Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21339 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien kontrol epilepsi saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. pertama kali kejang pada bulan desember 2024, dengan bentuk kejangnya adalah kedua mata melotot melirik keatas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, sebelum kejang pasien akan merasakan pandangan mata buram, dan melamun. kejang paling lama berlangsung sekitar 30 - 60 detik. kejang terakhir pada bulan juni 2025 dengan bentuk kejang yang sama. Hasil EEG pada tanggal 20 Februari 2025 EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasi adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. Keadaan umum baik, BB 41 kg, tb 141 cm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis (jika ada) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.209
- Deskripsi: Epilepsi, tidak terkontrol, dengan jenis kejang tidak spesifik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalogram (EEG)
Penjelasan:
Kode ICD-10 G40.209 (Epilepsi, tidak terkontrol, dengan jenis kejang tidak spesifik, tidak diklasifikasikan di tempat lain) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami epilepsi dengan bentuk kejang berupa kedua mata melotot melirik ke atas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, serta adanya gejala aura berupa pandangan mata buram dan melamun. Pasien mengalami kejang pertama kali pada Desember 2024 dan kejang terakhir pada Juni 2025, sehingga diklasifikasikan sebagai epilepsi yang tidak terkontrol.
Kode ICD-9-CM 89.14 (Elektroensefalogram [EEG]) sesuai dengan prosedur pemeriksaan EEG yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2025, yang menunjukkan hasil abnormal yang mengindikasikan adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. -
Article No. 21340 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gagal jantung, dengan nada akademis dan persona pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gagal jantung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gagal jantung berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Penurunan curah jantung
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, yang tidak memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
b. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan perifer.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan curah jantung
Definisi: Peningkatan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, yang memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
b. Peningkatan toleransi aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang sesuai dengan kapasitas fisik.
c. Peningkatan perfusi jaringan perifer
Definisi: Kemampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan perifer.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk peningkatan curah jantung:
i. Pemantauan tanda-tanda vital
ii. Terapi oksigen
iii. Manajemen cairan
iv. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
b. Untuk peningkatan toleransi aktivitas:
i. Pengaturan aktivitas dan istirahat
ii. Latihan fisik bertahap
iii. Manajemen energi
iv. Edukasi tentang aktivitas yang aman
c. Untuk peningkatan perfusi jaringan perifer:
i. Pengaturan posisi
ii. Terapi kompres dingin/hangat
iii. Pemantauan sirkulasi perifer
iv. Edukasi tentang perawatan kulit dan ekstremitas
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk gagal jantung menggambarkan permasalahan kesehatan utama yang dialami oleh pasien, yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, dan perfusi jaringan perifer yang tidak efektif. Diagnosa ini akan menjadi dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencerminkan tujuan akhir dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Dalam kasus gagal jantung, tujuan utamanya adalah peningkatan curah jantung, peningkatan toleransi aktivitas, dan peningkatan perfusi jaringan perifer. Pencapaian luaran yang diharapkan akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) merupakan tindakan-tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan pasien dengan gagal jantung. Intervensi ini meliputi pemantauan tanda-tanda vital, terapi oksigen, manajemen cairan, pemberian obat-obatan, pengaturan aktivitas dan istirahat, latihan fisik bertahap, manajemen energi, pengaturan posisi, terapi kompres, pemantauan sirkulasi perifer, dan edukasi terkait aktivitas aman serta perawatan kulit dan ekstremitas. Penerapan intervensi yang tepat akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 21341 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien kontrol epilepsi saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. pertama kali kejang pada bulan desember 2024, dengan bentuk kejangnya adalah kedua mata melotot melirik keatas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, sebelum kejang pasien akan merasakan pandangan mata buram, dan melamun. kejang paling lama berlangsung sekitar 30 - 60 detik. kejang terakhir pada bulan juni 2025 dengan bentuk kejang yang sama. Hasil EEG pada tanggal 20 Februari 2025 EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasi adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. Keadaan umum baik, BB 41 kg, tb 141 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Cedera: Kejang (00155)
Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00155
b. Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal.
