Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12445 | 17 Feb 2025
Klinis : Kasus Hemofilia Kasus: Seorang Anak dengan Memar yang Tidak Biasa Identitas Pasien: Nama: Andi (bukan nama sebenarnya) Usia: 7 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Riwayat Keluarga: Ayah sehat, ibu pembawa sifat hemofilia, ada paman dari pihak ibu yang menderita hemofilia Keluhan Utama: Andi sering mengalami memar di tubuhnya tanpa sebab yang jelas. Luka kecil yang dialaminya juga sulit berhenti berdarah. Riwayat Penyakit Sekarang: Orang tua Andi mulai khawatir karena sejak usia 3 tahun, Andi sering mengalami mimisan yang sulit berhenti. Selain itu, jika terjatuh atau terbentur, tubuhnya mudah memar dan bengkak, terutama di area lutut dan siku. Pernah suatu kali, setelah jatuh dari sepeda, lututnya bengkak besar dan memerlukan waktu lama untuk pulih. Pemeriksaan Fisik: Terdapat beberapa memar di lengan dan kaki Bengkak di lutut kiri akibat benturan seminggu lalu Tidak ada tanda-tanda infeksi atau penyakit kulit Pemeriksaan Penunjang: Tes Waktu Pembekuan Darah: Memanjang Pemeriksaan Faktor Pembekuan: Kadar faktor VIII sangat rendah (hemofilia A berat) Tes Genetik: Menunjukkan adanya mutasi pada gen F8 (penyebab hemofilia A) Diagnosis: Hemofilia A berat Penanganan: Pemberian terapi faktor VIII secara rutin (profilaksis) Edukasi kepada keluarga untuk menghindari aktivitas berisiko tinggi Penggunaan pelindung lutut dan siku saat bermain Pelatihan dasar untuk menangani perdarahan di rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kasus Hemofilia pada Andi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perdarahan Aktual
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam kehidupan.
Faktor Terkait: Hemofilia A berat, gangguan fungsi pembekuan darah.
2. Risiko Cedera
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Faktor Terkait: Aktivitas fisik, riwayat cedera/memar, gangguan pembekuan darah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual
- Tanda-tanda Vital Stabil
- Tidak Terjadi Perdarahan
- Waktu Pembekuan Darah Membaik
- Kadar Faktor Pembekuan Darah Meningkat
2. Risiko Cedera
- Bebas Cedera
- Tidak Terjadi Memar/Bengkak
- Melakukan Aktivitas Fisik Aman
- Keluarga Mampu Mengelola Risiko Cedera
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual
- Monitor Tanda-tanda Vital secara berkala
- Identifikasi Tanda dan Gejala Perdarahan
- Berikan Terapi Faktor Pembekuan Darah sesuai Resep
- Kolaborasi dengan Dokter untuk Pengobatan Hemofilia
- Edukasi Keluarga tentang Penanganan Perdarahan di Rumah
2. Risiko Cedera
- Identifikasi Aktivitas Berisiko Tinggi
- Ajarkan Teknik Perlindungan dan Penggunaan Alat Pelindung
- Kolaborasi dengan Fisioterapis untuk Latihan Fisik yang Aman
- Edukasi Keluarga tentang Manajemen Risiko Cedera
- Monitor Kejadian Memar dan Bengkak
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus Andi adalah Risiko Perdarahan Aktual dan Risiko Cedera. Hemofilia A berat yang diderita Andi menyebabkan gangguan pada fungsi pembekuan darah, sehingga berisiko mengalami perdarahan dan cedera yang sulit berhenti. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, penanganan perdarahan, pemberian terapi faktor pembekuan darah, edukasi keluarga, serta manajemen risiko cedera melalui aktivitas dan penggunaan alat pelindung. Keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari luaran yang diharapkan, seperti stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada perdarahan, waktu pembekuan darah yang membaik, serta bebas dari cedera dan memar. -
Article No. 12446 | 17 Feb 2025
Klinis : Kasus Hemofilia Kasus: Seorang Anak dengan Memar yang Tidak Biasa Identitas Pasien: Nama: Andi (bukan nama sebenarnya) Usia: 7 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Riwayat Keluarga: Ayah sehat, ibu pembawa sifat hemofilia, ada paman dari pihak ibu yang menderita hemofilia Keluhan Utama: Andi sering mengalami memar di tubuhnya tanpa sebab yang jelas. Luka kecil yang dialaminya juga sulit berhenti berdarah. Riwayat Penyakit Sekarang: Orang tua Andi mulai khawatir karena sejak usia 3 tahun, Andi sering mengalami mimisan yang sulit berhenti. Selain itu, jika terjatuh atau terbentur, tubuhnya mudah memar dan bengkak, terutama di area lutut dan siku. Pernah suatu kali, setelah jatuh dari sepeda, lututnya bengkak besar dan memerlukan waktu lama untuk pulih. Pemeriksaan Fisik: Terdapat beberapa memar di lengan dan kaki Bengkak di lutut kiri akibat benturan seminggu lalu Tidak ada tanda-tanda infeksi atau penyakit kulit Pemeriksaan Penunjang: Tes Waktu Pembekuan Darah: Memanjang Pemeriksaan Faktor Pembekuan: Kadar faktor VIII sangat rendah (hemofilia A berat) Tes Genetik: Menunjukkan adanya mutasi pada gen F8 (penyebab hemofilia A) Diagnosis: Hemofilia A berat Penanganan: Pemberian terapi faktor VIII secara rutin (profilaksis) Edukasi kepada keluarga untuk menghindari aktivitas berisiko tinggi Penggunaan pelindung lutut dan siku saat bermain Pelatihan dasar untuk menangani perdarahan di rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktual
