Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12235 | 14 Feb 2025
Klinis : menurunkan resiko infeksi pasien hamil pro sc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: menurunkan resiko infeksi pasien hamil pro sc
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko yang Berhubungan:
- Prosedur pembedahan (sectio caesarea)
- Proses penyembuhan luka yang terganggu
- Kondisi imunosupresi (selama kehamilan)
- Ketidakadekuatan praktik pencegahan infeksi
Tanda dan Gejala:
- Tanda-tanda infeksi pada luka operasi (kemerahan, pembengkakan, nyeri, drainase purulen)
- Suhu tubuh meningkat
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan tanda-tanda infeksi (leukositosis, peningkatan CRP, dll.)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Kontrol Infeksi
Definisi: Kemampuan mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan tanda-tanda infeksi
- Pasien dan keluarga dapat melakukan pencegahan infeksi dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Infeksi
Tujuan: Mencegah dan mengendalikan infeksi.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Lakukan perawatan luka operasi sesuai standar
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan tanda-tanda infeksi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, perawatan luka, dan tanda-tanda infeksi
- Pantau tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium
- Anjurkan pasien untuk mobilisasi dini dan latihan pernapasan
- Fasilitasi pemenuhan nutrisi yang adekuat
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien hamil yang menjalani prosedur sectio caesarea memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi. Faktor-faktor risiko yang berhubungan mencakup prosedur pembedahan, proses penyembuhan luka yang terganggu, kondisi imunosupresi selama kehamilan, dan kemungkinan ketidakadekuatan praktik pencegahan infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan adalah "Kontrol Infeksi", yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi. Kriteria hasil yang diharapkan mencakup tidak adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi, suhu tubuh dalam batas normal, penurunan tanda-tanda infeksi berdasarkan pemeriksaan laboratorium, serta pasien dan keluarga dapat melakukan pencegahan infeksi dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah "Manajemen Infeksi". Aktivitas keperawatan yang dilakukan mencakup identifikasi faktor risiko infeksi, perawatan luka operasi sesuai standar, pemberian antibiotik sesuai indikasi, kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien dan keluarga, pemantauan tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium, serta fasilitasi mobilisasi dini dan pemenuhan nutrisi yang adekuat. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi pada pasien hamil yang menjalani prosedur sectio caesarea. -
Article No. 12236 | 14 Feb 2025
Klinis : menurunkan resiko infeksi pasien paska operasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: menurunkan resiko infeksi pasien paska operasi
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi".
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel atau jaringan.
Karakteristik Definisi:
1. Riwayat paparan patogen
2. Prosedur invasif
3. Penurunan sistem imun
4. Penurunan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan tentang pencegahan infeksi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran keperawatan yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah "Kontrol Infeksi".
