Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12319 | 15 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa Tn. Y, usia 68 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, muntah, tidak bisa berjalan seimbang, dan peningkatan kadar glukosa darah (540 mg/dl). Tn. Y telah didiagnosis dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.6
- Deskripsi: Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.09
- Deskripsi: Pemantauan dan evaluasi status glikemik, lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-10 E11.6 dipilih karena Tn. Y memiliki diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan komplikasi lainnya, yaitu pusing, mual, muntah, dan gangguan keseimbangan.
- Kode ICD-9-CM 93.09 dipilih untuk prosedur pemantauan dan evaluasi status glikemik yang dilakukan selama perawatan Tn. Y di rumah sakit.
Berdasarkan informasi tambahan yang diberikan, Tn. Y memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak membatasi asupan makanan, masih merokok, dan jarang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Hal ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kondisi Diabetes Mellitus Tipe 2 yang dideritanya. -
Article No. 12320 | 15 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah melebihi rentang normal.
Faktor Risiko: Ketidakpatuhan diet DM, asupan makanan tinggi karbohidrat, aktivitas fisik kurang.
2. Defisit Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berhubungan dengan kondisi/masalah kesehatan.
Faktor Berhubungan: Kurangnya paparan informasi mengenai DM, pengaturan diet, dan tatalaksana penyakit.
3. Gaya Hidup Sedenter
Definisi: Pola aktivitas yang kurang gerak atau kurang aktif secara fisik.
Faktor Berhubungan: Aktivitas fisik kurang, lebih banyak diam di rumah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Kadar glukosa darah dalam batas normal
- Tidak terjadi gejala hiperglikemia
2. Pengetahuan tentang Penyakit
- Pasien memahami konsep dasar DM
- Pasien memahami manajemen diet dan pengobatan DM
3. Partisipasi dalam Aktivitas
- Pasien terlibat dalam aktivitas fisik/olahraga
- Pasien meningkatkan mobilitas dan gaya hidup aktif
Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Manajemen Hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah secara teratur
- Kolaborasi pemberian insulin/antidiabetik sesuai indikasi
- Edukasi diet DM dan pembatasan asupan makanan tinggi karbohidrat
2. Peningkatan Pengetahuan
- Berikan edukasi tentang DM, termasuk pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi
- Bantu pasien menyusun rencana perawatan diri
3. Fasilitasi Aktivitas Fisik
- Evaluasi kemampuan dan toleransi pasien terhadap aktivitas fisik
- Buat rencana aktivitas fisik yang sesuai dan aman bagi pasien
- Dorong dan motivasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas fisik secara rutin
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kasus yang diberikan, Tn. Y mengalami beberapa masalah kesehatan yang terkait dengan kondisi Diabetes Mellitus tipe 2 yang dideritanya. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah, Defisit Pengetahuan, dan Gaya Hidup Sedenter.
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah disebabkan oleh ketidakpatuhan Tn. Y dalam menjalankan diet DM, asupan makanan tinggi karbohidrat, dan aktivitas fisik yang kurang. Luaran yang diharapkan adalah stabilitas kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi gejala hiperglikemia. Intervensi yang diperlukan adalah manajemen hiperglikemia, yaitu pemantauan kadar glukosa darah, kolaborasi pemberian insulin/antidiabetik, dan edukasi diet DM.
Defisit Pengetahuan disebabkan oleh kurangnya paparan informasi mengenai DM, pengaturan diet, dan tatalaksana penyakit. Luaran yang diharapkan adalah pasien memahami konsep dasar DM serta manajemen diet dan pengobatan DM. Intervensi yang diperlukan adalah peningkatan pengetahuan, yaitu edukasi tentang DM, pelibatan keluarga, dan bantuan dalam menyusun rencana perawatan diri.
