Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12387 | 17 Feb 2025
Klinis : anak dengan bronkitis pnemonia dilakukan nebuleser
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anak dengan bronkitis pneumonia yang dilakukan nebuliser:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Kondisi bronkitis pneumonia pada anak dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas, peningkatan upaya napas, dan pola napas yang tidak efektif. Pemberian terapi nebuliser bertujuan untuk memperlancar jalan napas dan meningkatkan efektivitas pola napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Pola Napas" (0415). Indikator yang dapat diukur antara lain:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal untuk usia
b. Kedalaman napas dalam rentang normal untuk usia
c. Irama napas teratur
d. Tidak ada retraksi dinding dada
e. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Manajemen Jalan Napas (3160)
- Mempertahankan jalan napas terbuka dengan teknik nebuliser
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Melakukan suction jika diperlukan
b. Terapi Oksigen (3320)
- Memantau saturasi oksigen
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Manajemen Nyeri (1400)
- Memantau tanda-tanda nyeri
- Memberikan analgesik sesuai indikasi
d. Edukasi Kesehatan (5510)
- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan anak dengan bronkitis pneumonia
- Mengajarkan teknik nebuliser dan perawatan di rumah
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi anak dengan bronkitis pneumonia yang mengalami penyumbatan jalan napas dan pola napas yang tidak efektif. Intervensi Keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka, memperlancar pertukaran oksigen-karbondioksida, dan mengurangi gejala yang timbul. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya pola napas yang efektif sesuai usia anak.
Asuhan Keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan mempercepat proses pemulihan anak dengan bronkitis pneumonia. -
Article No. 12388 | 17 Feb 2025
Klinis : DO: - Kesadaran delirium - GCS: E4V2M5 (total 11) * Eye: Spontan (4) * Verbal: Menyuarakan bunyi tidak bermakna (2) * Motorik: Melokalisasi nyeri (5) - Tidak dapat berkomunikasi efektif - Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis abnormal: * Jumlah sel: 352/3 * Nonna: (+3) * Pandy: (+4) * Protein: 300 * Glukosa: 26.3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Fungsi Kognitif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memproses dan mengingat informasi secara efektif.
- SLKI: Tingkat Kesadaran Meningkat, Kemampuan Berpikir Membaik, Kemampuan Membuat Keputusan Meningkat.
- SIKI: Manajemen Delirium, Stimulasi Kognitif, Orientasi Realitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Komunikasi Verbal Terganggu
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, atau mengekspresikan ide atau perasaan melalui bahasa lisan.
- SLKI: Komunikasi Verbal Membaik, Interaksi Sosial Membaik.
- SIKI: Komunikasi Terapeutik, Manajemen Komunikasi, Terapi Reminiscence.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan infeksi.
- SLKI: Bebas Infeksi, Risiko Infeksi Menurun.
- SIKI: Manajemen Pemberian Obat, Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi.
Penjelasan singkat:
- Kesadaran delirium dan skor GCS 11 menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang perlu ditangani.
- Ketidakmampuan berkomunikasi efektif mengindikasikan komunikasi verbal yang terganggu.
- Hasil pemeriksaan liquor cerebrospinalis yang abnormal menunjukkan adanya risiko infeksi yang perlu diatasi.
Tujuan utama perawatan adalah memulihkan fungsi kognitif, komunikasi verbal, dan mencegah infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen delirium, stimulasi kognitif, komunikasi terapeutik, manajemen infeksi, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 12389 | 17 Feb 2025
Klinis : DS: - DO: - Terdapat retraksi dada - Napas dangkal - RR: 20x/menit - Terdapat bunyi ronchi - Reflek batuk lemah - Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru - Diagnosis: TB Milier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara secara normal.
Tanda dan Gejala:
- Terdapat retraksi dada
- Napas dangkal
- Frekuensi pernapasan meningkat (RR: 20x/menit)
- Terdapat bunyi ronchi
- Reflek batuk lemah
2. Risiko Infeksi
Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen.
