Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12245 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien anak 15 tahun Muntah darah dan BAB darah, ter,jadi melena, fases encer berwarma kehitaman, nyeri ulu hati, dan bagian abdomen tembus ke punggung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (Muntah darah)
2. Kode ICD-10:
- Kode: K92.1
- Deskripsi: Melena (BAB darah, feses encer berwarna kehitaman)
3. Kode ICD-10:
- Kode: R10.13
- Deskripsi: Nyeri ulu hati
Penjelasan:
Pasien anak berusia 15 tahun dengan gejala muntah darah, BAB darah, melena (feses encer berwarna kehitaman), dan nyeri ulu hati, serta bagian abdomen tembus ke punggung, mengarah pada diagnosis kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Kode ICD-10 yang sesuai adalah:
- K92.0 (Hematemesis) untuk muntah darah
- K92.1 (Melena) untuk BAB darah dan feses encer berwarna kehitaman
- R10.13 (Nyeri ulu hati) untuk keluhan nyeri pada ulu hati
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik, karena informasi yang diberikan tidak mencakup tindakan medis yang dilakukan. Selanjutnya, pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan yang tepat akan ditentukan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12246 | 14 Feb 2025
Klinis : Penyalahgunaan napza
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penyalahgunaan napza.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketergantungan Zat (Domain: Perilaku Kesehatan, Kelas: Penggunaan Zat)
Definisi: Pola penggunaan zat yang terus-menerus dan berlebihan, menyebabkan gangguan fungsi fisiologis, psikologis, sosial, dan/atau spiritual.
2. Risiko Perilaku Kekerasan (Domain: Keamanan/Perlindungan, Kelas: Perilaku yang Berisiko)
Definisi: Potensi untuk bertindak atau berperilaku dengan cara yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
3. Kurang Pengetahuan (Domain: Perilaku Kesehatan, Kelas: Pengetahuan Kesehatan)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan kondisi/masalah kesehatan, perawatan kesehatan, dan pengobatan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan/keperawatan yang memerlukan intervensi keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus penyalahgunaan napza, SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. Hal ini bertujuan untuk membantu klien mencapai pemulihan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 12247 | 14 Feb 2025
Klinis : Penyalahgunaan napza
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Siti, perawat Profesional yang akan membantu Anda dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penyalahgunaan NAPZA.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penyalahgunaan Zat
Definisi: Risiko terjadinya penggunaan zat-zat yang memengaruhi fungsi fisiologis dan psikologis secara berlebihan.
2. Ketergantungan Zat
Definisi: Keadaan perilaku yang ditandai oleh keinginan yang kuat untuk mengonsumsi zat-zat tertentu secara terus-menerus dengan tujuan mendapatkan efek psikologis dan menghindari gejala putus zat.
3. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Perubahan proses berpikir yang ditandai oleh gangguan isi, alur, dan bentuk pikir.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai. Diagnosa keperawatan yang disusun berdasarkan SDKI memiliki kriteria tertentu, seperti kondisi klien, penyebab, dan risiko yang menyertainya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Luaran keperawatan ini mencakup perubahan perilaku, fungsi, persepsi, dan kondisi klien setelah mendapatkan asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan ini mencakup tindakan mandiri perawat, kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, dan edukasi kepada klien dan keluarga.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstruktur, dan sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini dapat membantu mencapai hasil yang optimal dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12248 | 14 Feb 2025
Klinis : menurunkan resiko infeksi neunatus bblr
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi menurunkan risiko infeksi neonatus BBLR.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu menurunkan risiko infeksi neonatus BBLR, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi Neonatus". Diagnosis ini menggambarkan adanya kemungkinan atau potensi terjadinya infeksi pada neonatus BBLR, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah melakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Stabilitas tanda-tanda vital neonatus: Neonatus BBLR akan memiliki tanda-tanda vital yang stabil, seperti suhu tubuh, laju pernapasan, dan denyut nadi yang berada dalam rentang normal.
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi: Neonatus BBLR tidak akan menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit, atau ketidaknyamanan.