Gaya Hidup Sedenter disebabkan oleh aktivitas fisik yang kurang dan lebih banyak diam di rumah. Luaran yang diharapkan adalah pasien terlibat dalam aktivitas fisik/olahraga dan meningkatkan mobilitas serta gaya hidup aktif. Intervensi yang diperlukan adalah fasilitasi aktivitas fisik, yaitu evaluasi kemampuan dan toleransi pasien, pembuatan rencana aktivitas fisik yang sesuai, serta dorongan dan motivasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas fisik secara rutin.
Dengan pendekatan yang komprehensif meliputi manajemen hiperglikemia, peningkatan pengetahuan, dan fasilitasi aktivitas fisik, diharapkan kondisi Tn. Y dapat terkontrol dengan baik dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12321 | 15 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijabarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Tn. Y:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
b. Kekurangan Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI: Definisi - Keadaan berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah dari rentang normal.
- SLKI: Hasil yang Diharapkan - Klien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin/obat antidiabetes, pengaturan diet dan aktivitas.
b. Kekurangan Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus
- SDKI: Definisi - Kurangnya informasi yang dimiliki klien tentang kondisi kesehatannya, pengobatan, dan prosedur perawatan.
- SLKI: Hasil yang Diharapkan - Klien dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang memadai tentang penyakit diabetes melitus.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus, pengaturan diet, manajemen obat, dan aktivitas fisik.
Penjelasan Singkat:
Tn. Y, 68 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, muntah, tidak bisa berjalan seimbang, dan kadar glukosa darah 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosis DM tipe 2 selama 6 tahun. Riwayat gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan tinggi karbohidrat dan lemak, kurang aktivitas fisik, serta kepatuhan minum obat yang buruk. Hal ini menyebabkan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Selain itu, Tn. Y juga memiliki kekurangan pengetahuan tentang diabetes melitus, pengobatan, dan manajemen penyakitnya. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin/obat antidiabetes, pengaturan diet, aktivitas fisik, serta edukasi kesehatan terkait diabetes melitus. -
Article No. 12322 | 15 Feb 2025
Klinis : Seorang wanita (34 th) dtg ke igd dg keluhan post terjatuh dr kamar mandi. Ps dtg dg digendong keluarganya, dari hasil pengkajian ke keluarganya pasien tdk sadar sesaat setelah jatuh. Ada riwayat hipertensi dan dm tidak terkontrol. Vital sign saat masuk TD 198/120 mmhg Hr 112kpm Suhu 39 c Spo2 98% dg nasal kanul 3 lpm Saat hasil cek darah rutin keluar didapatkan hasil Gds 350 mg/dl. Hb 7:5 AL 23rb Saat akan di transfer ke icu, pasien tiba2 kejang.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T17.1
- Deskripsi: Jatuh dari ketinggian
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.25
- Deskripsi: Terapi kejang, tidak lain
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T17.1 (Jatuh dari ketinggian) sesuai dengan keluhan pasien yang mengalami jatuh dari kamar mandi. Kondisi ini dapat menyebabkan trauma kepala dan memicu komplikasi lainnya.
2. Dalam kasus ini, terdapat beberapa temuan yang perlu ditangani, yaitu:
- Hipertensi (I10 - Hipertensi esensial (primer))
- Diabetes mellitus tidak terkontrol (E11.9 - Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi)
- Anemia (D50.9 - Anemia por deficiência de ferro, não especificada)
- Kejang (R56.9 - Kejang, tidak diklasifikasikan di tempat lain)
Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah:
- Terapi hipertensi dan diabetes mellitus
- Transfusi darah untuk mengatasi anemia
- Pemberian terapi antikonvulsan untuk mengatasi kejang
Kode ICD-9-CM 99.25 (Terapi kejang, tidak lain) sesuai dengan tindakan pemberian terapi antikonvulsan untuk menangani kejang yang terjadi pada pasien saat akan ditransfer ke ICU.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan penanganan komprehensif untuk mengatasi kondisi hipertensi, diabetes mellitus, anemia, serta kejang yang terjadi akibat jatuh dari ketinggian. -
Article No. 12323 | 15 Feb 2025
Klinis : Seorang wanita (34 th) dtg ke igd dg keluhan post terjatuh dr kamar mandi. Ps dtg dg digendong keluarganya, dari hasil pengkajian ke keluarganya pasien tdk sadar sesaat setelah jatuh. Ada riwayat hipertensi dan dm tidak terkontrol. Vital sign saat masuk TD 198/120 mmhg Hr 112kpm Suhu 39 c Spo2 98% dg nasal kanul 3 lpm Saat hasil cek darah rutin keluar didapatkan hasil Gds 350 mg/dl. Hb 7:5 AL 23rb Saat akan di transfer ke icu, pasien tiba2 kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipertensi Emergensi
c. Gangguan Keseimbangan Kadar Glukosa Darah
d. Kejang
2. Penjelasan Singkat:
a. Penurunan Kesadaran:
- Ditandai dengan pasien tidak sadar sesaat setelah jatuh dari kamar mandi.