Tanda dan Gejala:
- Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru
- Diagnosis: TB Milier
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan pedoman dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Risiko Infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah pedoman dalam merumuskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Contoh luaran yang dapat dicapai adalah peningkatan pola napas yang efektif dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman dalam merencanakan intervensi keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen jalan napas, manajemen infeksi, dan edukasi terkait penyakit TB Milier.
Dalam konteks kasus ini, perawat perlu bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan memastikan pemulihan pasien dengan TB Milier. -
Article No. 12390 | 17 Feb 2025
Klinis : DS: - DO: - Terdapat retraksi dada - Napas dangkal - RR: 20x/menit - Terdapat bunyi ronchi - Reflek batuk lemah - Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru - Diagnosis: TB Milier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi TB Milier:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Penyebab:
- Kelemahan otot pernapasan (Reflek batuk lemah)
- Infiltrat paru (Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru)
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran pernapasan.
Penyebab:
- Akumulasi sekresi (Terdapat bunyi ronchi)
- Kelemahan batuk (Reflek batuk lemah)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang adekuat
- Pasien menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal
- Pasien menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien bebas dari sekresi di jalan napas
- Pasien mampu batuk efektif
- Pasien bebas dari bunyi napas tambahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen supplemental sesuai indikasi
- Latih pasien teknik pernapasan dengan menggunakan alat bantu (spirometer)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi pernapasan yang sesuai
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekresi
- Berikan mukolitik atau bronkodilator sesuai indikasi
- Latih pasien teknik batuk efektif
- Anjurkan pasien melakukan mobilisasi dini untuk meningkatkan ekspektorasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi pernapasan yang sesuai
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pasien dengan TB Milier memiliki kondisi yang mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang dapat disebabkan oleh kelemahan otot pernapasan, infiltrat paru, dan akumulasi sekresi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memonitor tanda-tanda vital, memberikan oksigen, melatih teknik pernapasan, membersihkan jalan napas, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk evaluasi dan pemberian terapi yang sesuai. Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat membantu pasien dalam pemulihan. -
Article No. 12391 | 17 Feb 2025
Klinis : defisit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan, seperti mandi, berpakaian, berhias, makan, dan aktivitas eliminasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, termasuk kebersihan diri, berpakaian, makan, eliminasi, dan mobilitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi defisit perawatan diri meliputi:
a. Bantuan Perawatan Diri: memberikan bantuan langsung dalam aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi.
b. Pelatihan Perawatan Diri: mengajarkan dan melatih pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
c. Pengaturan Lingkungan: menyesuaikan lingkungan agar mendukung kemandirian pasien dalam melakukan perawatan diri.
d. Dukungan Psikologis: memberikan motivasi dan dukungan emosional untuk meningkatkan kemandirian pasien.
Dalam konteks akademis dan persona sebagai pakar perawat, penjelasan ini menekankan pada pemahaman komprehensif terkait standar keperawatan yang berlaku di Indonesia, serta intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi defisit perawatan diri pada pasien. -
Article No. 12392 | 17 Feb 2025
Klinis : defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan
Definisi:
Defisit Pengetahuan adalah keterbatasan atau kurangnya informasi kognitif yang dimiliki oleh individu mengenai topik atau masalah tertentu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kriteria Diagnosa: Individu menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, prosedur perawatan, atau informasi lain yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang Diharapkan:
1. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, prosedur perawatan, atau informasi lain yang diperlukan.
2. Pasien mampu mendemonstrasikan atau menjelaskan informasi yang diperoleh.
3. Pasien melaporkan kepuasan dengan informasi yang diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses oleh pasien.
3. Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Mendorong pasien untuk bertanya dan mengeksplorasi informasi yang dibutuhkan.
5. Memfasilitasi akses pasien terhadap sumber-sumber informasi yang tersedia.
6. Mengevaluasi pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang komprehensif untuk mengatasi Defisit Pengetahuan pada pasien. -
Article No. 12393 | 17 Feb 2025
Klinis : DS: - DO: - Terdapat retraksi dada - Napas dangkal - RR: 20x/menit - Terdapat bunyi ronchi - Reflek batuk lemah - Foto thorax: tampak infiltrat granuler di kedua lapang paru - Diagnosis: TB Milier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah yang dapat mengancam kehidupan.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan, dan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
- Tanda dan Gejala: Retraksi dada, napas dangkal, RR yang meningkat, bunyi ronchi, dan reflek batuk yang lemah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah yang mendukung oksigenasi jaringan yang adekuat.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas normal (12-20 x/menit)
- Kedalaman napas normal
- Tidak ada retraksi dada
- Bunyi napas bersih
- Batuk efektif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan patensi jalan napas.
