Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14284 | 17 Mar 2025
Klinis : 35. Seorang anak usia 4 tahun dibawa dengan keluhan lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan: frekuensi nadi 80 x/m, RR 45 x/menit, bibir sianosis, clubbing fingers, CRT > 3 menit, anak sering lelah saat beraktifitas. SPO2 88 %. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Tidak efektif bersihan jalan nafas b. Penurunan curah jantung c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktifitas e. Keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk kasus tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI: Gangguan pertukaran gas
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan gangguan pertukaran gas, yaitu:
- Frekuensi napas yang cepat (45 x/menit)
- Bibir sianosis dan clubbing fingers yang menunjukkan adanya hipoksemia
- Saturasi oksigen yang rendah (88%)
- Keletihan saat beraktivitas
Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada fungsi paru-paru yang menghambat proses pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keefektifan pertukaran gas
- Indikator: Frekuensi napas membaik, bibir tidak sianosis, saturasi oksigen membaik, tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Bersihkan jalan napas dengan suction atau perawatan lain sesuai indikasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Manajemen ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengaturan ventilasi mekanik jika diperlukan
3. Manajemen kelelahan
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kelelahan
- Berikan istirahat yang cukup
- Ajarkan teknik manajemen energi dan manajemen aktivitas
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien ini meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen kelelahan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif, sehingga pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami kelelahan berlebih.
Manajemen jalan napas dilakukan untuk memastikan jalan napas pasien bebas dari sekret atau obstruksi lain yang dapat menghambat pertukaran gas. Pemberian oksigen juga penting untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
Manajemen ventilasi bertujuan untuk memperbaiki pola napas pasien agar dapat memaksimalkan pertukaran gas. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter spesialis paru, dapat dilakukan jika diperlukan pengaturan ventilasi mekanik.
Manajemen kelelahan difokuskan pada identifikasi penyebab kelelahan dan pemberian intervensi yang dapat membantu mengurangi kelelahan, seperti istirahat yang cukup dan teknik manajemen energi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output berupa peningkatan keefektifan pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 14285 | 17 Mar 2025
Klinis : FAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.311
- Deskripsi: Epilepsi fokal idiopatik dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, tanpa status epileptikus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalografi (EEG), rutin.
Penjelasan:
Diagnosis FAM (Fokus Awal Mioklonik) termasuk dalam kategori G40.311 pada Klasifikasi International dari Penyakit (ICD-10). Ini merupakan jenis epilepsi fokal idiopatik yang ditandai dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, dan tanpa status epileptikus.
Untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) rutin (kode ICD-9-CM 89.14) dapat dilakukan. Prosedur ini membantu mengidentifikasi aktivitas elektrik abnormal di otak yang dapat menjadi petunjuk adanya epilepsi fokal.
Pemeriksaan EEG rutin mencakup perekaman aktivitas listrik otak menggunakan elektroda yang ditempatkan pada kulit kepala pasien. Hasil rekaman EEG dapat membantu dokter menentukan pola dan lokasi serta tipe dari aktivitas epileptiform, sehingga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan memilih terapi yang sesuai. -
Article No. 14286 | 17 Mar 2025
Klinis : benjolan dipayudara
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi benjolan di payudara:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N63
- Deskripsi: Benjolan di payudara, tidak ditentukan apakah jinak atau ganas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.12
- Deskripsi: Biopsi jarum halus pada masa payudara
Penjelasan:
Kode ICD-10 N63 (Benjolan di payudara, tidak ditentukan apakah jinak atau ganas) digunakan untuk mengkodekan kondisi pasien yang mengalami benjolan di payudara, tetapi belum ditentukan apakah benjolan tersebut merupakan lesi jinak atau ganas. Hal ini biasanya terjadi saat pasien pertama kali datang dengan keluhan benjolan di payudara dan belum menjalani pemeriksaan lanjutan untuk menentukan jenis lesinya.
Jika pasien kemudian menjalani biopsi jarum halus pada massa payudara untuk mengetahui sifat dari benjolan tersebut, maka akan dikodekan dengan kode ICD-9-CM 85.12 (Biopsi jarum halus pada masa payudara). Prosedur ini bertujuan untuk mengambil sampel jaringan dari benjolan untuk diperiksa secara histologis dan menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.