Definisi:
Kontrol Infeksi adalah kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Kriteria Hasil:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi bedah
2. Tidak ada demam
3. Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
4. Tidak ada pembengkakan, kemerahan, atau nyeri pada lokasi bedah
5. Tidak ada drainase atau eksudat pada lokasi bedah
6. Melakukan cuci tangan sesuai prosedur
7. Menggunakan teknik aseptik saat merawat luka
8. Menjaga kebersihan lingkungan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Kaji tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
2. Manajemen Luka
- Lakukan perawatan luka secara aseptik
- Gunakan teknik steril saat mengganti balutan
- Observasi luka untuk tanda-tanda infeksi
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi
- Beri edukasi tentang pentingnya cuci tangan, nutrisi, dan istirahat
- Dorong pasien untuk berperan aktif dalam pencegahan infeksi
4. Pemantauan Tanda Vital
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Pantau jumlah dan karakteristik drainase luka
- Pantau tanda-tanda infeksi lainnya
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien paska operasi memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi. Luaran keperawatan "Kontrol Infeksi" dipilih karena tujuan utama adalah mencegah dan mengendalikan infeksi pada pasien paska operasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen infeksi, manajemen luka, edukasi kesehatan, dan pemantauan tanda vital untuk memastikan pemulihan pasien tanpa komplikasi infeksi. -
Article No. 12237 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. P berusia 43 tahun dengan solusio plasenta, beragama Islam sebagai ibu rumah tangga dengan G3 P2 A0. Pasien tinggal di daerah Lajung RT 02/RW 05. Kehamilannya saat ini berusia 37 minggu 5 hari. Suaminya, Tn H berusia 46 tahun, pekerjaan sebagai buruh, Keduanya dari suku Sunda dan beragama Islam. Pasien MRS tanggal 15 Maret 2017, pukul 08.10 WIB. Ny. P mengeluh nyeri perut bagian atas disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalab berwarna kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum keluar air dan ingin mengejan, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,7 0 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian Ny. P dirujuk ke RSUD Cibinong. Pasien inpartu kala I fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss. Pada kala II bahwa keadaan umum Ny. P tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit. Pada pemeriksaan genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan Ny. P siap untuk dipimpin persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan 73 74 dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ± 100 cc.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. P dengan solusio plasenta:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus dan perdarahan
b. Perdarahan aktif berhubungan dengan solusio plasenta
c. Risiko hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus dan perdarahan:
SDKI: Nyeri yang timbul secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan segera.
SLKI: Menurunnya skor nyeri dan kemampuan klien mengelola nyeri.
SIKI: Intervensi untuk mengurangi nyeri akut, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan teknik relaksasi.
b. Perdarahan aktif berhubungan dengan solusio plasenta:
SDKI: Pengeluaran darah yang berlebihan dari jalan lahir.
SLKI: Menurunnya komplikasi perdarahan.
SIKI: Intervensi untuk mengendalikan perdarahan, seperti pemantauan tanda vital, pemberian oksigen, dan pemberian uterotonika.
c. Risiko hipovolemia berhubungan dengan perdarahan:
SDKI: Kondisi kekurangan volume cairan tubuh.
SLKI: Meningkatnya volume cairan tubuh dan tidak terjadi komplikasi hipovolemia.
SIKI: Intervensi untuk mencegah hipovolemia, seperti pemberian cairan pengganti, pemantauan tanda vital, dan pemantauan intake output.
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri:
SDKI: Pola napas yang tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI: Meningkatnya kemampuan bernapas secara efektif.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pola napas yang efektif, seperti pemberian oksigen, latihan napas dalam, dan manajemen nyeri. -
Article No. 12238 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. P berusia 43 tahun dengan solusio plasenta, beragama Islam sebagai ibu rumah tangga dengan G3 P2 A0. Pasien tinggal di daerah Lajung RT 02/RW 05. Kehamilannya saat ini berusia 37 minggu 5 hari. Suaminya, Tn H berusia 46 tahun, pekerjaan sebagai buruh, Keduanya dari suku Sunda dan beragama Islam. Pasien MRS tanggal 15 Maret 2017, pukul 08.10 WIB. Ny. P mengeluh nyeri perut bagian atas disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalab berwarna kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum keluar air dan ingin mengejan, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,7 0 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian Ny. P dirujuk ke RSUD Cibinong. Pasien inpartu kala I fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss. Pada kala II bahwa keadaan umum Ny. P tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit. Pada pemeriksaan genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan Ny. P siap untuk dipimpin persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan 73 74 dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ± 100 cc.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien Ny. P dengan solusio plasenta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Antepartum berhubungan dengan solusio plasenta ditandai dengan pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus berhubungan dengan solusio plasenta ditandai dengan nyeri perut bagian atas yang terus menerus semakin kuat dan DJJ ireguler.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan antepartum akibat solusio plasenta.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus dan perdarahan antepartum.