3. Peningkatan berat badan neonatus: Neonatus BBLR akan mengalami peningkatan berat badan secara bertahap, sesuai dengan perkembangan pertumbuhannya.
4. Kemampuan mempertahankan kebersihan diri: Neonatus BBLR akan mampu mempertahankan kebersihan dirinya, seperti kulit yang tetap bersih dan kering.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala: Perawat harus melakukan pemantauan tanda-tanda vital neonatus BBLR, seperti suhu tubuh, laju pernapasan, dan denyut nadi secara rutin, untuk memastikan stabilitas kondisi.
2. Perawatan kebersihan dan perawatan kulit: Perawat harus memastikan kebersihan dan perawatan kulit neonatus BBLR, seperti memandikan dengan air hangat, mengeringkan dengan lembut, dan mengaplikasikan pelembab kulit untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Pencegahan infeksi: Perawat harus melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan sebelum dan setelah merawat neonatus, menggunakan peralatan steril, dan menjaga lingkungan yang bersih dan higienis.
4. Pemberian nutrisi adekuat: Perawat harus memastikan neonatus BBLR mendapatkan nutrisi yang adekuat, baik melalui pemberian ASI atau susu formula, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya: Perawat harus berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang komprehensif bagi neonatus BBLR.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif, diharapkan dapat menurunkan risiko infeksi pada neonatus BBLR dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12249 | 14 Feb 2025
Klinis : menurunkan resiko infeksi hap neunatus bblr
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Menurunkan Risiko Infeksi Pada Bayi Baru Lahir Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)" adalah:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Berat badan lahir rendah, prematuritas, paparan lingkungan yang tidak higienis, prosedur invasif, dan respons imun yang belum matang.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, perubahan warna kulit, dll.)
b. Nilai laboratorium dalam batas normal (jumlah leukosit, C-Reactive Protein, dll.)
c. Tidak ada organisme patogen yang teridentifikasi
d. Tidak ada komplikasi akibat infeksi (sepsis, pneumonia, dll.)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
a. Kaji faktor risiko infeksi pada bayi BBLR (misalnya, riwayat prematuritas, prosedur invasif, paparan lingkungan)
b. Lakukan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, penggunaan APD, sterilisasi alat, dll.)
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk penanganan komprehensif
d. Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala (suhu tubuh, warna kulit, tanda-tanda vital, dll.)
e. Lakukan perawatan luka atau akses intravena secara aseptik
f. Edukasi keluarga tentang pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi yang perlu dilaporkan
2. Perawatan Bayi BBLR
a. Pertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal melalui inkubator atau skin-to-skin care
b. Berikan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan bayi BBLR
c. Lakukan stimulasi tumbuh kembang yang sesuai
d. Terapkan intervensi lain yang mendukung perkembangan bayi BBLR (misalnya, perawatan minimal sentuhan, pola tidur terjadwal, dll.)
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena bayi BBLR memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi. Faktor risiko utamanya adalah kondisi imun yang belum matang, paparan lingkungan, dan prosedur invasif yang mungkin dilakukan. Luaran yang diharapkan adalah pengendalian risiko infeksi, yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, nilai laboratorium normal, tidak ada organisme patogen, dan tidak ada komplikasi infeksi.
Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi manajemen risiko infeksi (seperti pencegahan infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, perawatan luka aseptik) serta perawatan bayi BBLR yang komprehensif (pengendalian suhu, nutrisi, stimulasi tumbuh kembang, dll.). Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk penanganan yang holistik. -
Article No. 12250 | 14 Feb 2025
Klinis : menurunkan resiko Hospital-acquired pneumonia pada neunatus bblr
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi menurunkan risiko Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada neonatus BBLR adalah "Risiko Infeksi".
Penjelasan:
Neonatus BBLR memiliki risiko tinggi mengalami infeksi, termasuk HAP, karena sistem kekebalan tubuh yang belum optimal dan imaturitas organ-organ vital. Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" tepat digunakan karena neonatus BBLR memiliki faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mencegah dan menurunkan risiko tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Risiko Infeksi
- Kriteria hasil: Neonatus menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi akibat infeksi.
