Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21319 | 01 Sep 2025
Klinis : Tn. P usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan luka bakar seluruh tubuh. Kejadian berawal ketika ada ledakan kompor minyak tanah saat memasak, Tn.P mencoba menyiram dengan air tetapi api dengan cepat membesar dan menyambar Tn.P. klien mengeluh nyeri pada area luka bakar dan merasa agak sesak. Hasil pemeriksaan ditemukan luka bakar grade II-III di regio thorak abdomen 28%, kemerahan dan nyeri tekan. Di region ekstremitas atas terdapat luka bakar grade II dengan luas 14% dan nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah terdapat luka bakar grade II dengan luas 22%, kemerahan dan terasa nyeri. TD: 130/85 mmHg, N: 87x/ menit, RR: 26x/ menit, Suhu: 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 gr/dl, Ht: 21, Leukosit: 10.800 mg/dl, Trombosit: 280.000 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. P.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perubahan Integritas Kulit (00047)
- Ditandai dengan adanya luka bakar grade II-III pada 28% regio torak abdomen, 14% ekstremitas atas, dan 22% ekstremitas bawah.
- Faktor yang berkontribusi adalah paparan api pada saat ledakan kompor minyak tanah.
2. Nyeri Akut (00132)
- Ditandai dengan keluhan nyeri pada area luka bakar, kemerahan, dan nyeri tekan.
- Faktor yang berkontribusi adalah adanya kerusakan jaringan akibat luka bakar.
3. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- Ditandai dengan keluhan sesak nafas.
- Faktor yang berkontribusi adalah luas luka bakar pada torak yang dapat menyebabkan edema dan penurunan fungsi paru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Luka Bakar (1103)
- Indikator: Kemerahan, eksudat, dan ukuran luka bakar
- Kriteria hasil: Luas luka bakar berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
2. Kontrol Nyeri (1605)
- Indikator: Intensitas nyeri dan tingkat kenyamanan
- Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri terkontrol dan merasa nyaman.
3. Status Pernapasan (0415)
- Indikator: Frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan saturasi oksigen
- Kriteria hasil: Frekuensi pernapasan normal, irama pernapasan teratur, dan saturasi oksigen adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Luka Bakar (3540)
- Pengkajian luka bakar
- Perawatan luka bakar
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Pemberian terapi topikal
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Pengkajian nyeri
- Pemberian analgesik
- Terapi komplementer (distraksi, relaksasi, terapi es/hangat)
- Evaluasi efektivitas intervensi
3. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Pemantauan status pernapasan
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Latihan pernapasan
- Manajemen edema
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kondisi Tn. P adalah risiko perubahan integritas kulit, nyeri akut, dan gangguan pertukaran gas. Luaran/output yang diharapkan adalah penyembuhan luka bakar, kontrol nyeri, dan status pernapasan yang membaik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen luka bakar, manajemen nyeri, dan manajemen jalan napas untuk mencapai tujuan tersebut. Intervensi dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan kondisi klien, tanda-tanda vital, dan hasil pemeriksaan laboratorium. -
Article No. 21320 | 01 Sep 2025
Klinis : Tn. P usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan luka bakar seluruh tubuh. Kejadian berawal ketika ada ledakan kompor minyak tanah saat memasak, Tn.P mencoba menyiram dengan air tetapi api dengan cepat membesar dan menyambar Tn.P. klien mengeluh nyeri pada area luka bakar dan merasa agak sesak. Hasil pemeriksaan ditemukan luka bakar grade II-III di regio thorak abdomen 28%, kemerahan dan nyeri tekan. Di region ekstremitas atas terdapat luka bakar grade II dengan luas 14% dan nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah terdapat luka bakar grade II dengan luas 22%, kemerahan dan terasa nyeri. TD: 130/85 mmHg, N: 87x/ menit, RR: 26x/ menit, Suhu: 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 gr/dl, Ht: 21, Leukosit: 10.800 mg/dl, Trombosit: 280.000 mg/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T30.3
- Deskripsi: Luka bakar tidak ditentukan tingkatnya, melibatkan 20-29% permukaan tubuh
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Debridemen luka bakar, kulit dan subkutan
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T30.3 menggambarkan kondisi Tn. P, yaitu luka bakar yang tidak ditentukan tingkatnya (campuran derajat II dan III) dan melibatkan 20-29% permukaan tubuh. Hal ini sesuai dengan temuan pemeriksaan fisik yang menunjukkan luka bakar grade II-III pada regio toraks abdomen (28%), ekstremitas atas (14%), dan ekstremitas bawah (22%).