Penjelasan: Pasien dengan hemofilia A berat memiliki risiko perdarahan yang sangat tinggi akibat defisiensi faktor pembekuan darah VIII. Hal ini menyebabkan mudahnya timbul memar, mimisan, dan pendarahan sulit berhenti pada luka kecil.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan: Pasien sering mengalami pembengkakan pada sendi, terutama lutut, akibat perdarahan spontan. Hal ini dapat mengganggu mobilitas dan fungsi fisik pasien.
3. Kurang Pengetahuan
Penjelasan: Pasien dan keluarga membutuhkan edukasi yang komprehensif terkait penatalaksanaan hemofilia, termasuk pencegahan komplikasi, penanganan perdarahan, dan aktivitas aman.
Standar Diagnostik dan Intervensi Keperawatan (SDKI - SLKI - SIKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Pengendalian Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Terapi Faktor Pembekuan Darah
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Hambatan Mobilitas Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Terapi Fisik, Manajemen Nyeri
3. Kurang Pengetahuan
- SDKI: Defisit Pengetahuan
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan
- SIKI: Edukasi Kesehatan, Konseling
Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan tanda-tanda perdarahan dan pembengkakan
- Pemberian terapi faktor pembekuan darah VIII secara rutin (profilaksis)
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan komplikasi, penanganan perdarahan, dan aktivitas aman
- Pelatihan dasar untuk menangani perdarahan di rumah
- Penggunaan alat pelindung sendi (lutut, siku) saat beraktivitas
- Manajemen nyeri dan pembengkakan sendi
Pendekatan keperawatan yang komprehensif, kolaboratif, dan berpusat pada pasien serta keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan kasus hemofilia pada anak. -
Article No. 12447 | 17 Feb 2025
Klinis : Dispepsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi dispepsia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Fungsi Pencernaan
Definisi:
Kondisi di mana terjadi gangguan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan gejala-gejala seperti rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut, mual, muntah, kembung, dan/atau perubahan pola buang air besar.
Faktor Risiko:
- Infeksi bakteri Helicobacter pylori
- Konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat
- Stress emosional
- Penggunaan obat-obatan tertentu
SLKI:
Pemulihan Fungsi Pencernaan
Definisi: Tercapainya kemampuan klien dalam melakukan fungsi pencernaan secara normal.
SIKI:
1. Manajemen Nutrisi
Tujuan: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Intervensi: Identifikasi kebutuhan nutrisi, atur pola makan, dan pantau asupan nutrisi
2. Manajemen Nyeri
Tujuan: Mengurangi nyeri yang dirasakan
Intervensi: Kaji nyeri, ajarkan teknik manajemen nyeri, dan berikan analgesik sesuai indikasi
3. Edukasi Kesehatan
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan klien tentang dispepsia
Intervensi: Berikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan dispepsia
Dengan pendekatan holistik dan berpusat pada klien, perawat berperan dalam memfasilitasi pemulihan fungsi pencernaan, mengurangi gejala, dan meningkatkan pemahaman klien tentang dispepsia. -
Article No. 12448 | 17 Feb 2025
Klinis : dismenore selama 3 hari disertai mual dan tidak buang air besar seharian padahal biasanya sehari bisa 3 kali bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan dismenore.
2. Hambatan Mobilitas Usus berhubungan dengan mual dan tidak buang air besar.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan dismenore:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (dismenore).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat melakukan aktivitas tanpa nyeri mengganggu.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nyeri, Distraksi, Terapi Relaksasi.