- Dapat disebabkan oleh trauma kepala, gangguan metabolik, atau kondisi medis lainnya.
b. Hipertensi Emergensi:
- Ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi (TD 198/120 mmHg).
- Membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi seperti kerusakan organ vital.
c. Gangguan Keseimbangan Kadar Glukosa Darah:
- Ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi (350 mg/dL).
- Dapat disebabkan oleh diabetes tidak terkontrol atau stres akut.
d. Kejang:
- Ditandai dengan pasien mengalami kejang saat akan ditransfer ke ICU.
- Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan metabolik, trauma kepala, atau kondisi medis lainnya.
Berdasarkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), perawat dapat merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah di atas. Sedangkan berdasarkan standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), perawat dapat memilih intervensi-intervensi yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12324 | 15 Feb 2025
Klinis : Seorang wanita (34 th) dtg ke igd dg keluhan post terjatuh dr kamar mandi. Ps dtg dg digendong keluarganya, dari hasil pengkajian ke keluarganya pasien tdk sadar sesaat setelah jatuh. Ada riwayat hipertensi dan dm tidak terkontrol. Vital sign saat masuk TD 198/120 mmhg Hr 112kpm Suhu 39 c Spo2 98% dg nasal kanul 3 lpm Saat hasil cek darah rutin keluar didapatkan hasil Gds 350 mg/dl. Hb 7:5 AL 23rb Saat akan di transfer ke icu, pasien tiba2 kejang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan trauma terjatuh dari kamar mandi.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital berhubungan dengan hipertensi dan diabetes mellitus tidak terkontrol.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4. Risiko Kejang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Integritas kulit kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada rasa nyeri
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi hipertensi atau diabetes
3. Kecukupan Volume Cairan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Terpenuhinya kebutuhan cairan tubuh
4. Kontrol Kejang
- Tidak terjadi kejang selama perawatan
- Kadar glukosa darah terkendali
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Melakukan perawatan luka terjatuh
- Memantau tanda-tanda infeksi
- Memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Memantau dan mencatat tanda-tanda vital secara berkala
- Mengatur pemberian obat antihipertensi dan antidiabetes
- Mengkaji riwayat penyakit dan kepatuhan pengobatan
3. Kecukupan Volume Cairan
- Memantau asupan dan output cairan
- Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Mengatasi peningkatan suhu tubuh
4. Kontrol Kejang
- Memantau kadar glukosa darah secara ketat
- Memberikan obat antikonvulsan jika terjadi kejang
- Mengkaji faktor-faktor pencetus kejang
Perawatan pasien dengan kondisi ini membutuhkan kolaborasi yang erat antara perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya untuk memastikan stabilitas kondisi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, perencanaan asuhan yang tepat, serta pemantauan yang ketat terhadap kondisi pasien. -
Article No. 12271 | 15 Feb 2025
Klinis : Penampilan Klinis Pasien: Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan batuk - Dahak sulit dikeluarkan Do: - TD 125/66, nadi 76, RR 20, suhu 36.4 Saturasi 94%, nasal kanul 5 lpm 97% - Paru: vesikuler kiri menurun, rh +/+, wh -/- Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: Thorax PA/AP/RLD: kesan pneumonia CT Scan Thorax kontras: hidropneumothorax disertai kolaps paru kiri, TB Paru pada lobus atas paru kanan Hasil Sputum: TCM: MTB Detected medium, RIF Resistance Not detected Sediaan Gram: Leukosit 5-7/ LPB Eritrosit 0-1/ LPB Epitel sel 1-3/ LPK Batang gram negatif +1 Coccus gram positif =1 Sel Ragi tidak ditemukan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi klinis yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Karakteristik definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi/cairan dari saluran pernapasan dengan efektif.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Paru
Karakteristik definisi: Pengurangan aliran darah ke paru-paru yang dapat mengganggu pertukaran gas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
