Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12508 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Nyeri Akut
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen aktivitas, latihan fisik, dan terapi energi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami sesak napas, lemas, nyeri dada saat batuk, dan mual. Setelah dilakukan pengkajian, pasien juga mengeluhkan nyeri dan bengkak pada tangan yang terpasang infus. Dengan mempertimbangkan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen nyeri, relaksasi, manajemen aktivitas, dan latihan fisik. -
Article No. 12509 | 19 Feb 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Yustisia pada tanggal 10 Februari 2025, pasien datang dengan keluhan sesak napas, lemas, ketika batuk dada terasa nyeri dan perut terasa mual. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2025 pasien mengatakan tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak, pasien juga mengatakan masih lemas, sesak sudah mulai berkurang namun memburuk ketika digunakan untuk aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi serta ketika batuk dada dan perut terasa tidak nyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemas, napas cepat dan dalam, pasien terpasang O2 3rpm, pasien terpasang infus di metacarpal sinistra dengan ukuran IV catheter 22 dan tampak sedikit bengkak. Kemudian dilakulan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 24x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (infus) ditandai dengan pasien mengeluh tangan yang terpasang infus terasa nyeri dan sedikit bengkak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional ditandai dengan pasien masih merasa lemas, sesak napas memburuk saat melakukan aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret berlebih ditandai dengan napas cepat dan dalam, serta pasien merasa dada terasa tidak nyaman saat batuk.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan bahwa nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 2 atau kurang.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi di daerah insersi infus.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien akan melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas dari sangat terbatas menjadi hanya terbatas ringan.
- Pasien akan mendemonstrasikan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama dan setelah aktivitas.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien akan melaporkan penurunan rasa tidak nyaman saat batuk.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengatur dan mengeluarkan sekret.
- Pasien akan menunjukkan perbaikan pada frekuensi napas dan penggunaan otot bantu napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Lakukan perawatan daerah insersi infus untuk mencegah infeksi.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik-teknik penghemat energi dan pacing saat beraktivitas.
- Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan pengkajian fungsi pernapasan pasien.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Berikan suction dan postural drainage jika diperlukan.
- Pantau karakteristik sekret pernapasan.
Penjelasan di atas merupakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin. Jika ada pertanyaan atau penjelasan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12510 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan isk pasien terpasang kateter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien terpasang kateter, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat profesional.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus pencegahan ISK pada pasien terpasang kateter adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosis ini menggambarkan bahwa pasien memiliki kerentanan terhadap invasi dan perkembangan mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih. Pasien terpasang kateter memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami ISK karena kateter dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi atau iritasi di area kateter.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami pentingnya perawatan kateter dan upaya pencegahan ISK.
4. Perilaku Pencegahan Infeksi: Pasien dan/atau keluarga dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan dengan benar dan menjaga kebersihan area kateter.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara rutin.
b. Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur yang benar, seperti mempertahankan sterilitas saat memasang atau mengganti kateter.
c. Berikan antibiotik sesuai indikasi untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
2. Edukasi Kesehatan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perawatan kateter dan pencegahan ISK.
b. Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar dan pemeliharaan kebersihan area kateter.
c. Fasilitasi pemahaman pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya melaporkan segera.
3. Manajemen Cairan:
a. Pantau intake dan output cairan pasien secara cermat.
b. Dorong pasien untuk mengonsumsi cairan yang cukup untuk meningkatkan volume urin dan mencegah stagnasi urin.
4. Perawatan Luka:
a. Lakukan perawatan area kateter secara rutin dengan teknik aseptik.
b. Perhatikan tanda-tanda iritasi atau infeksi pada area kateter dan lakukan tindakan yang sesuai.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien terpasang kateter dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 12511 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan isk pasien terpasang infus ferifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien yang terpasang infus feritfer.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi". Pasien yang terpasang infus feritfer memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi, termasuk infeksi saluran kemih (ISK), karena adanya prosedur invasif dan gangguan pada integritas kulit. Risiko infeksi ini perlu diidentifikasi dan ditangani secara komprehensif oleh perawat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi infeksi saluran kemih (ISK) selama pemasangan infus feritfer.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak menunjukkan gejala infeksi.
3. Pasien dapat melakukan perawatan diri dengan baik dan mempertahankan kebersihan diri.
4. Pasien dan keluarga memahami pentingnya menjaga kebersihan dan prosedur pemasangan infus feritfer untuk mencegah infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi dan pemantauan:
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara teratur.