2. Kode ICD-9-CM 93.57 menunjukkan tindakan debridemen luka bakar pada kulit dan subkutan yang mungkin dilakukan sebagai bagian dari penanganan luka bakar pada pasien. Debridemen diperlukan untuk membersihkan dan menyiapkan luka bakar agar dapat dilakukan perawatan lanjutan.
Berdasarkan data laboratorium, ditemukan peningkatan jumlah leukosit (10.800 mg/dl) yang dapat menunjukkan adanya respons inflamasi akibat luka bakar yang luas. Selain itu, penurunan nilai hematokrit (21%) dapat mengindikasikan adanya kehilangan cairan dan darah akibat luka bakar. Pemantauan keadaan umum dan status cairan pasien serta pemberian terapi cairan dan manajemen luka bakar yang tepat menjadi sangat penting dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 21321 | 01 Sep 2025
Klinis : Tn. P usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan luka bakar seluruh tubuh. Kejadian berawal ketika ada ledakan kompor minyak tanah saat memasak, Tn.P mencoba menyiram dengan air tetapi api dengan cepat membesar dan menyambar Tn.P. klien mengeluh nyeri pada area luka bakar dan merasa agak sesak. Hasil pemeriksaan ditemukan luka bakar grade II-III di regio thorak abdomen 28%, kemerahan dan nyeri tekan. Di region ekstremitas atas terdapat luka bakar grade II dengan luas 14% dan nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah terdapat luka bakar grade II dengan luas 22%, kemerahan dan terasa nyeri. TD: 130/85 mmHg, N: 87x/ menit, RR: 26x/ menit, Suhu: 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 gr/dl, Ht: 21, Leukosit: 10.800 mg/dl, Trombosit: 280.000 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. P yang mengalami luka bakar seluruh tubuh, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kode 00132
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kode 1605, 1609
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kode 3440, 3660, 6040
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Kode 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis
- SLKI: Kode 0005, 0206, 0208
- SIKI: Kode 0200, 0202, 0203
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Kode 00004
- Definisi: Peningkatan risiko terserang organisme patogen
- SLKI: Kode 1101, 1102, 1910
- SIKI: Kode 6550, 6680, 7920
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Kode 00118
- Definisi: Gangguan persepsi tentang penampilan fisik seseorang
- SLKI: Kode 1200, 1201, 1202
- SIKI: Kode 5220, 5250, 5400
Penjelasan singkat dari masing-masing diagnosa keperawatan tersebut:
1. Nyeri Akut: Klien mengalami nyeri pada area luka bakar yang perlu segera diatasi.
2. Intoleransi Aktivitas: Klien mengalami keterbatasan fisik akibat luka bakar sehingga terjadi gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi: Luka bakar yang luas meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada klien, sehingga perlu pencegahan dan penanganan yang tepat.
4. Gangguan Citra Tubuh: Klien kemungkinan akan mengalami gangguan persepsi terhadap penampilan fisiknya akibat luka bakar yang terjadi. -
Article No. 21322 | 01 Sep 2025
Klinis : Tn. P usia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan luka bakar seluruh tubuh. Kejadian berawal ketika ada ledakan kompor minyak tanah saat memasak, Tn.P mencoba menyiram dengan air tetapi api dengan cepat membesar dan menyambar Tn.P. klien mengeluh nyeri pada area luka bakar dan merasa agak sesak. Hasil pemeriksaan ditemukan luka bakar grade II-III di regio thorak abdomen 28%, kemerahan dan nyeri tekan. Di region ekstremitas atas terdapat luka bakar grade II dengan luas 14% dan nyeri tekan. Pada ekstremitas bawah terdapat luka bakar grade II dengan luas 22%, kemerahan dan terasa nyeri. TD: 130/85 mmHg, N: 87x/ menit, RR: 26x/ menit, Suhu: 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 gr/dl, Ht: 21, Leukosit: 10.800 mg/dl, Trombosit: 280.000 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn. P:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum akibat luka bakar yang luas.
Kondisi Tn. P dengan luka bakar yang mencakup 64% luas permukaan tubuh dapat menyebabkan kelemahan umum dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar.
Tn. P mengalami nyeri yang signifikan pada area luka bakar di regio thorak, abdomen, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit akibat luka bakar.
Luka bakar yang luas pada Tn. P dapat meningkatkan risiko infeksi karena kerusakan pada integritas kulit sebagai barier pertahanan tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas dasar sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal.