- Aktivitas:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
2. Manajemen Ventilasi
- Tujuan: Memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
- Aktivitas:
- Monitor status oksigenasi (SpO2, gas darah)
- Pertahankan pola napas yang efektif
- Berikan latihan pernapasan jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk mengoptimalkan ventilasi
3. Manajemen Infeksi
- Tujuan: Mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Aktivitas:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena terdapat tanda-tanda gangguan pada sistem pernapasan, seperti retraksi dada, napas dangkal, dan bunyi ronchi yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas. Foto toraks yang menunjukkan infiltrat granuler di kedua lapang paru juga mendukung diagnosis TB Milier, yang dapat menyebabkan perubahan pada pola napas.
Luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif", yang ditandai dengan frekuensi napas normal, kedalaman napas normal, tidak ada retraksi dada, bunyi napas bersih, dan batuk yang efektif. Hal ini akan memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat dan mendukung oksigenasi jaringan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen infeksi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan patensi jalan napas, memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat, serta mencegah dan mengendalikan infeksi. Aktivitas-aktivitas tersebut akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12394 | 17 Feb 2025
Klinis : hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yaitu di atas 37,5°C (99,5°F).
SDKI:
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan pada klien dengan hipertermia adalah:
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi:
1. Pemantauan suhu tubuh dan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
3. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
4. Pengaturan lingkungan yang nyaman
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen hipertermia
Dalam pendekatan akademis, saya sebagai perawat pakar akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Saya akan memastikan pemahaman Anda mengenai kondisi hipertermia dan penatalaksanaannya sesuai dengan praktik keperawatan yang berlandaskan bukti ilmiah. -
Article No. 12395 | 17 Feb 2025
Klinis : 1. Sebelum sakit Pada jam 22.00 klien mulai dirawat di Ruang Saraf A RSUD dr Soetomo dengan kesadaran yang menurun. 2. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini. C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Lemah 2. Tanda tanda vital Suhu : 36,8 0C Nadi : 80 X/menit. Kuat dan teratur Tekanan darah : 90/60 mmHg. Respirasi : 20 x/menit 3. Body system a. Pernapasan Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar bunyi ronchi. Bentuk dada simestris. Hasil foto Thorax PA Cor : Besar dan bentuk normal. Pulmo : Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapang paru. Kedua sinus phrenicocostalis tajam. Kesimpulan : TB Milier b. Kardiovaskuler Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 36,8 0C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada c. Persyarafan Tingkat kesadaran : Delirium. GCS : Membuka mata : Spontan (4) Verbal : Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna (2) Motorik : Melokalisasi nyeri (5) Kepala dan wajah : tak ada kelainan. Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor. Leher : tak ada kelaianan. Reflek batuk ada, tapi tidak keras. d. Perkemihan Terpasang Polly Catheter sejak MRS. Jumlah urine 1200 cc/24 jam. Warna urine kuning muda. Bau : Khas. e. Pencernaan Terpasang NGT sejak MRS. Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, obstipasi (+), klien sudah beberapa hari belum buang air besar. Diet sonde TKTP f. Tulang-otot-integumen Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas Parese (+), Paralise (+), Hemiparese (+) Ekstrimitas : Atas : Kanan : Tidak ada kelainan Kiri : Tidak ada kelainan Bawah : Kanan : Tidak ada kelainan Kiri : Terdapat kelainan akibat dislokasi pada panggul akibat Kecelakaan Lalulintas sebelumnya. Tulang Belakang : Tidak ada kelainan. Warna kulit : Kuning kecoklatan. Akral : Dingin basah. Turgor : Lambat. Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus. D. DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah lengkap tanggal Hb : 15,0 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl). Leukosit : 24.000 (4000 – 11.000) Trombosit : 777.000/cmm (150.000 – 450.000/cmm). Hematokrit/PCV : 0,44 % (L : 40 – 54 % P : 37 – 47 %) LED : (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam Gula darah Glukosa ad random : 169 mg/dl (< 140 mg/dl) Faal Hati SGOT : 55 U/L (L < 37 P < 31 U/L) Faal Ginjal Serum Creatinin : 1,52 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3) Elektrolit Natrium : 154 mmol/l (135 – 145 mmol/l) Kalium : 4,08 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l) Clorida : 114 ( 97 – 113 ). Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis tanggal 5 Juni 2002. Jumlah Sel : 352/3 M : 112/3 P : 240/3. Nonna : Positif (+3). Pandy : Positif (+4). Jumlah protein : 300. Glukose : 26,3. Eritrosit : 2560/3 Bentuk : Normal E. TERAPI 1. Infus NaCl 0,9 % 2000 cc / 24 jam. 2. Streptomisin 1 x 1 gram, intramuskuler. 3. Ceftriaxone 2 x 1 gram, iv. 4. Dexamethasone 2 x 1 amp,iv. 5. Cimetidin 3 x 1 amp,iv. 6. Novalgin 3 x 1 amp,iv. 7. Neurobion 1 x 1 amp, IM. 8. Paracetamol 3 x 500 mg. 9. OAT : • Rifampisin : 1 x 450 mg. • INH : 1 x 300 mg. • Pyrazinamide : 1 x 1000 mg. tanda tangan mahasiswa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran Berhubungan dengan Proses Penyakit TB Milier.
SDKI: Penurunan kesadaran adalah kondisi di mana individu menunjukkan respons yang berkurang atau tidak responsif terhadap lingkungan dan stimulasi internal.
SLKI: Setelah intervensi keperawatan, klien menunjukkan peningkatan kesadaran.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mempertahankan jalan napas, memantau tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tim medis.
2. Perubahan Pola Napas Berhubungan dengan Proses Penyakit TB Milier.
SDKI: Perubahan pola napas adalah kondisi di mana individu menunjukkan perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama napas yang tidak normal.
SLKI: Setelah intervensi keperawatan, klien menunjukkan perbaikan pola napas.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tim medis.
3. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun.
SDKI: Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
SLKI: Setelah intervensi keperawatan, tidak terjadi infeksi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, dan kolaborasi dengan tim medis.
4. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kelemahan Fisik.
SDKI: Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh kendala yang memengaruhi kemampuan untuk bergerak secara independen dan efisien.
SLKI: Setelah intervensi keperawatan, klien menunjukkan peningkatan kemampuan mobilitas fisik.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memfasilitasi latihan fisik, mempertahankan rentang gerak sendi, dan kolaborasi dengan fisioterapis.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi klien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang muncul adalah terkait dengan penurunan kesadaran, perubahan pola napas, risiko infeksi, dan gangguan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, menjaga kebersihan, latihan fisik, dan kolaborasi dengan tim medis lainnya. -
Article No. 12396 | 17 Feb 2025
Klinis : 1. Sebelum sakit Pada jam 22.00 klien mulai dirawat di Ruang Saraf A RSUD dr Soetomo dengan kesadaran yang menurun. 2. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini. C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Lemah 2. Tanda tanda vital Suhu : 36,8 0C Nadi : 80 X/menit. Kuat dan teratur Tekanan darah : 90/60 mmHg. Respirasi : 20 x/menit 3. Body system a. Pernapasan Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar bunyi ronchi. Bentuk dada simestris. Hasil foto Thorax PA Cor : Besar dan bentuk normal. Pulmo : Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapang paru. Kedua sinus phrenicocostalis tajam. Kesimpulan : TB Milier b. Kardiovaskuler Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 36,8 0C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada c. Persyarafan Tingkat kesadaran : Delirium. GCS : Membuka mata : Spontan (4) Verbal : Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna (2) Motorik : Melokalisasi nyeri (5) Kepala dan wajah : tak ada kelainan. Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor. Leher : tak ada kelaianan. Reflek batuk ada, tapi tidak keras. d. Perkemihan Terpasang Polly Catheter sejak MRS. Jumlah urine 1200 cc/24 jam. Warna urine kuning muda. Bau : Khas. e. Pencernaan Terpasang NGT sejak MRS. Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, obstipasi (+), klien sudah beberapa hari belum buang air besar. Diet sonde TKTP f. Tulang-otot-integumen Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas Parese (+), Paralise (+), Hemiparese (+) Ekstrimitas : Atas : Kanan : Tidak ada kelainan Kiri : Tidak ada kelainan Bawah : Kanan : Tidak ada kelainan Kiri : Terdapat kelainan akibat dislokasi pada panggul akibat Kecelakaan Lalulintas sebelumnya. Tulang Belakang : Tidak ada kelainan. Warna kulit : Kuning kecoklatan. Akral : Dingin basah. Turgor : Lambat. Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus. D. DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah lengkap tanggal Hb : 15,0 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl). Leukosit : 24.000 (4000 – 11.000) Trombosit : 777.000/cmm (150.000 – 450.000/cmm). Hematokrit/PCV : 0,44 % (L : 40 – 54 % P : 37 – 47 %) LED : (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam Gula darah Glukosa ad random : 169 mg/dl (< 140 mg/dl) Faal Hati SGOT : 55 U/L (L < 37 P < 31 U/L) Faal Ginjal Serum Creatinin : 1,52 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3) Elektrolit Natrium : 154 mmol/l (135 – 145 mmol/l) Kalium : 4,08 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l) Clorida : 114 ( 97 – 113 ). Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis tanggal 5 Juni 2002. Jumlah Sel : 352/3 M : 112/3 P : 240/3. Nonna : Positif (+3). Pandy : Positif (+4). Jumlah protein : 300. Glukose : 26,3. Eritrosit : 2560/3 Bentuk : Normal E. TERAPI 1. Infus NaCl 0,9 % 2000 cc / 24 jam. 2. Streptomisin 1 x 1 gram, intramuskuler. 3. Ceftriaxone 2 x 1 gram, iv. 4. Dexamethasone 2 x 1 amp,iv. 5. Cimetidin 3 x 1 amp,iv. 6. Novalgin 3 x 1 amp,iv. 7. Neurobion 1 x 1 amp, IM. 8. Paracetamol 3 x 500 mg. 9. OAT : • Rifampisin : 1 x 450 mg. • INH : 1 x 300 mg. • Pyrazinamide : 1 x 1000 mg. tanda tangan mahasiswa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi klien tersebut, serta luaran/output yang diharapkan (SLKI) dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan kesadaran berhubungan dengan proses penyakit (TB Milier)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi pada saluran napas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan disfungsi neuromuskular
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas usus
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Kesadaran:
- Klien menunjukkan peningkatan kesadaran yang progresif
- Klien mempertahankan nilai GCS dalam batas normal
- Klien menunjukkan respons yang adekuat terhadap stimulasi
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Klien menunjukkan jalan napas yang paten
- Klien mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
- Klien menunjukkan pola napas yang adekuat
3. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi baru
- Tanda-tanda infeksi menurun
- Hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal
4. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Klien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi
- Klien mampu melakukan pergerakan anggota gerak secara mandiri
- Klien menunjukkan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
5. Konstipasi:
- Klien dapat buang air besar secara teratur
- Klien menunjukkan peningkatan frekuensi buang air besar
- Klien menunjukkan penurunan keluhan konstipasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Kesadaran:
- Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis klien secara berkala
- Berikan stimulasi sesuai kondisi klien untuk meningkatkan kesadaran
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengelola penurunan kesadaran
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Bersihkan jalan napas klien menggunakan suction atau batuk efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih klien melakukan batuk efektif dan teknik pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi inhalasi atau nebulizer
3. Risiko Infeksi:
- Lakukan pencegahan infeksi sesuai prosedur
- Monitor tanda-tanda infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik dan imunosupresan
4. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Bantu klien melakukan latihan pergerakan anggota gerak secara bertahap
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan klien
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
5. Konstipasi:
- Tingkatkan asupan cairan dan serat pada diet klien
- Berikan laksatif atau suppositoria sesuai indikasi
- Bantu klien melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai
Penjelasan tersebut disampaikan dengan tone akademis dan persona pakar dalam bidang keperawatan.