Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12186 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien laki laki keluhan lemah separo badan disertai dengan pelo, mual muntah sejak 5 hr yll tgl 8/2/25 dan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan separo badan.
Penjelasan: Pasien mengalami kelemahan separo badan, yang dapat menyebabkan gangguan dalam melakukan aktivitas fisik dan mobilisasi. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik SDKI untuk Gangguan Mobilitas Fisik.
2. Risiko Aspirasi berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan: Pasien mengalami mual dan muntah, yang dapat meningkatkan risiko aspirasi jika tidak ditangani dengan tepat. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI untuk Risiko Aspirasi.
3. Risiko Kejang berhubungan dengan kejang.
Penjelasan: Pasien mengalami kejang, yang merupakan indikasi adanya gangguan neurologis yang perlu dievaluasi dan ditangani. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI untuk Risiko Kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik dan mobilisasi secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan rentang gerak ekstremitas yang terdampak.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Pasien tidak mengalami episode mual atau muntah.
- Tidak ada tanda-tanda aspirasi, seperti infeksi saluran pernapasan.
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman.
3. Tidak Terjadi Kejang
- Pasien tidak mengalami episode kejang selama periode asuhan keperawatan.
- Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital dan tidak ada gejala gangguan neurologis lainnya.
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor pemicu kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
- Mobilisasi Progresif: Membantu pasien melakukan latihan pergerakan dan aktivitas fisik secara bertahap untuk meningkatkan kekuatan dan rentang gerak.
- Perawatan Ekstremitas: Memberikan perawatan dan stimulasi pada ekstremitas yang terdampak untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
- Pelatihan Aktivitas Sehari-hari: Membantu pasien berlatih melakukan aktivitas sehari-hari (mandi, berpakaian, makan, dll.) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
- Manajemen Mual dan Muntah: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah, serta mengawasi intake cairan dan nutrisi pasien.
- Manajemen Jalan Napas: Memantau dan memfasilitasi jalan napas pasien, serta menyediakan alat bantu pernapasan jika diperlukan.
- Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang risiko aspirasi dan cara mencegahnya, serta melibatkan keluarga dalam perawatan.
3. Intervensi untuk Risiko Kejang:
- Pemantauan Tanda Vital dan Neurologis: Melakukan pemantauan yang ketat terhadap tanda-tanda vital dan gejala neurologis pasien.
- Manajemen Antikonvulsan: Mengatur pemberian obat antikonvulsan sesuai dengan resep dokter dan memantau efektivitas serta efek sampingnya.
- Edukasi Pencegahan Kejang: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor pemicu kejang, serta tindakan yang dapat dilakukan saat kejang terjadi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berdasarkan diagnosis yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik, pencegahan aspirasi, dan tidak terjadi kejang selama masa perawatan. -
Article No. 12187 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien laki laki keluhan lemah separuh badan disertai dengan pelo, mual muntah sejak 5 hr yll tgl 8/2/25 dan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu lemah separuh badan, pelo, mual muntah, dan kejang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular akibat insufisiensi serebral, sebagaimana ditandai dengan pasien mengalami hemiparesis (kelemahan separuh badan).
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan, sebagaimana ditandai dengan pasien mudah letih dan lemah.
3. Resiko Aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular, seperti mual, muntah, dan kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Teratasi: Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Toleransi Aktivitas Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup.
3. Bebas Risiko Aspirasi: Pasien tidak mengalami episode mual, muntah, atau kejang yang dapat menyebabkan aspirasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
a. Latihan Mobilitas Fisik: Membantu pasien melakukan latihan pergerakan anggota tubuh secara bertahap untuk meningkatkan kekuatan dan rentang gerak.
b. Perawatan Posisi: Memposisikan pasien dengan benar untuk menghindari komplikasi, seperti kontraktur dan dekubitus.
c. Terapi Aktivitas: Melibatkan pasien dalam berbagai aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan mobilitas.
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
a. Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur tingkat aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Membantu pasien melakukan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan ketahanan.
c. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Mengamati tanda-tanda vital pasien selama aktivitas untuk mendeteksi adanya intoleransi.
3. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
a. Manajemen Mual dan Muntah: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah.
b. Manajemen Kejang: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengendalikan kejang.
c. Pencegahan Aspirasi: Memposisikan pasien dengan benar, membatasi asupan cairan, dan memantau tanda-tanda aspirasi.
Penjelasan rinci dan terperinci di atas didasarkan pada pemahaman saya sebagai perawat yang berpengalaman dalam menangani kasus-kasus neurologis. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12188 | 13 Feb 2025
Klinis : pernafasan restriksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pernafasan restriksi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini antara lain:
a. Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
b. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas dengan tidak mengalami sesak napas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi.
b. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan pola pernapasan.
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Mengajarkan teknik pernapasan yang tepat.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan lebih lanjut.