- Klien dapat beradaptasi secara bertahap terhadap peningkatan aktivitas.
2. Nyeri Akut:
- Klien dapat mengenali faktor-faktor yang memicu nyeri.
- Klien dapat mengatasi nyeri menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Klien dapat mempertahankan toleransi terhadap aktivitas yang menyebabkan nyeri.
3. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka bakar.
- Klien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri.
- Klien dan keluarga dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan melaporkannya secara tepat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap sesuai dengan kondisi klien.
- Libatkan keluarga dalam perawatan aktivitas klien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas.
2. Nyeri Akut:
- Kaji karakteristik nyeri klien (lokasi, intensitas, durasi, dan faktor pemicu).
- Berikan manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri mandiri kepada klien dan keluarga.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk optimalisasi penatalaksanaan nyeri.
3. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka bakar secara aseptik dan teratur.
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka bakar.
- Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka bakar secara mandiri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk penanganan infeksi, jika diperlukan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi Tn. P dengan luka bakar yang luas. Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pemulihan Tn. P secara optimal. -
Article No. 21323 | 01 Sep 2025
Klinis : hemophilia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis hemofilia, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: D66
- Deskripsi: Hemofilia A (faktor VIII defisiensi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian faktor pembekuan darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 D66 digunakan untuk menggambarkan hemofilia A, yang merupakan gangguan perdarahan herediter yang disebabkan oleh defisiensi faktor VIII, salah satu faktor pembekuan darah. Hemofilia A adalah jenis hemofilia yang paling umum.
2. Kode ICD-9-CM 99.02 merujuk pada pemberian faktor pembekuan darah, yang merupakan salah satu terapi utama untuk mengelola episode perdarahan pada pasien dengan hemofilia. Faktor pembekuan darah dapat diberikan melalui infus atau injeksi untuk membantu mempertahankan kadar faktor pembekuan yang memadai dan mencegah atau mengendalikan episode perdarahan.
Penanganan hemofilia biasanya melibatkan terapi penggantian faktor pembekuan, profilaksis untuk mencegah episode perdarahan, dan pengelolaan komplikasi terkait seperti artropati hemofilik. Kode ICD-9-CM lain yang mungkin terkait adalah 99.04 (Pemberian antihemofilia faktor) dan 99.06 (Pemberian faktor pembekuan lainnya). -
Article No. 21324 | 01 Sep 2025
Klinis : Resiko cedera pada ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\par
\b Kode SDKI:\b0 D.0016\par
\b Diagnosis:\b0 Risiko Cedera\par
\b Definisi:\b0 Rentan terhadap cedera fisik akibat kondisi lingkungan atau karakteristik individu, yang dapat membahayakan kesehatan.\par
\par
\b PENJELASAN SINGKAT\par
\par
\b 1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 D.0016\par
\b - Diagnosis:\b0 Risiko Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat terjadi akibat faktor internal atau eksternal, seperti kondisi kesehatan ibu, lingkungan, atau praktik perawatan yang tidak aman. Pada konteks ibu, hal ini dapat mencakup risiko jatuh, komplikasi persalinan, atau efek samping pengobatan.\par
\b - Faktor Risiko (Contoh):\b0 Gangguan mobilitas, ketidakseimbangan nutrisi, penggunaan alat medis, atau riwayat kesehatan yang kompleks.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 L.14016\par
\b - Luaran:\b0 Perilaku Pencegahan Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Kemampuan klien untuk mengenali, menghindari, dan mengurangi faktor risiko cedera. Pada ibu, luaran ini diharapkan mencakup pemahaman tentang tindakan pencegahan, seperti menghindari aktivitas berbahaya, mematuhi anjuran kesehatan, dan menggunakan alat bantu dengan benar.\par
\b - Indikator (Contoh):\b0 Klien mengidentifikasi faktor risiko cedera, menerapkan tindakan pencegahan, dan melaporkan insiden cedera secara tepat waktu.\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0\par
\b - Kode:\b0 I.11270\par
\b - Intervensi:\b0 Pencegahan Cedera\par
\b - Definisi:\b0 Tindakan keperawatan untuk meminimalkan risiko cedera pada klien melalui pengkajian, edukasi, dan modifikasi lingkungan. Pada ibu, intervensi dapat mencakup pemantauan tanda vital, edukasi tentang keselamatan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan.\par
