Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12490 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Asuhan Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak:
- Riwayat trauma atau pengalaman buruk anak dengan lingkungan rumah sakit dan prosedur medis
- Tingkat kecemasan dan ketakutan anak terhadap petugas kesehatan dengan seragam putih
- Pola perilaku anak saat dihadapkan dengan prosedur medis invasif
- Strategi koping yang digunakan oleh anak dan keluarga dalam menghadapi situasi stres
- Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga, terutama ibu
b. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan SDKI):
Takut berhubungan dengan trauma masa lalu akibat perawatan di rumah sakit sebelumnya, ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibu, dan menolak pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
c. Rencana Tindakan:
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan:
- Melibatkan ibu untuk menemani anak selama prosedur
- Menggunakan pendekatan yang menenangkan, seperti distraksi dan bermain
- Memberikan pujian dan penghargaan saat anak kooperatif
2. Membangun komunikasi yang efektif:
- Menjalin rapport dan kepercayaan dengan anak dan keluarga
- Menjelaskan prosedur dan tindakan secara sederhana dan bertahap
- Memastikan anak siap sebelum melakukan tindakan
3. Manajemen nyeri dan kecemasan:
- Menggunakan teknik relaksasi dan pernafasan
- Memberikan obat analgesik dan sedatif sesuai indikasi
- Melakukan terapi bermain sebelum dan selama tindakan
Rasionalisasi:
Pendekatan yang holistik dan berpusat pada anak serta keluarga diharapkan dapat mengurangi kecemasan dan rasa takut anak, sehingga prosedur medis dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.
d. Evaluasi Tujuan (SLKI):
1. Anak menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan selama prosedur, seperti menangis berkurang, rileks, dan kooperatif.
2. Anak dan keluarga menyatakan rasa nyaman dan kepuasan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
e. Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi anak
2. Komunikasi Terapeutik: Membangun komunikasi yang efektif dengan anak dan keluarga
3. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri dan kecemasan anak selama prosedur
4. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi dan dukungan kepada anak dan keluarga
Penerapan evidence-based practice pada intervensi di atas, seperti penggunaan distraksi, terapi bermain, dan teknik relaksasi, telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan anak selama prosedur medis. -
Article No. 12491 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Penyelesaian Masalah Keperawatan
A. Data Kajian Kondisi Psikologis Anak
Berdasarkan informasi yang diberikan, terlihat bahwa anak A, berusia 6 tahun, mengalami trauma terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan. Anak A pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah dan mendapatkan tindakan invasif seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah berkali-kali. Selama perawatan sebelumnya, anak A juga menyatakan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Hal ini menyebabkan anak A mengalami rasa takut, cemas, dan stres terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan.
B. Rumusan Masalah (Diagnosis Keperawatan)
Berdasarkan data kasus, dapat dirumuskan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Kecemasan berhubungan dengan trauma masa lalu terkait lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan, ditandai dengan menangis kuat, memeluk erat ibunya, dan tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Untuk mengatasi masalah kecemasan yang dialami oleh anak A, perawat dapat menerapkan prinsip-prinsip keperawatan anak dan evidence-based practice (EBP) sebagai berikut:
1. Komunikasi Terapeutik
- Perawat membangun rapport dan kepercayaan dengan anak dan keluarga melalui pendekatan yang ramah, empati, dan memahami kondisi anak.
- Perawat memberikan penjelasan secara sederhana dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak mengenai tindakan yang akan dilakukan.
- Perawat melibatkan orang tua dalam proses perawatan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
2. Distraksi dan Relaksasi
- Perawat mengalihkan perhatian anak dengan permainan, cerita, atau aktivitas yang menyenangkan selama prosedur dilakukan.
- Perawat mengajarkan teknik relaksasi sederhana, seperti pernafasan dalam, kepada anak dan keluarga untuk membantu mengurangi kecemasan.
3. Pendekatan Farmakologis
- Perawat dapat berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan, seperti anxiolitik atau analgesik, untuk membantu mengurangi kecemasan dan nyeri yang dialami anak.