2. Hambatan Mobilitas Usus berhubungan dengan mual dan tidak buang air besar:
- SDKI: Penurunan kemampuan untuk buang air besar secara teratur (frekuensi, konsistensi, dan pengeluaran) yang dianggap normal bagi individu.
- SLKI: Pasien dapat buang air besar secara teratur, pasien tidak mengalami mual atau muntah.
- SIKI: Manajemen Gastrointestinal, Stimulasi Usus, Perawatan Konstipasi.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Terima kasih. -
Article No. 12449 | 17 Feb 2025
Klinis : dismenore selama 3 hari disertai mual dan tidak buang air besar seharian padahal biasanya sehari bisa 3 kali bab
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu dismenore selama 3 hari disertai mual dan tidak buang air besar seharian padahal biasanya sehari bisa 3 kali, maka dapat diberikan kode diagnosis dan kode prosedur medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N94.6
- Deskripsi: Dismenore, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.63
- Deskripsi: Enema terapeutik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N94.6 (Dismenore, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dipilih karena pasien mengalami nyeri menstruasi (dismenore) selama 3 hari yang disertai dengan gejala mual dan tidak buang air besar seharian.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 45.63 (Enema terapeutik) dapat diberikan jika diperlukan tindakan pemberian enema untuk membantu mengatasi konstipasi (tidak buang air besar) yang dialami oleh pasien. Enema terapeutik dapat membantu untuk memperlancar buang air besar dan mengatasi gejala yang terkait dengan dismenore.
Dalam penanganan kasus ini, selain pemberian enema terapeutik, dokter juga dapat mempertimbangkan pemberian obat-obatan analgesik, antiemetik (untuk mengurangi mual), dan laksatif (untuk memperlancar buang air besar) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. -
Article No. 12450 | 17 Feb 2025
Klinis : dismenore selama 3 hari disertai mual dan tidak buang air besar seharian padahal biasanya sehari bisa 3 kali bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan dismenore
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan skala nyeri yang digunakan.
Kriteria Hasil: Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri, pasien dapat menggunakan teknik-teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, dan pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian analgetik yang sesuai.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Catatan: Dalam kondisi ini, dismenore (nyeri haid) disertai dengan mual dan konstipasi (tidak buang air besar selama sehari) merupakan gejala yang perlu dievaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan untuk menentukan penanganan yang tepat. -
Article No. 12451 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya dapat menyimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi yang sesuai dengan Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit volume cairan (Fluid Volume Deficit)
- Penjelasan: Pasien mengalami perdarahan yang tidak terkontrol dari hidung serta purpura dan hematoma, yang dapat menyebabkan penurunan volume cairan dan simpanan plasma dalam tubuh.
2. Risiko perdarahan (Risk for Bleeding)
- Penjelasan: Pasien memiliki jumlah trombosit yang rendah (25.000/μL), yang meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan penggunaan obat NSAID juga dapat memperburuk kondisi ini.
3. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
- Penjelasan: Pasien merasa sangat lelah, sering pingsan, dan mengalami kesulitan bernapas, yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa keperawatan:
1. Defisit volume cairan (Fluid Volume Deficit)
- SDKI: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intaseluler.
- SLKI: Pemulihan volume cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi untuk memulihkan volume cairan tubuh, seperti pemberian cairan intravena, pengaturan asupan dan output cairan, serta pemantauan tanda-tanda vital.
2. Risiko perdarahan (Risk for Bleeding)
- SDKI: Berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI: Tidak terjadi perdarahan yang mengancam kehidupan.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian produk darah, dan pengelolaan faktor risiko perdarahan.
3. Intoleransi aktivitas (Activity Intolerance)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas, seperti pengaturan istirahat dan aktivitas, serta pemberian oksigen jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien agar dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 12452 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus yang diberikan. Tone saya akan akademis, dan saya akan menjawab sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Perdarahan aktif (Domain: Keamanan/Perlindungan, Kelas: Hemoragik)
- Definisi: Penurunan integritas jaringan yang menyebabkan hilangnya darah dari sistem vaskuler.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan sistem pembekuan darah, konsumsi obat antikoagulan.
- Tanda dan gejala: Perdarahan dari hidung yang tidak berhenti, petechiae, hematoma.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Domain: Pertukaran, Kelas: Ventilasi/Perfusi)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Gejala perdarahan, kesulitan bernapas.
- Tanda dan gejala: Kesulitan bernapas, hipoventilasi.
3. Kelelahan (Domain: Aktivitas/Istirahat, Kelas: Kelelahan)
- Definisi: Kurangnya energi dan kapasitas yang diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Anemia, perdarahan, hipertensi.