\b - Aktivitas (Contoh):\b0 Mengkaji faktor risiko cedera, memberikan edukasi tentang pencegahan jatuh, memastikan lingkungan aman (misalnya, lantai tidak licin), dan memantau kepatuhan terhadap pengobatan.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosis dan intervensi harus disesuaikan dengan kondisi spesifik ibu melalui pengkajian menyeluruh, mengacu pada pedoman PPNI dan evidence-based practice.\par
} -
Article No. 21325 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta kodenya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Gangguan Menelan (00103)
d. Risiko Infeksi (00004)
e. Gangguan Citra Tubuh (00118)
f. Gangguan Tidur (00198)
g. Defisit Perawatan Diri (00108)
h. Kecemasan (00146)
2. Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: Kerusakan struktur dan fungsi kulit
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Luka
- Kode: 10015
b. Nyeri Akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
- Kode: 10020
c. Gangguan Menelan (00103)
- SDKI: Kesulitan dalam memindahkan makanan atau cairan dari mulut ke dalam lambung
- SLKI: Manajemen Disfagia
- SIKI: Manajemen Disfagia
- Kode: 10008
d. Risiko Infeksi (00004)
- SDKI: Peningkatan risiko terpapar oleh agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
- Kode: 10003
e. Gangguan Citra Tubuh (00118)
- SDKI: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh
- SIKI: Konseling Citra Tubuh
- Kode: 10013
f. Gangguan Tidur (00198)
- SDKI: Pengalaman terganggunya kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi normal
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
- Kode: 10022
g. Defisit Perawatan Diri (00108)
- SDKI: Ketidakmampuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
- SLKI: Peningkatan Perawatan Diri
- SIKI: Perawatan Diri
- Kode: 10011
h. Kecemasan (00146)
- SDKI: Respon terhadap ancaman yang diyakini atau dinilai akan menimbulkan bahaya
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
- Kode: 10018
Tone: Akademis, Persona: Pakar perawat -
Article No. 21326 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
2. Nyeri Akut (00132)
3. Gangguan Makan (00002)
4. Gangguan Tidur (00198)
5. Ansietas (00146)
6. Risiko Infeksi (00004)
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Luaran: Pemulihan Integritas Kulit
- Kriteria Hasil: Kulit pulih, tidak ada lesi, nyeri berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Nyeri Akut (00132):
- Luaran: Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, mampu menggunakan strategi manajemen nyeri, tidak ada tanda-tanda distres fisik akibat nyeri
3. Gangguan Makan (00002):
- Luaran: Intake Nutrisi
- Kriteria Hasil: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan yang signifikan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Gangguan Tidur (00198):
- Luaran: Kualitas Tidur
- Kriteria Hasil: Pasien tidur dengan nyenyak, tidak terbangun oleh nyeri, bangun merasa segar
5. Ansietas (00146):
- Luaran: Kontrol Ansietas
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan cemas berkurang, mampu menggunakan strategi koping yang efektif, perilaku terkendali
6. Risiko Infeksi (00004):
- Luaran: Kontrol Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu, hasil pemeriksaan laboratorium normal
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247):
- Luaran: Integritas Selaput Mukosa
- Kriteria Hasil: Mukosa mulut dan mata pulih, tidak ada nyeri, tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Perawatan Luka
- Manajemen Kulit
- Peningkatan Perfusi Jaringan
2. Nyeri Akut (00132):
- Manajemen Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Distraksi
3. Gangguan Makan (00002):
- Dukungan Nutrisi
- Konsultasi Gizi
- Peningkatan Intake Cairan
4. Gangguan Tidur (00198):
- Manajemen Tidur
- Terapi Relaksasi
- Pengaturan Lingkungan Tidur
5. Ansietas (00146):
- Manajemen Ansietas
- Terapi Kognitif
- Dukungan Emosional
6. Risiko Infeksi (00004):
- Pencegahan Infeksi
- Perawatan Luka
- Pemantauan Tanda-tanda Infeksi
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247):
- Perawatan Mukosa
- Manajemen Nyeri Mulut
- Peningkatan Intake Cairan
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046): Kerusakan struktur dan fungsi kulit sebagai akibat dari reaksi alergi obat. Ditandai dengan adanya ruam, lepuhan, dan erosi pada kulit yang luas.
2. Nyeri Akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan kulit dan mukosa yang sangat luas dan menyeluruh.
3. Gangguan Makan (00002): Ketidakmampuan pasien untuk makan atau minum yang cukup akibat adanya lesi di mulut dan tenggorokan, serta penurunan nafsu makan.