Kriteria hasil:
- Batuk efektif
- Mampu mengeluarkan sekret
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Perfusi Jaringan Paru Membaik
Kriteria hasil:
- Oksigenasi optimal (Saturasi O2 ≥ 95%)
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan
- Tidak ada edema paru
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Atur posisi semi-fowler atau fowler
- Berikan terapi oksigen sesuai kondisi
- Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, percussions, vibrasi)
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait untuk terapi tambahan (contoh: antibiotik, kortikosteroid)
2. Penurunan Perfusi Jaringan Paru
- Monitor tanda-tanda vital dan oksigenasi
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait untuk tindakan diagnostik dan terapeutik (contoh: thorakosintesis, antibiotik, bronkoskopi)
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Edukasi pasien dan keluarga terkait kondisi dan penatalaksanaannya
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan berdasarkan data klinis pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Penurunan Perfusi Jaringan Paru. Hal ini dikarenakan pasien mengalami batuk dengan dahak sulit dikeluarkan serta adanya penurunan suara napas vesikuler di paru kiri yang menunjukkan masalah pada bersihan jalan napas. Selain itu, temuan radiologis berupa pneumonia dan hidropneumotoraks kiri serta TB paru kanan mengindikasikan penurunan perfusi paru.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Membaik dan Perfusi Jaringan Paru Membaik. Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah pasien mampu batuk efektif, mengeluarkan sekret, tidak ada suara napas tambahan, serta oksigenasi optimal, tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan, dan tidak ada edema paru.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pengaturan posisi, terapi oksigen, fisioterapi dada, pemberian bronkodilator dan mukolitik, kolaborasi dengan tim kesehatan terkait untuk terapi lanjutan, serta edukasi pada pasien dan keluarga. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan meningkatkan perfusi paru agar terjadi perbaikan klinis. -
Article No. 12272 | 15 Feb 2025
Klinis : penurunan kesadaran, tensi tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
2. Hipertensi
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Kesadaran
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengurangan atau hilangnya respons terhadap lingkungan dan diri sendiri.
- Penyebab: Cedera otak, infeksi, metabolik, toksis, atau kondisi lain yang menyebabkan perubahan pada fungsi otak.
- Karakteristik: Respon terganggu terhadap rangsangan, perubahan tingkat kesadaran, perubahan pola tidur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mempertahankan tingkat kesadaran yang optimal, pasien merespons stimulus secara memadai, pasien menunjukkan peningkatan kesadaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan neurologi, manajemen ventilasi, manajemen oksigenasi, manajemen nutrisi, dan intervensi lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Hipertensi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastol di atas normal.
- Penyebab: Gangguan fisiologis, gaya hidup, atau kondisi medis tertentu.
- Karakteristik: Tekanan darah sistolik dan/atau diastol di atas normal, perubahan gejala fisik (sakit kepala, pusing, nokturia, dll.).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda dan gejala hipertensi, pasien menunjukkan perilaku manajemen hipertensi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nutrisi, manajemen obat-obatan, edukasi kesehatan, dan intervensi lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dengan memperhatikan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi penurunan kesadaran dan hipertensi pada pasien. -
Article No. 12273 | 15 Feb 2025
Klinis : penurunan kesadaran, tensi tinggi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: penurunan kesadaran, tensi tinggi
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Gangguan Perfusi Serebral Terkait Penurunan Aliran Darah Ke Otak
Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat mengakibatkan disfungsi serebral.