2. Pemulihan Kesehatan
- Kriteria hasil: Neonatus menunjukkan peningkatan berat badan, peningkatan kapasitas bernapas, dan perkembangan yang sesuai usia.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kontrol risiko infeksi dan pemulihan kesehatan pada neonatus BBLR. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya HAP, menjaga stabilitas kondisi kesehatan, dan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi neonatus.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala, seperti suhu tubuh, laju pernapasan, dan saturasi oksigen, untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi.
2. Manajemen Lingkungan
- Menjaga kebersihan dan higiene lingkungan ruang perawatan neonatus.
- Menerapkan teknik aseptik saat melakukan prosedur perawatan.
3. Manajemen Nutrisi
- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan neonatus.
- Memberikan ASI atau susu formula sesuai kebutuhan neonatus.
4. Edukasi Keluarga
- Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pencegahan infeksi, tanda-tanda infeksi, dan perawatan neonatus BBLR.
- Melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk meningkatkan kepatuhan dan kolaborasi.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup pemantauan tanda vital, manajemen lingkungan, manajemen nutrisi, dan edukasi keluarga. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga stabilitas kondisi neonatus, dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan yang optimal.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat menurunkan risiko Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada neonatus BBLR dan meningkatkan pemulihan kesehatan mereka. -
Article No. 12251 | 14 Feb 2025
Klinis : nyeri akut pada anak paliatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut pada anak paliatif:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut pada anak paliatif dapat disebabkan oleh penyakit dasar, efek samping pengobatan, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut pada anak paliatif adalah:
1. Anak dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Anak dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Anak dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
4. Keluarga dapat menjelaskan manajemen nyeri yang tepat bagi anak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada anak paliatif antara lain:
1. Manajemen nyeri: mengkaji nyeri secara komprehensif, memberikan analgesik sesuai resep, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis.
2. Dukungan emosional: memberikan rasa aman, meningkatkan koping, dan melibatkan keluarga dalam perawatan.
3. Peningkatan kenyamanan: mengatur posisi yang nyaman, menciptakan lingkungan yang tenang, dan memfasilitasi istirahat yang cukup.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi nyeri akut pada anak paliatif. -
Article No. 12252 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah
- Berhubungan dengan ketidakmampuan mengatur diet, konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula, serta aktivitas fisik yang kurang.
- Ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (540 mg/dl).
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang manajemen penyakit diabetes melitus.
- Ditandai dengan ketidakpatuhan pengobatan, tidak rutin memeriksakan kesehatan, dan kurangnya upaya dalam mengubah gaya hidup.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak.
- Ditandai dengan keluhan sulit berjalan secara seimbang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah
- Tujuan: Kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Indikator:
- Kadar glukosa darah puasa 80-130 mg/dL.
- Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dL.
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- Tujuan: Pasien mampu mengelola penyakitnya secara efektif.
- Indikator:
- Pasien dapat menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan diabetes melitus.
- Pasien mematuhi pengobatan dan jadwal pemeriksaan secara teratur.
- Pasien mampu melakukan perubahan gaya hidup yang direkomendasikan.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Tujuan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas.
- Indikator:
- Pasien dapat berjalan dengan seimbang.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah
- Monitor kadar glukosa darah secara teratur.
- Kolaborasi pemberian insulin/obat antidiabetes sesuai indikasi.
- Edukasi tentang diet diabetes, porsi makan, dan jadwal makan yang tepat.
- Dorong pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap.
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- Kaji pemahaman pasien tentang diabetes melitus dan pengobatannya.
- Berikan edukasi tentang diabetes melitus, manajemen diet, dan pengobatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pengobatan dan pemantauan.
- Dorong pasien untuk rutin memeriksakan kesehatan dan mematuhi pengobatan.
- Libatkan keluarga dalam mendukung perubahan gaya hidup pasien.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Kaji kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Berikan latihan keseimbangan dan koordinasi gerak secara bertahap.
- Ajarkan teknik berjalan yang benar dan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi yang lebih komprehensif.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI dipilih berdasarkan kondisi klinis Tn. Y, yaitu risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah, ketidakefektifan pengelolaan kesehatan, dan gangguan mobilitas fisik. Setiap diagnosa disertai dengan penjelasan terkait etiologi dan tanda-tanda yang ditemukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) merupakan hasil yang ingin dicapai setelah dilakukan asuhan keperawatan. Untuk setiap diagnosa, tujuan dan indikator keberhasilan ditetapkan dengan jelas, seperti kadar glukosa darah yang diharapkan, kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya, serta peningkatan mobilitas fisik.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang direncanakan mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi ini dirancang dengan mempertimbangkan kondisi Tn. Y, meliputi pemantauan, pemberian pengobatan, edukasi, latihan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Keseluruhan penjelasan disajikan dengan tone akademis, persona pakar, dan sudut pandang sebagai perawat yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien. -
Article No. 12253 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan untuk Tn. Y, serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
3. Defisit Pengetahuan terkait Manajemen Diabetik
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi
Definisi: Keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi, yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal.
- Risiko Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Defisit Pengetahuan terkait Manajemen Diabetik
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang terkait dengan penyakit diabetes dan perawatannya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi
Luaran: Kadar Glukosa Darah Terkendali, Pengetahuan Manajemen Diabetes, Perilaku Perawatan Diri Diabetes.
- Risiko Kekurangan Volume Cairan
Luaran: Keseimbangan Cairan, Tanda-Tanda Vital dalam Batas Normal, Perfusi Jaringan.
- Defisit Pengetahuan terkait Manajemen Diabetik
Luaran: Pengetahuan Manajemen Diabetes, Perilaku Perawatan Diri Diabetes, Kontrol Glukosa Darah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi
Intervensi: Pemantauan Nutrisi, Edukasi Manajemen Diabetes, Perawatan Kaki Diabetik.
- Risiko Kekurangan Volume Cairan
Intervensi: Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, Terapi Cairan.
- Defisit Pengetahuan terkait Manajemen Diabetik
Intervensi: Pendidikan Kesehatan, Bimbingan Perawatan Diri Diabetes, Konseling Gizi. -
Article No. 12254 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kasus Tn. Y yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat ditandai dengan penurunan berat badan, gula darah yang tinggi, dan kurangnya pengetahuan tentang diet yang sesuai untuk DM.
2. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berjalan seimbang.
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179) berhubungan dengan manajemen diet dan pengobatan DM yang tidak adekuat.
4. Kurang pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurangnya paparan dan informasi tentang perawatan DM yang ditandai dengan pernyataan pasien yang tidak tahu cara mengatur diet dan perawatan DM.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status nutrisi: berat badan (1009): Berat badan stabil dalam rentang normal.
2. Mobilitas (0208): Kemampuan berjalan meningkat dan dapat berjalan dengan seimbang.
3. Kontrol glikemik (1820): Kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.
4. Pengetahuan: manajemen penyakit (1803): Pasien dapat menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan DM secara akurat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
a. Lakukan evaluasi status nutrisi.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang pemilihan dan penyiapan makanan yang sehat untuk DM.
d. Pantau intake dan output cairan serta berat badan pasien secara berkala.
2. Untuk diagnosa Intoleransi aktivitas:
a. Lakukan pengkajian kemampuan aktivitas pasien.
b. Berikan latihan fisik bertahap sesuai toleransi pasien.
c. Ajarkan teknik berjalan yang benar untuk meningkatkan keseimbangan.
d. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Untuk diagnosa Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah:
a. Monitor kadar glukosa darah pasien secara teratur.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengaturan terapi obat DM.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diet dan pengobatan DM.
d. Dorong pasien untuk melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.
4. Untuk diagnosa Kurang pengetahuan:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang DM.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang DM, diet, pengobatan, dan gaya hidup sehat.
c. Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk meningkatkan dukungan.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga secara berkala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.