4. Gangguan Tidur (00198): Ketidakmampuan pasien untuk tidur atau mempertahankan tidur yang adekuat akibat nyeri kulit dan mukosa yang hebat.
5. Ansietas (00146): Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami pasien terkait perubahan penampilan dan citra diri akibat kerusakan kulit yang luas.
6. Risiko Infeksi (00004): Adanya potensi masuknya agen patogen ke dalam tubuh pasien melalui luka kulit dan mukosa yang terbuka.
7. Risiko Perubahan Integritas Selaput Mukosa (00247): Adanya potensi kerusakan pada mukosa mata, mulut, dan genital akibat reaksi alergi obat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Diharapkan kulit pasien dapat pulih, tidak ada lesi, nyeri berkurang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kontrol Nyeri: Diharapkan pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mampu menggunakan strategi manajemen nyeri, dan tidak ada tanda-tanda distres fisik akibat nyeri.
3. Intake Nutrisi: Diharapkan asupan nutrisi pasien adekuat, tidak ada penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
4. Kualitas Tidur: Diharapkan pasien dapat tidur dengan nyenyak, tidak terbangun oleh nyeri, dan bangun merasa segar.
5. Kontrol Ansietas: Diharapkan pasien melaporkan cemas berkurang, mampu menggunakan strategi koping yang efektif, dan perilaku terkendali.
6. Kontrol Infeksi: Diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu, dan hasil pemeriksaan laboratorium normal.
7. Integritas Selaput Mukosa: Diharapkan mukosa mulut dan mata pulih, tidak ada nyeri, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046):
- Perawatan Luka: Membersihkan, menutup, dan memfasilitasi penyembuhan luka.
- Manajemen Kulit: Menjaga kelembapan kulit, mencegah kerusakan, dan memperbaiki integritas kulit.
- Peningkatan Perfusi Jaringan: Memastikan perfusi jaringan yang adekuat untuk mempercepat penyembuhan.
2. Nyeri Akut (00132):
- Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memantau respon terhadap analgesik, dan mengajarkan strategi manajemen nyeri.
- Pemb -
Article No. 21327 | 01 Sep 2025
Klinis : pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dan kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit (SDKI: 13017)
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Kode SDKI: 13017
- Kode SLKI: LS005
- Kode SIKI: K0053
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (SDKI: 13047)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Kode SDKI: 13047
- Kode SLKI: LK001
- Kode SIKI: N0131
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (SDKI: 13052)
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Kode SDKI: 13052
- Kode SLKI: LK005
- Kode SIKI: K0057
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh (SDKI: 13009)
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi fisik.
- Kode SDKI: 13009
- Kode SLKI: LK007
- Kode SIKI: P0023
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas (SDKI: 13004)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang disadari, ditandai dengan ketegangan, kekhawatiran, dan gejala fisik.
- Kode SDKI: 13004
- Kode SLKI: LK002
- Kode SIKI: P0010
Catatan:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia -
Article No. 21328 | 01 Sep 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan bab cair lebih dari 6x dalam 24jam, mual dan muntah dengan nyeri perut menjalar ke ulu hati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Diare Akut. Diare akut didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses menjadi cair dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Pasien mengalami diare cair lebih dari 6 kali dalam 24 jam, disertai dengan mual, muntah, dan nyeri perut menjalar ke ulu hati, yang merupakan tanda-tanda dan gejala dari diare akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit yang membaik, seperti turgor kulit yang baik, mukosa lembab, dan tidak mengalami dehidrasi.
2. Kontrol gejala: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi diare, tidak lagi mengalami mual dan muntah, serta berkurangnya nyeri perut.
3. Pengetahuan tentang diare: Pasien dan keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan diare akut.
4. Kemampuan untuk merawat diri: Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan perawatan diri terkait diare, seperti menjaga kebersihan, mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat, dan mengenali tanda-tanda komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Memantau intake dan output cairan pasien
- Menghitung kebutuhan cairan berdasarkan status hidrasi pasien
- Memberikan cairan intravena atau oral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
- Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi dan electrolyte imbalance
2. Manajemen Gejala
- Memberikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah
- Memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri perut
- Menganjurkan diet rendah serat dan mudah dicerna
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan diare akut
- Mengajarkan teknik mencuci tangan yang benar
- Memberikan informasi tentang tanda-tanda komplikasi yang memerlukan konsultasi medis
4. Dukungan Psikologis
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga
- Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
- Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab mengenai kondisi pasien
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan kondisi, kontrol gejala, peningkatan pengetahuan, dan kemampuan untuk merawat diri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut.