Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12268 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan sering batuk sejak 6 bulan yang lalu dan sudah berobat tetapi tidak membaik, pasien tinggal dengan suami dan seorang anaknya yang sudah berubah tangga, pasien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu di rujuk ke rs Dahrmais untuk pengobatan kanker. Pasien sudah di biopis dengan hasl PA : Adenocarcinoma paru kanan Kesehatan saat ini Pasienn seorang ibu rumah tangga tinggal di daerah cikarang, pasien mengatakan suami dan anaknya merokok di rumah dan rumah tinggal dekat dengan daerah industry. Saat datang ke ODC pasien diantara oleh suami dan keluarga dengan menggunakan kursi rodan dan menggunakan oksigen portable.Pasien mengatakan mash sesak terutama saat berkatifitas.pasien mengatakan takut efek sampaing kemoterapi. Post kemoterapi pertama pasien mengatakan ada mual dan muntah setelah di rumah. Saaat ini mual muntah sudah berkurang. Paien mengatakan sering merasa khawatir dan tidak mau ditinggal oleh keluarganya. PAien mengatakan pada saat kemo pertama pasien mengatakn tempat pemasangan infus agak nyeri.tapi tidak ada kemerahan. Pada pemeriksaan TD 140/90 ,Nadi 100x/menit, RR 24x/menit suhu 36 saturasi 97% dengan oksigen 2 lpm.hasil laboratorium terakhir HB 11.5 g/dl, Leosit 16.04 10³/µL trombosit : 284 10³/µL, hasil kimia klinik dalam batas normal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Mual
3. Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kemampuan individu untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan dengan efektif
- SLKI: Mempertahankan bersihan jalan napas
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan individu dalam mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan
2. Mual
- SDKI: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan dan menimbulkan keinginan untuk muntah
- SLKI: Mengendalikan mual
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi mual yang dialami individu
3. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tuntutan yang dipersepsikan atau dirasakan
- SLKI: Mengendalikan kecemasan
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi ketakutan, kekhawatiran, dan perasaan tidak nyaman yang dialami
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami masalah pernafasan dengan kondisi kanker paru, mual sebagai efek samping kemoterapi, serta kecemasan terkait penyakitnya dan efek samping pengobatan. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Mual, dan Kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan bersihan jalan napas, mengendalikan mual, dan mengendalikan kecemasan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12269 | 14 Feb 2025
Klinis : pasien mengatakan takut efek sampaing kemoterapi. Post kemoterapi pertama pasien mengatakan ada mual dan muntah setelah di rumah. Saaat ini mual muntah sudah berkurang. Paien mengatakan sering merasa khawatir dan tidak mau ditinggal oleh keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan perpisahan dari keluarga, sebagaimana ditunjukkan oleh pernyataan pasien tentang ketakutan akan efek samping kemoterapi dan kekhawatiran jika ditinggal oleh keluarganya.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Tanda dan gejala dapat mencakup perasaan tegang, gelisah, waspada, dan khawatir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ansietas antara lain: 1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas, 2) Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, 3) Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas, dan 4) Klien dapat melaporkan penurunan tingkat ansietas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Manajemen ansietas, 2) Terapi relaksasi, 3) Dukungan emosional, dan 4) Edukasi terkait efek samping kemoterapi dan cara mengatasinya.
Persona: Sebagai perawat profesional, saya memahami kekhawatiran dan kecemasan yang dialami pasien terkait efek samping kemoterapi dan perpisahan dari keluarga. Saya akan memberikan dukungan emosional, edukasi, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi ansietas yang dirasakan. -
Article No. 12270 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien mengalami pusing dan mual sejak 3 hari terakhir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi pasien yang mengalami pusing dan mual sejak 3 hari terakhir, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Pusing dan instabilitas postural
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.01
- Deskripsi: Pemeriksaan neurologis dan evaluasi status mental
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 (Pusing dan instabilitas postural) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami pusing atau rasa tidak stabil pada tubuhnya. Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pada sistem vestibular, sistem saraf pusat, atau kondisi lainnya.
2. Dalam kasus ini, meskipun tidak disebutkan secara spesifik, pemeriksaan neurologis dan evaluasi status mental (Kode ICD-9-CM 89.01) dapat menjadi tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi dan mendiagnosis penyebab dari pusing dan mual yang dialami oleh pasien. Prosedur ini dapat mencakup pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan pengkajian fungsi neurologis untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada gejala yang dialami pasien.