c. Faktor Risiko: Riwayat kejang, perubahan neurologis, paparan bahaya.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1851
b. Judul: Kontrol Kejang
c. Definisi: Kemampuan individu untuk mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan atau penanganan yang tepat.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 4920
b. Judul: Manajemen Kejang
c. Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan kejang.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan riwayat epilepsi yang saat ini tidak memiliki keluhan dapat ditetapkan dengan diagnosa keperawatan "Risiko Cedera: Kejang". Hal ini dikarenakan pasien memiliki faktor risiko berupa riwayat kejang yang terjadi sebelumnya. Luaran keperawatan yang dapat diterapkan adalah "Kontrol Kejang", dimana pasien diharapkan mampu mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan pencegahan atau penanganan yang tepat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Kejang", yang mencakup serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan kejang. -
Article No. 21342 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi gagal jantung, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Penurunan Curah Jantung (Kode: D.0016)\par
\b Definisi:\b0 Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
- \b Kode: L.03021 (Status Sirkulasi: Curah Jantung)\b0 \par
\b Kriteria Luaran:\b0 \par
1. Denyut nadi perifer teraba.\par
2. Tekanan darah dalam rentang normal.\par
3. Tidak terjadi dyspnea atau orthopnea.\par
4. Edema perifer tidak terjadi.\par
5. Output urine adekuat (\>30 mL/jam).\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
- \b Kode: I.09226 (Manajemen Curah Jantung)\b0 \par
\b Aktivitas:\b0 \par
1. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) setiap 2-4 jam.\par
2. Auskultasi bunyi jantung dan paru untuk mendeteksi abnormalitas (seperti gallop, murmur, ronki).\par
3. Observasi adanya edema perifer, jugular venous distention (JVD), atau ascites.\par
4. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (seperti diuretik, vasodilator, inotropik) sesuai resep.\par
5. Edukasi pasien mengenai pembatasan cairan dan natrium, serta aktivitas fisik yang sesuai.\par
6. Pantau balance cairan (intake dan output) setiap 24 jam.\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 \par
Pada gagal jantung, terjadi penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah, sehingga curah jantung tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Hal ini mengakibatkan gejala seperti dyspnea, fatigue, edema, dan penurunan perfusi organ. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan status hemodinamik, manajemen gejala, serta edukasi untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendekatan kolaboratif dengan tim kesehatan lain sangat penting dalam tatalaksana gagal jantung.\par
} -
Article No. 21343 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien kontrol epilepsi saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. pertama kali kejang pada bulan desember 2024, dengan bentuk kejangnya adalah kedua mata melotot melirik keatas, hilang kesadaran, kedua tangan dan kaki kaku, keluar air liur, sebelum kejang pasien akan merasakan pandangan mata buram, dan melamun. kejang paling lama berlangsung sekitar 30 - 60 detik. kejang terakhir pada bulan juni 2025 dengan bentuk kejang yang sama. Hasil EEG pada tanggal 20 Februari 2025 EEG saat perekaman ini abnormal mengindikasi adanya disfungsi otak di regio temporal kiri. Keadaan umum baik, BB 41 kg, tb 141 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: {\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Risiko Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik\cf0\b0 berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, penatalaksanaan, dan pencegahan kejang (Kode SDKI: 00181)\par
\b PENJELASAN SDKI (STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Risiko terjadinya ketidakmampuan klien dalam mengelola program terapeutik untuk mengatasi masalah kesehatan.\par
\cf3\b Faktor Risiko:\cf0\b0 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, penatalaksanaan, dan faktor pemicu kejang.\par
\b SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf4\b Kode SLKI: 1402 - Pengetahuan: Pengelolaan Penyakit\cf0\b0\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Tingkat pemahaman tentang penatalaksanaan penyakit kronis untuk mencapai kesehatan yang optimal.\par
\cf3\b Indikator:\cf0\b0\par
- Menyebutkan faktor pemicu kejang\par
- Menjelaskan tanda dan gejala kejang yang dialami\par
- Menyebutkan tindakan yang harus dilakukan saat kejang\par
- Menjelaskan pentingnya kepatuhan pengobatan\par
- Menyebutkan jadwal kontrol rutin\par
\b SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf4\b Kode SIKI: 4240 - Edukasi Kesehatan\cf0\b0\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Pemberian informasi dan pembelajaran kepada klien tentang topik kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.\par
\cf3\b Aktivitas Intervensi:\cf0\b0\par
- Identifikasi tingkat pengetahuan klien tentang epilepsi\par
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala epilepsi\par