4. Manajemen Lingkungan
- Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman dan ramah anak, seperti menggunakan warna-warna cerah, permainan, dan dekorasi yang menarik.
- Perawat meminimalkan paparan anak terhadap stimulus yang dapat memicu kecemasan, seperti alat-alat medis atau pakaian putih.
D. Evaluasi Tujuan
Dengan penerapan rencana tindakan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada anak, diharapkan anak A dapat menunjukkan penurunan kecemasan dan menerima tindakan pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena dengan lebih tenang dan kooperatif. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengobservasi tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku anak selama prosedur berlangsung. Selain itu, feedback dari anak dan keluarga juga dapat menjadi indikator keberhasilan intervensi yang diterapkan. -
Article No. 12492 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Ny. N mengalami diagnosa keperawatan Kecemasan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan bersifat subjektif.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan bersifat subjektif.
- Karakteristik Definisi: Gelisah, khawatir, takut, tegang, panik, sulit konsentrasi, gangguan tidur, perubahan tanda-tanda vital.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran: Tingkat kecemasan menurun.
- Kriteria Hasil: Mampu mengidentifikasi sumber kecemasan, melakukan strategi koping yang efektif, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi: Manajemen kecemasan.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan, ajarkan teknik relaksasi, berikan dukungan emosional, libatkan keluarga, kolaborasi pemberian obat antiansietas jika diperlukan.
Dalam kasus ini, pasien Ny. N mengalami kecemasan yang berlebihan terkait pandemi COVID-19. Kecemasan ini disebabkan oleh pekerjaannya sebagai perawat dan baru memiliki anak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengelola kecemasan melalui teknik relaksasi, memberikan dukungan emosional, melibatkan keluarga, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 12493 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Ny. N adalah:
1. Kecemasan Akut
Definisi: Respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan Akut adalah diagnosa keperawatan yang ditetapkan ketika klien menunjukkan respon emosional dan fisik yang tidak menyenangkan terhadap sumber atau penyebab yang tidak diketahui atau dianggap membahayakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, dapat beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan kecemasan, dan dapat mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, terapi spiritual, manajemen ansietas, dan konseling.
Berdasarkan kasus Ny. N, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan Akut, karena Ny. N menunjukkan gejala kecemasan yang berlebihan akibat pandemi COVID-19 dan pekerjaannya sebagai perawat yang membuatnya khawatir tertular virus dan berdampak pada anak serta keluarganya. -
Article No. 12494 | 18 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. N berumur 29 tahun jenis kelamin perempuan dan beragama islam. Pekerjaan pasien sebagai seorang perawat di RS Sultan Agung Semarang. Pendidikan terakhir pasien yaitu D3 keperawatan, status pernikahan, pasien sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Klien akhir-akhir ini sering mengalami cemas yang berlebihan akibat pandemi Covid-19. Cemas tersebut disebabkan karena klien saat ini bekerja sebagai perawat dan klien baru 1 bulan mempunyai anak. Klien sangat cemas karena takut tertular virus dan berpengaruh pada anak dan keluarganya. Ketika klien mengalami kecemasan, klien selalu memikirkan hal hal yang positif dan menceritakan masalahnya kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan. Klien juga mengatakan bahwa untuk mengatasi rasa cemas klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu, sholat tahajud dan berdo’a. Klien mengatakan bahwa ketika selesai sholat, klien merasa lebih tenang. Sebelumnya klien belum pernah mengalami cemas yang seperti ini. Akibat dari kecemasan yang dialaminya, klien jadi lebih sering emosi, marah-marah tidak jelas, ketika diajak berbicara tingkat konsentrasi klien kurang fokus dan masih sering mengalihkan pembicaraan Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/80 mm/Hg, RR:24x/menit, N: 80x/menit, BB:45 kg, TB: 150 cm, bentuk kepala: Masochepal, Rambut berwarna hitam, lurus dan bersih. Kulit sawo matang kulit tampak bersih dan tidak ada luka atau lebam, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris dan bersih,penampilan terlihat rapi, bersih dan klien mengatakan masih suka berhias dan memakai parfum. Gigi tampak bersih dan rapi, tidak ada gangguan menelan, tidak ada kesulitan bicara, tidak ada bau mulut, leher tidak terdapat benjolan / nyeri tekan. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis mengenai kondisi pasien Ny. N beserta diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan (00146). Pasien Ny. N mengalami kecemasan yang berlebihan terkait pandemi COVID-19 dan dampaknya bagi dirinya serta keluarganya. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala kecemasan yang dialami pasien, seperti sering emosi, marah-marah tanpa alasan jelas, konsentrasi yang kurang fokus, dan sering mengalihkan pembicaraan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402): Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang terkendali, seperti menunjukkan tanda-tanda relaksasi, mampu menggunakan teknik koping yang efektif, dan dapat mengenali serta mengungkapkan perasaan cemas.