- Tanda dan gejala: Merasa sangat lelah, sering pingsan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan Aktif:
- Kontrol Perdarahan: Perdarahan dapat dihentikan dan tidak ada perdarahan lanjutan.
- Stabilitas Hemodinamik: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda syok.
- Perfusi Jaringan: Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Bersihan Jalan Napas: Jalan napas bebas dari obstruksi, adekuat ventilasi.
- Stabilitas Pernapasan: Frekuensi pernapasan dan irama pernapasan normal.
- Oksigenasi: Saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Kelelahan:
- Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pemulihan Energi: Pasien melaporkan peningkatan energi dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Fungsi Fisik: Tidak ada penurunan fungsi fisik akibat kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perdarahan Aktif:
- Observasi tanda-tanda vital dan hemodinamik secara rutin.
- Hentikan perdarahan dengan kompresi lokal dan pemberian agen hemostatik.
- Berikan cairan intravena untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan diagnostik dan terapi farmakologis (antikoagulan, transfusi darah).
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan dan oksigenasi secara rutin.
- Berikan oksigen suplemental jika diperlukan.
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika ada sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan mobilisasi sekresi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis jika diperlukan.
3. Kelelahan:
- Monitor tanda-tanda vital dan pemeriksaan laboratorium terkait anemia.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransinya.
- Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari aktivitas yang berlebihan.
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan energi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan anemia dan kondisi yang mendasarinya.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus perdarahan, gangguan pernapasan, dan kelelahan pada pasien. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien ini. -
Article No. 12453 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan kondisi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Purpura dan kondisi lainnya akibat trombositopenia
Penjelasan:
Pasien mengalami perdarahan dari hidung yang tidak berhenti, disertai dengan munculnya bintik-bintik merah kecil (petechiae) di wajah dan dada, serta purpura di belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit yang sangat rendah (25.000/μL), yang mengindikasikan trombositopenia. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis kode ICD-10 D69.6 (Purpura dan kondisi lainnya akibat trombositopenia).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada tindakan medis spesifik yang teridentifikasi dari informasi yang diberikan. Pasien memerlukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut untuk menentukan penyebab trombositopenia dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Dalam kasus ini, pasien perlu segera mendapatkan penanganan di unit gawat darurat. Pemeriksaan dan tindakan medis yang mungkin diperlukan antara lain:
- Pemeriksaan fisik yang lebih rinci
- Pemeriksaan laboratorium tambahan (termasuk profil koagulasi, fungsi hati, dan fungsi ginjal)
- Terapi penghentian perdarahan (misalnya pemberian trombosit, vitamin K, atau obat-obatan lainnya)
- Identifikasi dan penanganan penyebab trombositopenia (misalnya pengobatan hipertensi, penghentian konsumsi NSAID, dll.)
- Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
Penangganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi trombositopenia pada pasien ini dan mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 12454 | 17 Feb 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan perdarahan dari hidung yang tidak berhenti selama tiga jam terakhir, disertai dengan pusing dan kesulitan bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah kecil (petechiae) yang muncul di wajah dan dada sejak dua hari lalu. Pasien merasa sangat lelah dan sudah beberapa kali merasa pingsan ringan dalam beberapa hari terakhir. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru-baru ini mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan jarang berolahraga. Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 37,2°C, dan saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah trombosit 25.000/μL, hemoglobin 9,0 g/dL, dan leukosit 7.200/μL. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan purpura di bagian belakang leher dan hematoma di sekitar lutut kiri. Pasien tidak mengalami melena atau hematemesis, tetapi terlihat sangat cemas dan lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Trombositopenia. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana tindakan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan tubuh dari sistem vaskuler yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan normal.
- Faktor Risiko: Penurunan jumlah trombosit, riwayat perdarahan, konsumsi obat-obatan yang memengaruhi pembekuan darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami perdarahan, tidak mengalami komplikasi akibat perdarahan, dan mampu mengontrol faktor risiko perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian terapi farmakologis (misalnya transfusi trombosit), edukasi tentang faktor risiko perdarahan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernapasan.
2. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan, seperti pendarahan dari hidung, gusi, atau luka.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, laboratorium) untuk pemeriksaan hematologi dan penanganan lanjut.
4. Berikan terapi farmakologis sesuai dengan indikasi, misalnya transfusi trombosit.
5. Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang faktor risiko perdarahan, tanda-tanda perdarahan, dan pentingnya menjaga kesehatan.
6. Dorong pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan perdarahan atau hematoma.
7. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk mengurangi kecemasan.