Pemilihan kode yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis, karena akan memengaruhi proses perawatan, tindakan, serta pembayaran klaim asuransi pasien. -
Article No. 14287 | 17 Mar 2025
Klinis : Keperawatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Keperawatan Komunitas:
1. Risiko Masalah Kesehatan Masyarakat
- Definisi: Kerentanan terhadap ancaman yang mungkin terjadi pada masyarakat yang dapat memengaruhi status kesehatan.
- Penyebab: Faktor lingkungan, sosial, ekonomi, dan gaya hidup yang tidak mendukung kesehatan masyarakat.
- Intervensi: Pengkajian kesehatan masyarakat, identifikasi faktor risiko, perencanaan program promotif dan preventif, serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan.
2. Ketidakberdayaan Masyarakat
- Definisi: Ketidakmampuan masyarakat untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Intervensi: Pemberdayaan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan pengembangan kapasitas masyarakat.
3. Respon Komunitas Tidak Efektif
- Definisi: Kegagalan masyarakat dalam merespons secara efektif terhadap ancaman atau masalah kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya partisipasi, komunikasi, dan koordinasi masyarakat.
- Intervensi: Pengembangan strategi komunikasi, peningkatan partisipasi masyarakat, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia.
SDKI berfokus pada pengidentifikasian masalah dan diagnosis keperawatan, SLKI pada penentuan hasil atau luaran yang diharapkan, dan SIKI pada perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan. Penggunaan ketiga standar ini secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, terutama dalam konteks keperawatan komunitas. -
Article No. 14288 | 17 Mar 2025
Klinis : Keperawatan komunitas Promosi perilaku pada kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan Tentang Perilaku Sehat
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Kurang Pengetahuan Tentang Perilaku Sehat adalah keterbatasan informasi kognitif yang dibutuhkan untuk mempromosikan dan mempertahankan perilaku sehat.
Hal ini dapat terjadi pada keperawatan komunitas dalam konteks promosi perilaku pada kesehatan, dimana anggota komunitas mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas tentang perilaku sehat yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjabarkan luaran yang dapat dicapai untuk mengatasi diagnosa ini, yaitu Perilaku Sehat Meningkat. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian luaran ini antara lain:
1. Kemampuan menjelaskan perilaku sehat
2. Kemampuan melakukan perilaku sehat
3. Kemauan berkomitmen terhadap perilaku sehat
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti:
1. Promosi Kesehatan
2. Edukasi Kesehatan
3. Bimbingan Perilaku Sehat
Melalui intervensi-intervensi ini, perawat dapat membantu anggota komunitas meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam berperilaku sehat, sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. -
Article No. 14289 | 17 Mar 2025
Klinis : 33. Seorang anak laki-laki usi 5 hari dibawa ibunya dengan keluhan sering muntah 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan: distensi abdomen, bising usus tidak ada, akral hangat, tidak ada lubang anus, BB lahir 3 kg, BB sekarang 2,9 kg, terdapat kloaka. Menurut ibu selama ini urin tidak jernih, flatus dan feses keluar melalui meatus uretra sejak lahir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut: a. Inkontinensia fekal b. Konstipasi c. Ikterik d. Deficit nutrisi e. Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
a. Deficit nutrisi
Penjelasan:
Pada kasus ini, anak laki-laki usia 5 hari mengalami penurunan berat badan dari 3 kg saat lahir menjadi 2,9 kg saat ini. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, adanya keluhan sering muntah 3-4 kali per hari juga dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk menyerap nutrisi secara optimal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak membaik
2. Berat badan anak meningkat sesuai usia
3. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji status nutrisi anak (asupan, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala)
2. Berikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak (ASI atau susu formula)
3. Pantau intake dan output cairan anak
4. Berikan promosi kesehatan terkait perawatan nutrisi pada anak
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan lebih lanjut
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab utama dari keluhan sering muntah pada anak, seperti kemungkinan adanya kelainan bawaan pada saluran pencernaan (kloaka). Hal ini akan membantu dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah keperawatan secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan kembali. Wassalamualaikum. -
Article No. 14290 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan Batuk sudah sebulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Batuk Kronis
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Batuk Kronis didefinisikan sebagai batuk yang berlangsung selama lebih dari 4 minggu yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti infeksi, penyakit kronis, atau kondisi lainnya. Gejala utama yang muncul adalah batuk yang terus-menerus, kelelahan, dan perubahan suara.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Batuk Kronis adalah pasien dapat mengenali penyebab batuk, mampu melakukan teknik batuk efektif, bebas dari komplikasi, dan merasa nyaman dengan kondisinya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Batuk Kronis meliputi:
a. Manajemen Jalan Napas: memantau pola napas, mengajarkan teknik batuk efektif, mengatur posisi tubuh yang nyaman.