- Ajarkan tentang faktor pemicu kejang dan cara menghindarinya\par
- Demonstrasikan tindakan yang harus dilakukan saat kejang\par
- Tekankan pentingnya kepatuhan minum obat anti epilepsi\par
- Anjurkan untuk menjaga pola hidup sehat dan istirahat cukup\par
- Anjurkan untuk membawa catatan kejang saat kontrol\par
- Berikan informasi tentang jadwal kontrol rutin\par
\cf0\b Catatan:\b0 Meskipun pasien saat ini tidak ada keluhan dan kejang terakhir Juni 2025, pendidikan kesehatan tetap diperlukan untuk mencegah kekambuhan dan mempertahankan kontrol epilepsi yang optimal, mengingat hasil EEG yang masih abnormal menunjukkan disfungsi otak di regio temporal kiri.\par
}
-
Article No. 21344 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung, sesak napas, bengkak pada pergelangan kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi yang Anda sebutkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Sesak napas
3. Kode ICD-10:
- Kode: R60.0
- Deskripsi: Edema pergelangan kaki
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang secara spesifik terkait dengan kondisi-kondisi tersebut. Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi-kondisi ini dapat mencakup:
- Pemeriksaan fisik dan anamnesis untuk mengevaluasi gejala-gejala klinis
- Pemeriksaan laboratorium untuk menilai fungsi jantung dan status cairan
- Pemeriksaan pencitraan, seperti ekokardiografi atau radiografi dada, untuk mendiagnosis dan memantau perkembangan kondisi
- Pemberian terapi farmakologis, seperti diuretik, ACE inhibitor, atau beta-blocker, untuk mengelola gagal jantung dan edema
- Pemberian oksigen atau ventilasi mekanis untuk mengatasi sesak napas, jika diperlukan
Kode-kode ICD-10 yang disajikan di atas merupakan kode-kode diagnosis utama yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi-kondisi yang Anda sebutkan. Seorang dokter atau perekam medis dapat memilih kode-kode ini sesuai dengan penilaian klinis dan temuan diagnostik yang ada. -
Article No. 21345 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung, sesak napas, bengkak pada pergelangan kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan (gagal jantung, sesak napas, dan bengkak pada pergelangan kaki), berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul \cf1\ulnone \cf1 Penurunan Curah Jantung (SDKI Code: D.0007)\cf2\ul \cf1\ulnone\par
\cf1 \b Definisi:\b0 Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
\b Data Penunjang:\b0 Sesak napas (dispnea), edema perifer (bengkak pada pergelangan kaki), dan kondisi gagal jantung yang mendasari.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Status Sirkulasi (SLKI Code: L.020101)\cf1\ulnone\par
\b Kriteria Luaran:\b0\par
- Tekanan darah dalam rentang normal yang dapat diterima.\par
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler.\par
- Edema perifer tidak ada atau berkurang.\par
- Dispnea berkurang atau hilang.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Manajemen Curah Jantung (SIKI Code: I.0801)\cf1\ulnone\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0\par
- Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) secara berkala.\par
- Memantau status cairan (balance cairan, edema, berat badan).\par
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (seperti diuretik, ACE inhibitor) sesuai resep.\par
- Edukasi pasien mengenai pembatasan asupan natrium dan cairan.\par
- Posisikan pasien semi-Fowler atau duduk untuk memfasilitasi pernapasan.\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
Kondisi gagal jantung menyebabkan penurunan curah jantung, yang memicu gejala sesak napas akibat kongesti paru dan edema pergelangan kaki akibat retensi cairan. Diagnosa keperawatan "Penurunan Curah Jantung" (D.0007) dipilih sebagai yang paling dominan. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan status sirkulasi (L.020101), dengan intervensi utama melalui manajemen curah jantung (I.0801) untuk mengoptimalkan fungsi jantung dan mengurangi gejala.\par
\i Catatan: Diagnosa dan intervensi keperawatan harus selalu disesuaikan dengan assessment menyeluruh dan kondisi spesifik pasien.\i0\par
} -
Article No. 21346 | 01 Sep 2025
Klinis : gagal jantung, sesak napas, bengkak pada pergelangan kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi gagal jantung, sesak napas, dan bengkak pada pergelangan kaki.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisik yang diperlukan untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, kelelahan, dan bengkak pada pergelangan kaki.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
Karakteristik Definisi: Sesak napas dan bengkak pada pergelangan kaki.
Luaran/Output SLKI:
1. Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lainnya.
Kriteria Hasil:
- Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Individu dapat mempertahankan aktivitas selama 30 menit tanpa harus beristirahat.
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
2. Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki cairan dalam jumlah yang tepat dalam ruang intravaskular, interstisial, dan rongga tubuh.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
- Berat badan stabil.