2. Kontrol Emosi (1402): Pasien dapat menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai, mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi dengan tepat, serta dapat mengendalikan respon emosional yang tidak tepat.
3. Motivasi (1209): Pasien dapat menunjukkan semangat dan dorongan untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas perawatan diri dan pekerjaan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820):
a. Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
b. Bantu pasien mengembangkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, meditasi, atau yoga.
c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas dan khawatirnya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi psikologis jika diperlukan.
2. Peningkatan Kontrol Emosi (5380):
a. Identifikasi pola respons emosional pasien.
b. Ajarkan teknik manajemen emosi, seperti mengenali dan mengungkapkan emosi dengan tepat.
c. Dorong pasien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi yang dirasakan.
d. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengendalikan respons emosional yang tidak tepat.
3. Peningkatan Motivasi (5270):
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi pasien.
b. Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan diri dan pekerjaan.
c. Berikan umpan balik positif atas upaya dan pencapaian pasien.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi pada pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada kecemasan, kontrol emosi, serta peningkatan motivasi, diharapkan pasien Ny. N dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang diharapkan, yaitu tingkat kecemasan yang terkendali, kontrol emosi yang membaik, dan motivasi yang meningkat. Hal ini akan membantu pasien untuk dapat mengelola kecemasan dan menjalankan peran serta tanggung jawabnya dengan lebih baik. -
Article No. 12495 | 18 Feb 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak Tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya atisk tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah. dau pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat kesiapan anak dalam menerima tindakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan intus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas Mahasiswa membuat mencakup. laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut 9. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus rasionalisasi dari tindakan tersebut c. Reneana tindakan untuk mengatasi masalah ((kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan d. Evaluasi tujuan vang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis terkait kasus yang Anda sampaikan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak:
- Riwayat trauma anak terhadap lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan, terutama terkait prosedur invasif yang pernah dilakukan sebelumnya.
- Respon anak saat ini, seperti menangis kuat, memeluk erat ibu, dan tidak mau diperiksa oleh petugas kesehatan.
- Kesiapan anak dalam menerima tindakan selama perawatan.
- Persepsi anak terhadap petugas kesehatan yang sering melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik.
b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) sesuai kasus:
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah "Kecemasan berhubungan dengan pengalaman traumatik di rumah sakit sebelumnya".
c. Rencana tindakan untuk mengatasi masalah:
1. Menggunakan prinsip keperawatan anak, yaitu pendekatan yang ramah, bermain, dan komunikasi yang sesuai dengan usia anak.
2. Menerapkan evidence-based practice, yaitu:
- Memberikan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak tentang tindakan yang akan dilakukan.
- Melibatkan orang tua (ibu) dalam proses perawatan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
- Menggunakan teknik distraksi, seperti bermain atau bercerita, selama prosedur invasif dilakukan.
- Memastikan lingkungan rumah sakit yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak.
- Membangun komunikasi yang baik dan empati dengan anak.
d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai:
Setelah dilakukan rencana tindakan, diharapkan anak dapat:
- Menunjukkan penurunan tingkat kecemasan yang ditandai dengan menurunnya tangisan dan perilaku menolak pemeriksaan.
- Kooperatif selama prosedur pemasangan infus dan pengambilan darah vena dilakukan.
- Menunjukkan respon positif terhadap petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit.
Kesimpulannya, penanganan yang komprehensif dan berpusat pada anak, dengan melibatkan orang tua dan menerapkan evidence-based practice, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kecemasan yang dialami anak. -
Article No. 12496 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Z00.1
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan rutin anak
a. Diagnosis keperawatan:
- Perilaku Sehat: Kondisi anak dalam keadaan baik, tidak demam atau sakit, menunjukkan perilaku sehat yang dapat dipertahankan.
b. Pada kunjungan ini, jenis imunisasi yang akan diberikan adalah:
- Imunisasi Pentavalen (DPT-HB-Hib): 1 dosis
c. Cara pemberian dan lokasi:
- Rute pemberian: Intramuskular (IM)
- Lokasi pemberian: Otot deltoid (lengan atas)
d. Efek samping:
- Reaksi lokal: Nyeri, kemerahan, bengkak di tempat suntikan
- Reaksi umum: Demam, malaise, iritabilitas
e. Edukasi kepada ibu:
- Pemantauan tanda-tanda efek samping setelah imunisasi
- Penanganan efek samping dengan kompres hangat, pemberian parasetamol
- Jadwal imunisasi selanjutnya dan pentingnya mengikuti jadwal imunisasi
f. SOP Pemberian Imunisasi Pentavalen:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Identifikasi pasien dengan meminta nama dan tanggal lahir
4. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga
5. Bersihkan area penyuntikan dengan alkohol 70%
6. Tarik kulit dan lakukan penyuntikan secara IM di otot deltoid
7. Tekan area penyuntikan dengan kapas kering
8. Buang alat bekas pakai sesuai prosedur
9. Catat tindakan dan observasi pasca penyuntikan
2. Jenis Imunisasi Dasar Lainnya:
- BCG (Bacille Calmette-Guérin): Dosis 0,05 mL, Subkutan, di lengan atas
- Polio (OPV atau IPV): 4 dosis, Oral atau Intramuskular, di paha
- Campak: 2 dosis, Subkutan, di lengan atas
- Hepatitis A: 2 dosis, Intramuskular, di lengan atas
3. Perbedaan Imunisasi Polio Oral (OPV) dan Inactivated Polio Vaccine (IPV):
Imunisasi Polio Oral (OPV):
- Mengandung virus polio hidup yang dilemahkan
- Pemberian melalui mulut (oral)
- Dapat menimbulkan risiko infeksi virus polio vaccine-derived (cVDPV)
- Praktis dan mudah diberikan
Imunisasi Polio Inaktif (IPV):
- Mengandung virus polio yang telah diinaktivasi
- Pemberian melalui suntikan (Intramuskular)
- Tidak menimbulkan risiko infeksi virus polio vaccine-derived
- Lebih aman, namun membutuhkan tenaga kesehatan terlatih untuk pemberian
Saat ini, sebagian besar negara telah beralih dari OPV ke IPV untuk imunisasi polio, karena IPV dianggap lebih aman dan efektif dalam mencegah polio. -
Article No. 12497 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah jawaban untuk pertanyaan yang diberikan:
a. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anak perempuan berusia 1 bulan yang datang untuk imunisasi sesuai jadwal adalah:
Diagnosis Keperawatan Wellness/Promosi Kesehatan:
1. Risiko Kesiapan Peningkatan Imunisasi
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang jadwal imunisasi.
- Ditandai dengan adanya riwayat pemberian imunisasi dasar lengkap.
b. Pada kunjungan ini, jenis imunisasi yang akan diberikan adalah Imunisasi DPT-HB-Hib (Difteria, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b) dosis ke-1. Bayi telah mendapatkan imunisasi HB 0 segera setelah lahir.
c. Rute pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah secara intramuskular pada otot deltoid atau anterolateral paha. Lokasi pemberian dilakukan di Puskesmas.
d. Efek samping yang mungkin terjadi dari pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah reaksi lokal seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat suntikan. Selain itu dapat terjadi demam, rewel, dan kehilangan nafsu makan yang biasanya terjadi 1-2 hari setelah imunisasi.
e. Edukasi penting yang perlu disampaikan kepada ibu pasien untuk di rumah adalah:
- Memantau tanda-tanda reaksi imunisasi seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat suntikan serta demam.
- Memberikan obat penurun demam dan kompres hangat jika terjadi demam.
- Memastikan pemberian ASI eksklusif dan nutrisi yang cukup selama pemulihan.
- Menjadwalkan kunjungan ulang untuk imunisasi selanjutnya sesuai jadwal.
- Menjaga kebersihan dan lingkungan yang sehat.
f. SOP Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib:
1. Persiapan alat: suntikan steril, kapas alkohol, plester.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan.
3. Periksa identitas pasien dan pastikan jenis imunisasi yang akan diberikan.
4. Jelaskan prosedur pada pasien/keluarga, dan dapatkan persetujuan.
5. Posisikan pasien dengan nyaman, tahan tungkai jika bayi.
6. Bersihkan area suntikan dengan kapas alkohol, biarkan kering.
7. Lakukan penyuntikan secara intramuskular di otot deltoid atau anterolateral paha.
8. Berikan pembalut atau plester, amati reaksi pasien.
9. Catat tindakan dalam rekam medis pasien.
10. Anjurkan pasien/keluarga untuk memantau reaksi setelah imunisasi.
2. Jenis Imunisasi Dasar Lainnya:
- BCG (Bacille Calmette-Guérin): Diberikan sekali saat lahir atau pada kunjungan pertama, secara intrakutan di lengan kanan.
- Polio (IPV): Diberikan 4 dosis, yaitu saat lahir (Polio 0), usia 2, 4, dan 6 bulan (Polio 1-3), secara suntikan intramuskular.
- Campak: Diberikan 2 dosis, yaitu usia 9 bulan dan 18 bulan, secara suntikan subkutan.
- Varisela: Diberikan 2 dosis, yaitu usia 9-15 bulan dan 4-6 tahun, secara suntikan subkutan.
3. Perbedaan Imunisasi Polio Oral dan IPV (Inactivated Polio Vaccine):
- Polio Oral (OPV) mengandung virus polio yang dilemahkan, diberikan melalui mulut.
- IPV mengandung virus polio yang diinaktivasi, diberikan melalui suntikan intramuskular.
- OPV dapat menimbulkan infeksi polio vaccine-derived, sedangkan IPV tidak.
- OPV lebih mudah diberikan, tetapi memiliki risiko yang lebih tinggi. IPV lebih aman tetapi memerlukan alat suntik dan tenaga yang terlatih.
- Saat ini, Indonesia telah beralih dari OPV ke IPV untuk mencegah infeksi polio vaccine-derived.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Peningkatan Pengetahuan: Pasien/keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang jadwal, manfaat, dan efek samping imunisasi.
- Peningkatan Perilaku Kesehatan: Pasien/keluarga patuh dalam mengikuti jadwal imunisasi dan melakukan pemantauan tanda-tanda reaksi imunisasi.
- Peningkatan Status Imunisasi: Pasien mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai usia dan jadwal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Edukasi tentang pentingnya imunisasi, jadwal, manfaat, dan efek samping.
- Fasilitasi pemberian imunisasi sesuai jadwal.
- Pemantauan tanda-tanda reaksi imunisasi dan penanganannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian imunisasi.
- Konseling dan dukungan psikologis bagi pasien/keluarga.
- Evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 12498 | 18 Feb 2025
Klinis : Anak perempuan, umur 1 bulan, dibawa ibu datang ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Segera setelah lahir bayi telah diberikan imunisasi HB 0. Saat ini anak dalam kondisi baik, tidak demam atau menderita sakit tertentu. . Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya? c. Bagaiamana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya? d . Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut? e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah? f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium 2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah 3. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara imunisasi polio oral dan Inactive Polio Vaccine (IPV)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus di atas? Pikirkan jenis diagnosis kesejahteraan(wellness)/promosi kesehatan
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk anak perempuan berusia 1 bulan ini adalah:
Diagnosis Kesejahteraan (Wellness)/Promosi Kesehatan:
1. Kesiapan Peningkatan Imunisasi
- Definisi: Tahap dalam kontinum kesehatan di mana individu/keluarga/masyarakat memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan imunisasinya yang sudah ada.
- Karakteristik Definisi: Keluarga/individu menunjukkan keinginan untuk menerima imunisasi, memahami pentingnya imunisasi, dan bersedia mengikuti jadwal imunisasi yang direkomendasikan.
Rasional:
Anak ini belum mendapatkan lengkap imunisasi dasar sesuai jadwal, sehingga diagnosis keperawatan yang tepat adalah Kesiapan Peningkatan Imunisasi. Hal ini untuk mendorong ibu agar bersedia dan mampu meningkatkan status imunisasi anaknya sesuai rekomendasi.
b. Pada kunjungan kali ini, jenis imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi dan berapa dosisnya?
Pada kunjungan saat ini, imunisasi yang akan diberikan adalah:
1. Imunisasi DPT-HB-Hib (Difteria, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b)
- Dosis: 1 kali
Alasan:
Berdasarkan informasi bahwa bayi ini telah mendapatkan imunisasi HB-0 segera setelah lahir, maka pada kunjungan ini saatnya untuk mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dosis pertama. Imunisasi ini diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
c. Bagaimana cara rute pemberiannya dan dimana lokasi pemberiannya?
Rute pemberian imunisasi DPT-HB-Hib adalah secara intramuskular (IM) pada otot deltoid atau vastus lateralis paha.
Lokasi pemberian imunisasi dilakukan di Puskesmas, tepatnya di ruang imunisasi atau ruang pelayanan kesehatan anak.
d. Apakah efek samping dari pemberian imunisasi tersebut?
Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian imunisasi DPT-HB-Hib antara lain:
1. Reaksi lokal: nyeri, kemerahan, bengkak di tempat suntikan
2. Reaksi sistemik: demam, rewel, mengantuk, penurunan nafsu makan
Efek samping biasanya timbul dalam 1-3 hari setelah imunisasi dan umumnya ringan serta hilang dalam waktu 1-2 hari.
e. Edukasi apa yang penting anda disampaikan sebagai perawat kepada ibu pasien untuk di rumah?
Edukasi penting yang perlu disampaikan kepada ibu pasien antara lain:
1. Pentingnya kelengkapan imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
2. Jadwal imunisasi selanjutnya yang harus dipenuhi sesuai rekomendasi.
3. Cara mengobservasi dan mengatasi efek samping ringan setelah imunisasi di rumah, seperti kompres dingin di tempat suntikan, berikan parasetamol jika demam, dan tetap berikan ASI.
4. Kapan harus segera membawa bayi kembali ke fasilitas kesehatan jika terjadi efek samping berat.
5. Anjurkan ibu untuk selalu membawa buku catatan imunisasi saat kunjungan selanjutnya.
f. Tuliskan SOP tindakan pemberian salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada anak tersebut, dan praktikan saat bimbingan laboratorium
SOP Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib secara Intramuskular:
1. Persiapan
a. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
b. Periksa kelengkapan alat: jarum suntik steril, kapas alkohol, vaksin DPT-HB-Hib.
c. Identifikasi pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan
a. Siapkan vaksin DPT-HB-Hib, letakkan di atas alas steril.
b. Tanyakan pada ibu apakah ada riwayat alergi terhadap vaksin.
c. Posisikan bayi dalam posisi berbaring atau duduk pada pangkuan ibu.
d. Lakukan antisepsis pada area penyuntikan (deltoid atau vastus lateralis) menggunakan kapas alkohol.
e. Isap vaksin dengan jarum suntik dan pastikan volume sesuai dosis.
f. Masukkan jarum secara tegak lurus ke dalam otot, lalu suntikkan vaksin secara perlahan.
g. Tekan area suntikan dengan kapas kering selama 10-15 detik.
3. Evaluasi
a. Observasi tanda-tanda reaksi seperti nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di tempat suntikan.
b. Catat jenis, dosis, dan lokasi pemberian imunisasi pada buku catatan imunisasi.
c. Informasikan jadwal imunisasi selanjutnya dan anjurkan ibu untuk selalu membawa buku catatan imunisasi.
2. Sebutkan jenis IMUNISASI DASAR lainnya yang belum dipaparkan dalam jawaban penugasan di atas? Jelaskan terkait dengan lokasi, dosis, rute pemberian, efek samping, dan edukasi kepada keluarga untuk di rumah
Jenis imunisasi dasar lainnya yang belum disebutkan adalah:
1. Imunisasi Polio
- Lokasi: intramuskular (IM) pada otot vastus lateralis paha
- Dosis: 4 kali (usia 2, 3, 4, dan 18 bulan)
- Rute: Oral (tetes) atau injeksi (IPV)
- Efek samping: nyeri, bengkak, demam ringan
- Edukasi: pentingnya pemberian vaksin polio untuk mencegah polio, pengamatan efek samping, dan jadwal pemberian selanjutnya
2. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin)
- Lokasi: intrakutan di lengan atas
- Dosis: 1 kali (segera setelah lahir)
- Rute: Intrakutan
- Efek samping: kemerahan, indurasi, abses di tempat suntikan
- Edukasi: manfaat BCG untuk mencegah tuberkulosis berat, perawatan luka bekas suntikan, dan pengamatan timbulnya scar/parut
3. Imunisasi Campak
- Lokasi: subkutan di lengan atas
- Dosis: 2 kali (usia 9 bulan dan 18 bulan)
- -
Article No. 12499 | 18 Feb 2025
Klinis : Jelaskan Dpt-hb-hib 1,2,3 polio 2,3,4 dan campak. Jelaskan lokasi,dosis,rute pemberian,efek samping dan edukasi kepada keluarga untuk dirumah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat pagi. Saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
- Definisi: Kerentanan individu terhadap infeksi yang disebabkan oleh agen patogen.
- Faktor Risiko: Paparan terhadap agen patogen, sistem imun yang lemah, dan perilaku yang berisiko.
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan untuk memahami suatu kondisi atau proses.
- Faktor Terkait: Kurangnya paparan terhadap informasi, kurangnya pendidikan, dan kesulitan memahami informasi yang diberikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi minimal, dan tidak ada komplikasi akibat infeksi.
2. Pengetahuan: Perawatan Kesehatan
- Kriteria Hasil: Pasien/keluarga memahami informasi yang diberikan, dapat menjelaskan kembali, dan dapat melakukan perawatan sesuai instruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Intervensi: Identifikasi faktor risiko, edukasi pencegahan infeksi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Edukasi Kesehatan
- Intervensi: Identifikasi kebutuhan informasi, berikan informasi yang relevan, dan evaluasi pemahaman pasien/keluarga.
Untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak:
Lokasi Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Otot paha anterolateral
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Dosis:
- Dpt-hb-hib: 0,5 mL
- Polio: 2 tetes
- Campak: 0,5 mL
Rute Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Intramuskular
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Efek Samping:
- Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di lokasi suntikan
- Demam, iritabilitas, dan kehilangan nafsu makan
Edukasi Kepada Keluarga:
1. Jelaskan pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit menular.
2. Informasikan jadwal imunisasi yang harus dipatuhi.
3. Ajarkan cara merawat area suntikan dan mengatasi efek samping.
4. Anjurkan untuk segera memeriksakan anak jika terjadi efek samping yang tidak biasa.
5. Tekankan pentingnya menjaga kebersihan dan hidup sehat untuk mencegah infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.