Sebagai pakar keperawatan, saya dapat memberikan rekomendasi penanganan yang komprehensif berdasarkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan mempertahankan kesehatan secara optimal. -
Article No. 12190 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien post op laminectomy hari pertama. Pasien tampak pucat lemas dan berteriak kesakitan. Kongjungtiva anemis. Skala nyeri 7. Nyeri terasa panas terbakar diarea yg dioperasi. Pasien sudah mendapatkan metamizole 1gr IV dan Bioxon 1 gr iv. Pasien tidak nafsu makan karena kesakitan. Pasien tidak mandi sejak masuk rumah sakit. Pasien mengatakan lemas dan mual.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien post op laminectomy hari pertama:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Pasien tampak pucat, lemah, dan berteriak kesakitan. Skala nyeri 7, dengan nyeri dirasakan panas terbakar di area yang dioperasi.
2. Ketidakefektifan pola tidur
- Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu atau tidak mencukupi.
- Karakteristik: Pasien mengalami nyeri yang mengganggu tidur dan istirahat.
3. Risiko kekurangan volume cairan
- Definisi: Rentan mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Karakteristik: Pasien tampak pucat, lemah, dan tidak nafsu makan karena kesakitan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol
- Definisi: Tingkat nyeri dalam batas yang dapat ditoleransi pasien.
- Kriteria hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien tampak lebih tenang dan rileks.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Pola tidur yang efektif
- Definisi: Pola tidur yang sesuai dengan kebutuhan individu.
- Kriteria hasil:
- Pasien tidur tanpa terbangun karena nyeri.
- Pasien merasa segar setelah bangun tidur.
3. Keseimbangan cairan
- Definisi: Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
- Kriteria hasil:
- Pasien tidak mengalami dehidrasi.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Intake dan output cairan seimbang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri
- Observasi: Tingkat nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri.
- Intervensi:
- Berikan analgesik sesuai resep.
- Terapkan kompres dingin pada area operasi.
- Ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi analgesik.
2. Manajemen tidur
- Observasi: Pola tidur, durasi tidur, dan gangguan tidur.
- Intervensi:
- Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Berikan obat tidur sesuai resep.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat.
3. Manajemen cairan
- Observasi: Tanda-tanda dehidrasi, intake dan output cairan.
- Intervensi:
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Anjurkan pasien untuk minum sedikit tapi sering.
- Pantau intake dan output cairan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi kebutuhan cairan.
Penjelasan ini disusun dengan tone akademis dan persona pakar perawat, dengan harapan dapat memberikan panduan yang komprehensif dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien post op laminectomy hari pertama. -
Article No. 12191 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien post op laminectomy hari pertama. Pasien tampak pucat lemas dan berteriak kesakitan. Kongjungtiva anemis. Skala nyeri 7. Nyeri terasa panas terbakar diarea yg dioperasi. Pasien sudah mendapatkan metamizole 1gr IV dan Bioxon 1 gr iv. Pasien tidak nafsu makan karena kesakitan. Pasien tidak mandi sejak masuk rumah sakit. Pasien mengatakan lemas dan mual. Hasil Lab Hb 7.5 Al 120 plt 230
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien post op laminectomy hari pertama yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan laminektomi) yang ditandai dengan pasien tampak pucat, lemah, berteriak kesakitan, nyeri diarea yang dioperasi dengan skala 7, dan nyeri terasa panas terbakar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (tidak nafsu makan) yang disebabkan oleh nyeri.
3. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan fisik dan mual.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan prosedur pembedahan laminektomi yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (7.5 g/dL).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol.
- Pasien tampak tenang dan rileks.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Status Nutrisi Membaik:
- Pasien mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Berat badan stabil atau meningkat.
3. Perawatan Diri Adekuat:
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
4. Tidak Terjadi Perdarahan:
- Tidak ada perdarahan aktif.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, kualitas, skala nyeri).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter (metamizole 1 gr IV, Bioxon 1 gr IV).
- Lakukan teknik nonfarmakologis (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin).
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
2. Peningkatan Nutrisi:
- Kaji intake nutrisi dan cairan.
- Berikan makanan dan minuman yang sesuai dengan preferensi pasien.
- Motivasi pasien untuk makan dan minum.
- Kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan.
3. Perawatan Diri:
- Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri (mandi, perawatan luka).
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri.
- Ajarkan teknik perawatan diri yang aman dan sesuai.
- Monitoring tanda-tanda infeksi.
4. Pencegahan Perdarahan:
- Kaji tanda-tanda perdarahan (warna, jumlah, sumber perdarahan).
- Pantau tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laboratorium dan pemberian terapi.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan perdarahan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 12192 | 13 Feb 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi anemia.
1. Kode ICD-10:
- Kode: D64.9
- Deskripsi: Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Dalam kasus anemia, kode ICD-10 yang sesuai adalah D64.9. Kode ini mencakup semua jenis anemia yang tidak diklasifikasikan secara spesifik di tempat lain, seperti anemia karena defisiensi zat besi, anemia hemolitik, dan anemia aplastik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah total
Jika pasien dengan anemia memerlukan intervensi medis, seperti transfusi darah, maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 99.04. Kode ini mengacu pada tindakan pemberian transfusi darah total, yang dapat menjadi salah satu modalitas pengobatan dalam menangani kasus anemia.