5. Gangguan Proses Persalinan berhubungan dengan solusio plasenta ditandai dengan pembukaan 4 cm, molase 0, dan fetal distress.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengendalian Perdarahan: Pasien dapat mengendalikan perdarahan antepartum dengan kriteria hasil seperti tidak ada perdarahan aktif, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi hipovolemia.
2. Perfusi Jaringan: Uterus: Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan uterus yang adekuat dengan kriteria hasil seperti kontraksi uterus yang kuat, DJJ dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda gawat janin.
3. Status Cairan: Pasien dapat mempertahankan status cairan yang adekuat dengan kriteria hasil seperti tekanan darah dan nadi dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan intake-output cairan seimbang.
4. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria hasil seperti skala nyeri menurun, mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan tampak relaks.
5. Kemajuan Persalinan: Pasien dapat mencapai kemajuan persalinan yang adekuat dengan kriteria hasil seperti pembukaan serviks progresif, posisi janin baik, dan persalinan berlangsung secara normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji perdarahan vagina dan karakteristiknya
- Berikan oksigen, cairan intravena, dan obat-obatan sesuai indikasi
- Siapkan peralatan untuk menghentikan perdarahan
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis
2. Manajemen Perfusi Jaringan: Uterus
- Pantau kontraksi uterus dan DJJ secara berkala
- Kaji nyeri, tandai tanda-tanda gawat janin
- Berikan oksigen, posisikan pasien yang nyaman
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis
3. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara cermat
- Kaji tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemia
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan cairan
4. Manajemen Nyeri
- Kaji skala nyeri dan karakteristiknya
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
5. Manajemen Persalinan
- Pantau kemajuan persalinan secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan persalinan
- Siapkan peralatan dan obat-obatan untuk tindakan persalinan
- Berikan dukungan psikologis dan motivasi kepada pasien
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. -
Article No. 12239 | 14 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal sebagai respons terhadap proses patologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan suhu tubuh
- Manajemen hipertermia
- Pemberian cairan dan elektrolit
- Edukasi terkait penyebab dan penatalaksanaan hipertermia
Penjelasan singkat:
Hipertermia adalah kondisi di mana suhu tubuh pasien berada di atas rentang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh proses patologis, seperti infeksi. Tujuan keperawatan adalah untuk menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal dan mencegah tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan termasuk pemantauan suhu tubuh, manajemen hipertermia (misalnya dengan kompres dingin), pemberian cairan dan elektrolit, serta edukasi kepada pasien terkait penyebab dan penatalaksanaan hipertermia.
Dengan nada akademis, persona pakar, dan memberikan penjelasan singkat, diharapkan pasien dapat memahami kondisinya dan rencana penatalaksanaan keperawatan yang akan dilakukan. -
Article No. 12240 | 14 Feb 2025
Klinis : Bab 10x cair, muntah 3x
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien menunjukkan adanya diare (Bab 10x cair) dan muntah (muntah 3x). Oleh karena itu, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Diare
Definisi: Buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair.
Penyebab: Infeksi, gangguan pencernaan, malabsorpsi, obat-obatan, stres, dll.
2. Mual
Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah.