- Tidak ada edema.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Aktivitas
Definisi: Pengaturan, pemantauan, dan bantuan yang diperlukan untuk memfasilitasi aktivitas yang aman dan efektif.
Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan penilaian toleransi aktivitas pasien.
- Buat perencanaan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Berikan bantuan dan dukungan selama aktivitas, jika diperlukan.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
2. Manajemen Cairan
Definisi: Pengaturan dan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan penilaian status cairan pasien.
- Atur asupan cairan sesuai kebutuhan.
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
- Berikan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah keseimbangan cairan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen cairan.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan kondisi gagal jantung, sesak napas, dan bengkak pada pergelangan kaki untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mencapai keseimbangan cairan yang optimal. -
Article No. 21347 | 01 Sep 2025
Klinis : diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi gagal jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Pasien Gagal Jantung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi gagal jantung berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Mayor: Kelelahan yang mudah timbul, Dyspnea saat melakukan aktivitas, Penurunan Kekuatan.
2. Gangguan Perfusi Jaringan: Kardiak
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan jantung yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di jaringan jantung.
Karakteristik Mayor: Edema perifer, Tekanan darah rendah, Disritmia.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke organ dan jaringan tubuh yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di jaringan.
Karakteristik Mayor: Pucat, Dingin, Bersisik, Edema.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebih.
- Pasien dapat mempertahankan respons fisiologis yang stabil selama aktivitas.
- Pasien dapat mengatur aktivitas sesuai dengan toleransinya.
2. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Tanda-tanda vital pasien stabil dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jantung (edema, disritmia).
- Pasien tidak mengalami gejala-gejala gangguan perfusi jantung (nyeri dada, dispnea).
3. Perfusi Jaringan Membaik
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (pucat, dingin, bersisik, edema).
- Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang optimal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi terkait gangguan perfusi jaringan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Meningkatkan Toleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital selama aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan edukasi tentang manajemen aktivitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan
2. Untuk Meningkatkan Perfusi Jaringan Jantung:
- Monitor tanda-tanda vital dan status hemodinamik
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk manajemen pengobatan
- Ajarkan pasien manajemen diri (diet, cairan, obat-obatan)
3. Untuk Meningkatkan Perfusi Jaringan Secara Umum:
- Monitor status hidrasi dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk manajemen pengobatan
- Ajarkan pasien manajemen diri (diet, cairan, aktivitas)
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Sebagai perawat, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan kondisi gagal jantung. -
Article No. 21265 | 31 Aug 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala dermatitis (gatal, kulit kering, dan lecet).
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala dermatitis (gatal dan rasa panas di kulit).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan kulit (eritema, papul, dan ekskoriasi).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh gejala dermatitis.
2. Pola tidur: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terbangun karena gatal dan rasa panas di kulit.
3. Citra tubuh: Pasien dapat menerima perubahan penampilan kulitnya dan merasa percaya diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala dermatitis:
a. Kaji faktor-faktor yang memperberat atau memperburuk gejala dermatitis (paparan alergen, aktivitas, dll).
b. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang tepat (pengobatan topikal, antihistamin, dll).
c. Ajarkan teknik manajemen gejala (menghindari alergen, penggunaan pelembab, teknik relaksasi, dll).
d. Bantu pasien memodifikasi aktivitas sesuai toleransi.
e. Motivasi pasien untuk tetap aktif dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala dermatitis:
a. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pasien (gatal, rasa panas, dll).
b. Ajarkan teknik manajemen gejala untuk mengurangi gatal dan rasa panas (penggunaan pelembab, antipruritus, dll).
c. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien tidur nyenyak.
d. Modifikasi lingkungan tidur untuk meminimalkan faktor yang mengganggu tidur (suhu, kelembaban, dll).
e. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis jika diperlukan (misalnya pemberian obat tidur).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan kulit:
a. Kaji persepsi dan perasaan pasien terkait perubahan penampilan kulitnya.
b. Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk menerima kondisi kulit.
c. Ajarkan teknik manajemen gejala untuk memperbaiki penampilan kulit (penggunaan pelembab, perlindungan dari sinar matahari, dll).
d. Libatkan keluarga/significant others untuk memberikan dukungan dan meningkatkan harga diri pasien.
e. Kolaborasi dengan dokter atau ahli psikologi jika diperlukan intervensi lebih lanjut.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan secara rinci dan terperinci. Tone akademis dan persona pakar/nurse telah dipertahankan dalam memberikan solusi untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien dengan dermatitis.