Dalam praktik klinis, pemilihan kode ICD yang tepat sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan pemberian layanan yang sesuai. Selain itu, penggunaan kode ICD yang sesuai juga berperan penting dalam proses penagihan dan reimbursi layanan kesehatan. -
Article No. 12193 | 13 Feb 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intake Nutrisi Adekuat
2. Status Nutrisi Membaik
3. Kadar Hemoglobin Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
2. Peningkatan Intake Nutrisi
3. Peningkatan Hemoglobin
Sebagai seorang perawat yang ahli di bidang ini, saya dapat menjelaskan bahwa anemia merupakan kondisi di mana jumlah eritrosit atau hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal. Hal ini dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi, pendarahan, atau gangguan pada produksi eritrosit.
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh" sesuai dengan kondisi anemia karena asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Standar luaran dan intervensi keperawatan yang direkomendasikan berfokus pada peningkatan intake nutrisi, status nutrisi, dan kadar hemoglobin pasien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan intervensi yang tepat dan memantau progres pasien secara teratur untuk memastikan kondisinya membaik. -
Article No. 12194 | 13 Feb 2025
Klinis : nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Faktor Risiko:
- Penurunan intake makanan atau cairan
- Malabsorpsi
- Gangguan metabolisme
- Peningkatan kebutuhan nutrisi
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Status Nutrisi
2. Berat Badan
3. Hidrasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
2. Edukasi Gizi
3. Pemantauan Intake Nutrisi
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi pasien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan intake makanan atau cairan, malabsorpsi, gangguan metabolisme, atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
Luaran keperawatan yang perlu dicapai meliputi status nutrisi, berat badan, dan hidrasi pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, edukasi gizi, dan pemantauan intake nutrisi pasien. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat dan mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 12195 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
Dalam kasus ini, pasien memiliki gejala-gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, termasuk batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru, serta suara napas bronkial di paru kanan atas, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.49
- Deskripsi: Biopsi paru, tidak spesifik
Pada kasus ini, kemungkinan akan dilakukan pemeriksaan tambahan berupa biopsi paru untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru secara definitif. Kode ICD-9-CM 87.49 mencakup prosedur biopsi paru yang tidak dispesifikasikan secara lebih rinci.
Selain itu, pasien mungkin juga akan menjalani pemeriksaan lain seperti pemeriksaan sputum untuk deteksi basil tuberkulosis, tes kulit tuberkulin, atau pemeriksaan radiologis lanjutan seperti CT-scan dada untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat. -
Article No. 12196 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi dahak yang berlebihan dan infeksi pada saluran pernapasan, sebagaimana ditandai dengan adanya batuk berdahak, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, penurunan nafsu makan, dan proses penyakit, sebagaimana ditandai dengan keluhan sesak napas dan kehilangan nafsu makan.
3. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis penyakit yang mengancam jiwa, sebagaimana ditandai dengan keluhan demam dan gejala penyakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif, ditandai dengan pengurangan dahak, suara napas normal, dan tidak ada sesak napas.
2. Toleransi aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa kelelahan yang berlebihan, ditandai dengan peningkatan nafsu makan dan tidak ada keluhan sesak napas.
3. Tingkat kecemasan: Pasien dapat mengelola kecemasan terkait diagnosa penyakit, ditandai dengan ekspresi wajah yang tenang, tidak ada tanda-tanda kecemasan, dan dapat menyatakan rasa optimis terhadap pemulihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas:
a. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara bronkial
b. Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi pengeluaran dahak
c. Anjurkan untuk melakukan latihan batuk efektif dan napas dalam
d. Berikan nebulizer dengan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
e. Pantau dan catat jumlah, warna, dan konsistensi dahak yang dikeluarkan
2. Toleransi aktivitas:
a. Kaji tingkat kelelahan dan kemampuan pasien dalam beraktivitas
b. Berikan perawatan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
d. Anjurkan untuk melakukan aktivitas bertahap sesuai toleransi
e. Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi
3. Manajemen kecemasan:
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan identifikasi penyebabnya
b. Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi pasien
c. Temani pasien dan berikan dukungan emosional yang diperlukan
d. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan visualisasi positif
e. Libatkan keluarga dalam pemberian dukungan psikologis
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi mencakup masalah utama yang dihadapi pasien, yaitu gangguan bersihan jalan napas, intoleransi aktivitas, dan kecemasan. Masing-masing diagnosa dilengkapi dengan definisi, penyebab, dan tanda/gejala yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan menggambarkan hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan yang diberikan. Tujuan tersebut harus spesifik, dapat diukur, dan berorientasi pada pasien. Intervensi keperawatan yang direncanakan merupakan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.