Karakteristik Definisi: Penurunan kesadaran, perubahan perilaku, gelisah, perubahan tanda-tanda vital (tekanan darah tinggi).
b. Hipertensi
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi batas normal.
Karakteristik Definisi: Tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >90 mmHg.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
a. Gangguan Perfusi Serebral Terkait Penurunan Aliran Darah Ke Otak
- Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran
- Pasien menunjukkan peningkatan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
b. Hipertensi
- Pasien menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik ke dalam batas normal
- Pasien menunjukkan tidak ada gejala atau tanda-tanda komplikasi hipertensi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
a. Gangguan Perfusi Serebral Terkait Penurunan Aliran Darah Ke Otak
- Pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi)
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Pengaturan posisi pasien (posisi semi fowler)
- Stimulasi kognitif dan orientasi realitas
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (misalnya antikonvulsan, diuretik)
b. Hipertensi
- Pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Pengaturan diet rendah garam
- Pemberian edukasi tentang gaya hidup sehat (aktivitas fisik, manajemen stres)
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (misalnya antihipertensi)
- Monitoring efek samping dan komplikasi terapi farmakologis
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 12274 | 15 Feb 2025
Klinis : Pasien post HA collum femur sinistra Pasien tampak lemas. Hasil lab Hb 7.6 Al 11.20 plt 235 TTV TD 123/59 N 85 RR 20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Definisi: Rentan mengalami perubahan nilai tekanan darah, denyut nadi, atau frekuensi napas yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Anemia, kondisi pasca pembedahan.
2. Kelelahan
- Definisi: Pengalaman subyektif melemahnya kemampuan fisik dan mental yang disebabkan oleh aktivitas yang terus-menerus.
- Faktor Terkait: Anemia, kondisi pasca pembedahan.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Intake nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Terkait: Anemia, kondisi pasca pembedahan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan parameter hemodinamik dalam batas normal.
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Frekuensi nadi dalam batas normal
- Frekuensi napas dalam batas normal
2. Peningkatan Energi
- Definisi: Peningkatan kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kriteria Hasil:
- Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas
- Penurunan rasa kelelahan
3. Perbaikan Status Nutrisi
- Definisi: Tercapainya status nutrisi yang optimal sesuai kebutuhan tubuh.
- Kriteria Hasil:
- Peningkatan kadar hemoglobin (Hb)
- Peningkatan berat badan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hemodinamik
- Monitor TTV secara berkala
- Kolaborasi pemberian cairan dan obat-obatan untuk menstabilkan hemodinamik
- Edukasi pasien dan keluarga terkait pemantauan hemodinamik
2. Manajemen Kelelahan
- Bantu pasien melakukan istirahat yang cukup
- Berikan intervensi fisik seperti pijat untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi pemberian suplemen untuk meningkatkan energi
3. Manajemen Nutrisi
- Ukur intake dan output cairan pasien
- Kolaborasi pemberian nutrisi enteral/parenteral yang adekuat
- Edukasi pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Penjelasan rinci:
Pasien post HA collum femur sinistra dengan anemia dapat mengalami berbagai masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah risiko ketidakstabilan hemodinamik, kelelahan, dan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dikarenakan kondisi pasca pembedahan dan anemia yang dialami pasien dapat menyebabkan perubahan hemodinamik, penurunan energi, serta kekurangan nutrisi.
Luaran/output yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik, peningkatan energi, dan perbaikan status nutrisi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah stabilnya tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas; peningkatan kemampuan melakukan aktivitas dan penurunan rasa kelelahan; serta peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi manajemen hemodinamik (pemantauan TTV, kolaborasi cairan dan obat, edukasi), manajemen kelelahan (istirahat, intervensi fisik, suplemen), dan manajemen nutrisi (pemantauan intake-output, kolaborasi nutrisi, edukasi). Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu menstabilkan kondisi hemodinamik, meningkatkan energi, dan memperbaiki status nutrisi pasien.