- Pantau adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, erythema, dan eksudat.
- Pantau output urin dan lakukan pemeriksaan urin jika diperlukan.
2. Perawatan invasif:
- Lakukan pemasangan infus feritfer secara aseptik dan steril.
- Ganti lokasi pemasangan infus feritfer secara teratur sesuai prosedur.
- Jaga kebersihan dan keutuhan lokasi pemasangan infus feritfer.
3. Edukasi dan promosi kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan pemasangan infus feritfer.
- Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan area genital dan periksa urin.
- Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi dan kapan harus melaporkan kepada perawat.
4. Kolaborasi dan koordinasi:
- Koordinasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memantau dan mengevaluasi kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli perawatan luka atau spesialis infeksi jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien yang terpasang infus feritfer dan mencapai luaran/output yang diharapkan. Peran perawat sangat penting dalam memantau, melakukan perawatan, dan memberikan edukasi yang efektif untuk mencegah komplikasi dan menjaga keselamatan pasien. -
Article No. 12512 | 19 Feb 2025
Klinis : pencegahan flebitis dan clabsi pasien terpasang infus ferifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan terpasang infus perifir.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
Faktor Berhubungan: Terpasang infus perifir
Kondisi pasien terpasang infus perifir memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi, khususnya flebitis dan Central Line-Associated Bloodstream Infection (CLABSI). Infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi pada saat pemasangan infus, manipulasi infus yang tidak steril, atau kolonisasi bakteri di kateter intravena.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak Terjadi Flebitis
Definisi: Inflamasi vena yang ditandai dengan kemerahan, nyeri, edema, dan peningkatan suhu pada area insersi kateter.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada kemerahan pada daerah insersi
- Tidak ada nyeri pada daerah insersi
- Tidak ada edema pada daerah insersi
- Tidak ada peningkatan suhu pada daerah insersi
2. Tidak Terjadi CLABSI
Definisi: Infeksi aliran darah yang terkait dengan kateter intravaskular sentral, yang ditandai dengan kultur darah positif.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tempat insersi kateter
- Tidak ada demam atau tanda-tanda sepsis
- Kultur darah negatif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Akses Vaskuler
- Cuci tangan sebelum dan sesudah manipulasi akses vaskuler
- Gunakan teknik aseptik saat pemasangan, pemantauan, dan perawatan akses vaskuler
- Gunakan set infus baru setiap kali ganti cairan/obat
- Ganti set infus sesuai jadwal (48-72 jam)
- Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada tempat insersi secara rutin
2. Pencegahan Infeksi
- Lakukan pengkajian risiko infeksi pada pasien
- Edukasi pasien/keluarga terkait pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam mencegah infeksi
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri pada daerah insersi
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan tersebut, diharapkan dapat mencegah terjadinya flebitis dan CLABSI pada pasien yang terpasang infus perifir, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 12513 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datng dengan keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Definisi: Adanya suara napas tambahan, produksi sekret berlebih, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas.
- Faktor Berhubungan: Infeksi saluran napas, alergi, dan ketidakmampuan batuk atau membuang sekret.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Bersihan jalan napas efektif, dengan indikator seperti tidak ada suara napas tambahan, produksi sekret berkurang, dan kemampuan batuk atau membuang sekret baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, termasuk mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction, dan pemberian oksigen jika diperlukan.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga bersihan jalan napas terganggu. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran napas, alergi, atau ketidakmampuan batuk atau membuang sekret. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, termasuk mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction, dan pemberian oksigen jika diperlukan, dengan tujuan agar bersihan jalan napas menjadi efektif. -
Article No. 12514 | 19 Feb 2025
Klinis : • Informasi Demografis Seorang perempuanberusia 32 tahun, belum memiliki anak, tinggal bersama orang tuanya. la menghentikan sementara pendidikan pascasarjana karena masalah kesehatan dan tidak bekerja. la telah menjalani perawatan hemodialisis tiga kali seminggu selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2015, setelah mengalami demam tinggi yang terputus-putus, penurunan berat badan yang signifikan (15 kg), dan muntah-muntah, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami pingsan. Setelah diperiksa, ia didiagnosis menderita SLE dengan keterlibatan organ. Sebelumnya, ia belum pernah menjalani operasi apa pun. Karena komplikasi SLE, dia telah dirawat di rumah sakit selama empat tahun. Dia memiliki alergi rhadap debu, deterjen, dan serbuk sari. Dia tidak memitiki riwayat merokok atau minum alkohol. Riwayat keluarganya termasuk ibunya yang menderita hipertensi dan ayahnya yang menderita diabetes. • Tanda-tanda vital: *Tekanan Darah: 85/60 mmg *Nadi: 84 x/mnt *Pernafasan 18x/menit * Suhu: 36.4°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi demografis yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit akibat SLE.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu akibat SLE.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan ketergantungan terkait dengan kondisi penyakit.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya keterbatasan fisik atau sumber daya.
2. Risiko infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
3. Defisit perawatan diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diinginkan atau dibutuhkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan toleransi aktivitas, dengan hasil yang diharapkan seperti pemulihan kapasitas fungsional, penurunan kelelahan, dan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Pencegahan infeksi, dengan hasil yang diharapkan seperti tidak ada tanda-tanda infeksi, peningkatan daya tahan tubuh, dan minimnya risiko infeksi.
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri, dengan hasil yang diharapkan seperti peningkatan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri, pengurangan ketergantungan, dan peningkatan kebersihan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas, seperti mengidentifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi, memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas, dan mengembangkan program latihan aktivitas.
2. Pencegahan infeksi, seperti memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengajarkan teknik pencegahan infeksi.
3. Perawatan diri, seperti membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, mengajarkan teknik perawatan diri, dan memfasilitasi kemandirian dalam perawatan diri. -
Article No. 12515 | 19 Feb 2025
Klinis : telinga berdengung tidak ada sumbatan kepala sakit tensi normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, dengan penjelasan yang terstruktur dan dengan nada akademis dan persona sebagai dokter atau perekam medis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H93.1
- Deskripsi: Telinga berdengung (tinnitus)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (tidak ada):
Tidak ada tindakan medis yang spesifik yang dapat dikaitkan dengan kondisi ini, karena telinga berdengung (tinnitus) biasanya merupakan gejala yang tidak memerlukan tindakan invasif. Manajemen tinnitus umumnya melibatkan pendekatan non-invasif, seperti edukasi pasien, manajemen stres, dan penggunaan alat bantu dengar atau terapi suara, jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
- Kode ICD-10 H93.1 menggambarkan kondisi telinga berdengung atau tinnitus, yang merupakan persepsi suara atau bunyi di dalam telinga atau kepala tanpa ada sumber eksternal yang nyata.
- Tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti paparan suara keras, cedera kepala, penyakit telinga, stres, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, tidak ada informasi tentang sumbatan atau penyakit telinga lainnya, sehingga tinnitus kemungkinan besar merupakan gejala isolat.
- Karena tidak ada informasi tentang adanya prosedur atau tindakan medis yang diperlukan, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan. Manajemen tinnitus biasanya berfokus pada pengelolaan gejala dan faktor penyebab, tanpa memerlukan tindakan invasif. -
Article No. 12516 | 19 Feb 2025
Klinis : luka robek dengan jahitan dua di jari tengah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan menjawab dengan format dan detil yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.00
- Deskripsi: Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.21
- Deskripsi: Jahitan luka tunggal
Penjelasan detail:
Pada kondisi yang Anda berikan, yaitu luka robek dengan jahitan dua di jari tengah, kode ICD-10 yang sesuai adalah S61.00 - Luka robek di jari tanpa kerusakan pada kuku. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi luka robek pada jari tanpa adanya kerusakan pada kuku. Dalam kasus ini, luka robek tersebut membutuhkan jahitan, yang dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 86.21 - Jahitan luka tunggal. Prosedur ini mencakup jahitan tunggal pada luka, yang sesuai dengan penanganan yang Anda deskripsikan pada kasus ini. -
Article No. 12517 | 19 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Termoregulasi (SLKI)
Penjelasan: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh pada rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien dengan demam.
2. Pemantauan Tanda Vital (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memantau tanda-tanda vital pasien, termasuk suhu tubuh.
3. Pemberian Terapi Farmakologis (SIKI)
Penjelasan: Tindakan untuk memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan suhu tubuh.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, termasuk faktor-faktor yang mungkin memengaruhi kondisi pasien, seperti riwayat medis, pola hidup, dan faktor lingkungan. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memastikan penanganan yang tepat dan efektif bagi pasien.