Perlu diperhatikan bahwa identifikasi penyebab yang spesifik dan penentuan tindakan medis yang tepat akan membutuhkan evaluasi lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan. -
Article No. 12182 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien tidak dapat berkemih, sempat mengalami demam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak dapat berkemih dan sempat mengalami demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi Urin (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penyebab: Obstruksi saluran kemih, penurunan fungsi vesika urinaria, penurunan kontraksi otot detrusor.
Gejala: Rasa penuh di abdomen bawah, tidak dapat berkemih, nyeri suprapubik.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Retensi Urin
Tujuan: Pasien dapat berkemih secara adekuat.
Intervensi: Lakukan kateterisasi, monitor intake dan output, kolaborasikan dengan tenaga medis untuk pemberian terapi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Retensi Urin
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah retensi urin pada pasien.
Aktivitas: Lakukan kateterisasi, monitor intake dan output cairan, kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami retensi urin yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berkemih. Selain itu, pasien juga pernah mengalami demam, yang dapat menjadi faktor penyebab atau komplikasi dari retensi urin. Oleh karena itu, diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan kateterisasi, memantau intake dan output cairan, serta berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 12183 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien tidak dapat berkemih, sempat mengalami demam dan kedinginan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberi Anda diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi Urin
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
- Penyebab: Obstruksi saluran kemih, gangguan neurologi, infeksi, efek obat-obatan.
- Gejala: Tidak dapat berkemih, rasa penuh di perut bawah, nyeri, demam.
2. Ketidakstabilan Suhu Tubuh
- Definisi: Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, gangguan sistem saraf pusat.
- Gejala: Demam, menggigil, suhu tidak stabil.
Penjelasan Singkat Standar SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menetapkan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan untuk intervensi dan tindakan keperawatan yang perlu dilakukan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan evaluasi komprehensif, pemeriksaan fisik, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk memastikan diagnosa yang tepat. Selanjutnya, saya akan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 12184 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien tidak dapat berkemih, sempat mengalami demam dan kedinginan. Pasien juga mempunyai asam urat sehingga terjadi pembengkakan pada kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan eliminasi urin: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara efektif.
- Berhubungan dengan: Obstruksi saluran kemih yang dapat disebabkan oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, atau struktur anatomis abnormal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat berkemih dengan lancar.
- Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen eliminasi urin: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran urin secara efektif.
- Perawatan saluran kemih: Tindakan untuk mempertahankan fungsi saluran kemih yang optimal.
- Manajemen demam: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Jadi, dalam kasus ini, pasien mengalami gangguan eliminasi urin yang terkait dengan obstruksi saluran kemih, sehingga dibutuhkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk manajemen eliminasi urin, perawatan saluran kemih, dan manajemen demam. -
Article No. 12185 | 13 Feb 2025
Klinis : Intervensi kala 3 maternitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi intervensi kala 3 maternitas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Uterus
2. Perdarahan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Uterus
- Definisi: Penurunan suplai darah ke uterus yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.
- Faktor Risiko: Kontraksi uterus yang tidak adekuat, retensio plasenta, atonia uterus.
- Gejala dan Tanda: Perdarahan, nyeri abdomen, uterus yang tidak berkontraksi dengan baik.
2. Perdarahan
- Definisi: Keluarnya darah dari saluran genitalia dalam jumlah yang berlebihan.
- Faktor Risiko: Atonia uterus, retensio plasenta, laserasi jalan lahir.
- Gejala dan Tanda: Perdarahan vagina, penurunan kadar hemoglobin, tanda-tanda hipovolemia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Uterus Adekuat
- Kriteria Hasil: Kontraksi uterus kuat, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda hipovolemia.
2. Perdarahan Terkontrol
- Kriteria Hasil: Perdarahan terhenti, warna kulit dan membran mukosa normal, tanda-tanda vital stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Penurunan Perfusi Jaringan Uterus:
- Monitor kontraksi uterus
- Lakukan masase uterus
- Berikan oksitosin
- Berikan cairan intravena
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut
2. Intervensi Perdarahan:
- Monitor perdarahan
- Lakukan kompresi uterus
- Berikan oksitosin
- Berikan cairan intravena
- Persiapkan tindakan medis untuk menghentikan perdarahan
Sebagai seorang perawat, saya akan fokus pada upaya stabilisasi kondisi ibu, mencegah komplikasi, dan memastikan perdarahan terkontrol serta perfusi jaringan uterus membaik melalui intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 12186 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien laki laki keluhan lemah separo badan disertai dengan pelo, mual muntah sejak 5 hr yll tgl 8/2/25 dan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan separo badan.
Penjelasan: Pasien mengalami kelemahan separo badan, yang dapat menyebabkan gangguan dalam melakukan aktivitas fisik dan mobilisasi. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik SDKI untuk Gangguan Mobilitas Fisik.