b. Manajemen Gejala: memberikan obat-obatan sesuai indikasi, mengatur intake cairan, dan mengajarkan relaksasi.
c. Edukasi Kesehatan: menjelaskan penyebab, prognosis, dan strategi penanganan batuk kronis.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) untuk penanganan komprehensif.
Dalam konteks pasien dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi dan edukasi secara rinci dan ilmiah, serta melibatkan pasien dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait penanganan batuk kronis. -
Article No. 14291 | 17 Mar 2025
Klinis : resiko perfusi renal tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi "risiko perfusi renal tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "risiko perfusi renal tidak efektif" adalah "Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif". Diagnosa ini mengindikasikan adanya risiko penurunan aliran darah ke ginjal, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Faktor risiko yang mungkin terkait dengan kondisi ini antara lain hipovolemia, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal, dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi pasokan darah ke ginjal.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi "risiko perfusi renal tidak efektif" adalah:
1. Terjaga Fungsi Ginjal: Pasien menunjukkan fungsi ginjal yang optimal, ditandai dengan parameter klinis dan laboratorium yang berada dalam batas normal.
2. Terjaga Keseimbangan Cairan: Pasien mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan status hidrasi yang baik dan vital sign yang stabil.
3. Terpenuhi Kebutuhan Eliminasi: Pasien mampu melakukan eliminasi urin dengan jumlah, warna, dan karakteristik yang normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kondisi "risiko perfusi renal tidak efektif" meliputi:
1. Pemantauan Fungsi Ginjal:
- Pantau parameter laboratorium terkait fungsi ginjal (misalnya kreatinin, BUN, laju filtrasi glomerulus).
- Pantau output urin dan karakteristiknya (jumlah, warna, kejernihan).
- Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi.
2. Manajemen Cairan:
- Kaji status hidrasi pasien dan kebutuhan cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Pantau intake dan output cairan serta tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
3. Manajemen Lingkungan:
- Pertahankan posisi pasien yang nyaman dan sesuai untuk memfasilitasi perfusi renal.
- Batasi aktivitas fisik yang berlebihan untuk mencegah deplesi volume cairan.
- Hindari penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi ginjal.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga hidrasi, pembatasan aktivitas, dan pemantauan fungsi ginjal.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemantauan fungsi ginjal, manajemen cairan, serta edukasi pasien dan keluarga, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan mempertahankan perfusi renal yang efektif pada pasien. -
Article No. 14292 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan perut perih, dan pusing sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan perut perih dan pusing selama 1 minggu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, dapat mengenali faktor yang mempengaruhi nyeri, dan dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi komplementer seperti kompres hangat/dingin, dan edukasi manajemen nyeri.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan gastrointestinal (mual, muntah)
Penjelasan singkat:
- SDKI: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dan elektrolit yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan status cairan dan elektrolit yang optimal, tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, pemberian cairan intravena atau oral, dan edukasi terkait manajemen cairan dan elektrolit.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI ini merupakan contoh yang didasarkan pada kondisi pasien yang anda berikan. Evaluasi dan intervensi keperawatan yang spesifik perlu dilakukan berdasarkan pengkajian keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 14293 | 17 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan badan terasa kebas hilang timbul sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Sensasi Perifer
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Sensasi Perifer adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan atau penurunan persepsi sensorik atau kemampuan untuk merasakan rangsangan pada anggota tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sensasi Perifer adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit, mengenali perubahan sensasi, dan mencegah komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan sensasi dan fungsi motorik, perawatan kulit dan ekstremitas, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan penjelasan yang rinci dan ilmiah mengenai kondisi pasien, diagnosis keperawatan, dan rencana intervensi yang akan dilakukan. Komunikasi yang jelas dan terstruktur akan membantu pasien memahami kondisinya dan berpartisipasi aktif dalam perawatannya.