologis dengan tepat\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode:\b0 1410 \b Manajemen Nyeri\b0\par
\b Definisi:\b0 Memberikan bantuan untuk meringankan nyeri atau mengurangi nyeri hingga tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh individu.\par
\b Aktivitas Keperawatan (Intervensi):\b0\par
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas (skala 0-10).\par
- Kaji faktor-faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.\par
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (contoh: kompres dingin pada area lutut yang bengkak, distraksi, relaksasi).\par
- Kolaborasi pemberian farmakologis analgesik sesuai indikasi dan kebijakan institusi.\par
- Ajarkan untuk memantau dan melaporkan karakteristik serta respons terhadap intervensi nyeri.\par
- Anjurkan untuk mengistirahatkan sendi lutut dan hindari aktivitas yang memberatkan.\par
- Lakukan evaluasi keefektifan manajemen nyeri.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa ini berfokus pada manifestasi utama yaitu \i nyeri\i0 . Pembengkakan (\i swelling\i0 ) dapat menjadi data pendukung dan bagian dari karakteristik nyeri. Untuk penanganan yang komprehensif, asesmen lebih lanjut mengenai penyebab dasar (misalnya trauma, artritis, gout) diperlukan untuk intervensi dan kolaborasi yang tepat.\par
}