2. Risiko Aspirasi berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan: Pasien mengalami mual dan muntah, yang dapat meningkatkan risiko aspirasi jika tidak ditangani dengan tepat. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI untuk Risiko Aspirasi.
3. Risiko Kejang berhubungan dengan kejang.
Penjelasan: Pasien mengalami kejang, yang merupakan indikasi adanya gangguan neurologis yang perlu dievaluasi dan ditangani. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI untuk Risiko Kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik dan mobilisasi secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan rentang gerak ekstremitas yang terdampak.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Pasien tidak mengalami episode mual atau muntah.
- Tidak ada tanda-tanda aspirasi, seperti infeksi saluran pernapasan.
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman.
3. Tidak Terjadi Kejang
- Pasien tidak mengalami episode kejang selama periode asuhan keperawatan.
- Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital dan tidak ada gejala gangguan neurologis lainnya.
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor pemicu kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
- Mobilisasi Progresif: Membantu pasien melakukan latihan pergerakan dan aktivitas fisik secara bertahap untuk meningkatkan kekuatan dan rentang gerak.
- Perawatan Ekstremitas: Memberikan perawatan dan stimulasi pada ekstremitas yang terdampak untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
- Pelatihan Aktivitas Sehari-hari: Membantu pasien berlatih melakukan aktivitas sehari-hari (mandi, berpakaian, makan, dll.) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
- Manajemen Mual dan Muntah: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah, serta mengawasi intake cairan dan nutrisi pasien.
- Manajemen Jalan Napas: Memantau dan memfasilitasi jalan napas pasien, serta menyediakan alat bantu pernapasan jika diperlukan.
- Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang risiko aspirasi dan cara mencegahnya, serta melibatkan keluarga dalam perawatan.
3. Intervensi untuk Risiko Kejang:
- Pemantauan Tanda Vital dan Neurologis: Melakukan pemantauan yang ketat terhadap tanda-tanda vital dan gejala neurologis pasien.
- Manajemen Antikonvulsan: Mengatur pemberian obat antikonvulsan sesuai dengan resep dokter dan memantau efektivitas serta efek sampingnya.
- Edukasi Pencegahan Kejang: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor pemicu kejang, serta tindakan yang dapat dilakukan saat kejang terjadi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berdasarkan diagnosis yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik, pencegahan aspirasi, dan tidak terjadi kejang selama masa perawatan. -
Article No. 12187 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien laki laki keluhan lemah separuh badan disertai dengan pelo, mual muntah sejak 5 hr yll tgl 8/2/25 dan kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu lemah separuh badan, pelo, mual muntah, dan kejang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular akibat insufisiensi serebral, sebagaimana ditandai dengan pasien mengalami hemiparesis (kelemahan separuh badan).
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan, sebagaimana ditandai dengan pasien mudah letih dan lemah.
3. Resiko Aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular, seperti mual, muntah, dan kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Teratasi: Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Toleransi Aktivitas Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup.
3. Bebas Risiko Aspirasi: Pasien tidak mengalami episode mual, muntah, atau kejang yang dapat menyebabkan aspirasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
a. Latihan Mobilitas Fisik: Membantu pasien melakukan latihan pergerakan anggota tubuh secara bertahap untuk meningkatkan kekuatan dan rentang gerak.
b. Perawatan Posisi: Memposisikan pasien dengan benar untuk menghindari komplikasi, seperti kontraktur dan dekubitus.
c. Terapi Aktivitas: Melibatkan pasien dalam berbagai aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan mobilitas.
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
a. Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur tingkat aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Membantu pasien melakukan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan ketahanan.
c. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Mengamati tanda-tanda vital pasien selama aktivitas untuk mendeteksi adanya intoleransi.
3. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
a. Manajemen Mual dan Muntah: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi mual dan muntah.
b. Manajemen Kejang: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengendalikan kejang.
c. Pencegahan Aspirasi: Memposisikan pasien dengan benar, membatasi asupan cairan, dan memantau tanda-tanda aspirasi.
Penjelasan rinci dan terperinci di atas didasarkan pada pemahaman saya sebagai perawat yang berpengalaman dalam menangani kasus-kasus neurologis. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12188 | 13 Feb 2025
Klinis : pernafasan restriksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pernafasan restriksi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini antara lain:
a. Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
b. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas dengan tidak mengalami sesak napas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi.
b. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan pola pernapasan.
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Mengajarkan teknik pernapasan yang tepat.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan lebih lanjut.
Sebagai pakar keperawatan, saya dapat memberikan rekomendasi penanganan yang komprehensif berdasarkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan mempertahankan kesehatan secara optimal.