Penyebab: Infeksi, obat-obatan, gangguan pencernaan, stres, dll.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pemulihan Diare
- Frekuensi buang air besar kembali normal (3x/hari atau kurang)
- Konsistensi feses kembali normal
- Tidak terjadi dehidrasi
- Tidak terjadi komplikasi
2. Pemulihan Mual
- Frekuensi mual berkurang
- Tidak terjadi muntah
- Mampu mengonsumsi makanan dan cairan dengan baik
- Tidak terjadi komplikasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Intervensi untuk Diare:
- Monitor tanda-tanda vital, intake-output, dan karakteristik feses
- Berikan terapi pengganti cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Ajarkan teknik manajemen diare, seperti penggunaan antidiare jika diindikasikan
- Monitor status nutrisi dan hidrasi pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat-obatan jika diperlukan
2. Intervensi untuk Mual:
- Monitor tanda-tanda vital dan perubahan kondisi pasien
- Berikan antiemetik sesuai indikasi dan kolaborasi dengan dokter
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Ajarkan teknik manajemen mual, seperti relaksasi dan distraksi
- Pastikan lingkungan yang nyaman dan bersih untuk mengurangi rangsangan yang dapat memicu mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat-obatan jika diperlukan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan diare dan mual, serta mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 12241 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien ini adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk identifikasi bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Pasien ini memiliki gejala klinis yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik dan radiologis juga mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
Selanjutnya, kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan sputum untuk identifikasi bakteri tuberkulosis) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan sputum merupakan salah satu pemeriksaan diagnostik penting untuk mengidentifikasi adanya infeksi tuberkulosis.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru biasanya memerlukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan mikrobiologis, radiologis, dan juga tes diagnostik lainnya, sesuai dengan standar praktik kedokteran yang berlaku. -
Article No. 12242 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami batuk berdahak dan sesak napas.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan.
c. Hipertermia
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami demam.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman normal.
- Pasien tidak mengalami distres pernapasan.
b. Status Nutrisi
- Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal.
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
c. Suhu Tubuh
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Lakukan penghisapan lendir/suction jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi.
- Pertahankan posisi semi Fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen jika diperlukan.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat.
- Pantau asupan dan output cairan serta berat badan pasien.
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
c. Hipertermia
- Pantau suhu tubuh secara berkala.
- Berikan antipiretik sesuai indikasi.
- Lakukan tindakan penurunan suhu tubuh, seperti kompres hangat/dingin.
- Pastikan pasien mendapatkan asupan cairan yang adekuat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
Penjelasan yang diberikan di atas mencakup diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. -
Article No. 12243 | 14 Feb 2025
Klinis : Muntah darah dan BAB darah, ter,jadi melena, fases encer berwarma kehitaman, nyeri ulu hati, dan bagian abdomen tembus ke punggung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko terjadinya perdarahan dari saluran cerna yang dapat mengancam jiwa.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan status hemodinamik yang stabil selama periode perdarahan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perdarahan gastrointestinal.
2. Nyeri Akut
Penjelasan:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan:
- SDKI: Risiko terjadinya peningkatan atau penurunan jumlah cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mencegah, dan mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Dengan demikian, berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu muntah darah, BAB darah, melena, feses encer berwarna kehitaman, nyeri ulu hati, dan rasa tembus ke punggung, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual, Nyeri Akut, dan Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit. -
Article No. 12244 | 14 Feb 2025
Klinis : Muntah darah dan BAB darah, ter,jadi melena, fases encer berwarma kehitaman, nyeri ulu hati, dan bagian abdomen tembus ke punggung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.2
- Deskripsi: Perdarahan gastrointestinal, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.01
- Deskripsi: Esofagogastroduodenoskopi (EGD), prosedur diagnostik
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu muntah darah, BAB darah, melena, feses encer berwarna kehitaman, nyeri ulu hati, dan adanya rasa tembus ke punggung, mengarah pada kemungkinan adanya perdarahan gastrointestinal.
Kode ICD-10 K92.2 (Perdarahan gastrointestinal, tidak diklasifikasikan di tempat lain) mencakup gejala-gejala tersebut, termasuk muntah darah (hematemesis), melena, dan perdarahan gastrointestinal lainnya yang tidak diklasifikasikan secara spesifik.
Untuk prosedur medis, kode ICD-9-CM 45.01 (Esofagogastroduodenoskopi [EGD], prosedur diagnostik) dapat digunakan untuk menggambarkan pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis dan menentukan penyebab perdarahan.
Pemeriksaan EGD dapat membantu mengidentifikasi sumber perdarahan, mendeteksi lesi atau kelainan di esofagus, lambung, dan duodenum, serta memungkinkan pengambilan sampel untuk pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan.