Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14540 | 20 Mar 2025
Klinis : Ny E, 50 tahun berstatus menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, dan Pendidikan SD. Ny E masuk RS pada tanggal 25 September 2021 dikarenakan stroke. Pasien mengeluh pusing, kaki dan tangan kanan tidak bisa digerakkan. Pada saat pengkajian, Ny. E mengatakan sangat cemas dan takut dengan kondisinya. Klien mengatakan perasaannya gelisah, tidak bisa tidur, pasien juga mengatakan nyeri di bagian kepala. Ny E memiliki riwayat hipertensi diketahui sudah 5 tahun dapat memicu terjadinya penyakit stroke yang dialami. Ny E sudah pernah dirawat karena hipertensi 1 taun yang lalu. Ny E berperan sebagai seorang istri dan juga ibu bagi anak-anak mereka, dan sebagian besar aktivitas dibantu oleh suami. Saat dikaji kecemasannya klien mengatakan sangat cemas dengan kondisinya saat ini berdebar-debar, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, memiliki firasat buruk, kurang fokus, melamun, perasaan gelisah dan sering berkemih. Klien tampak gelisah, pucat, mondar-mandir, ID:150/100mmHg, dan sering bertanya kepada perawat mengenai kondisinya. Saat dikaji menggunakan kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) skor 25 yang artinya pasien mengalami cemas sedang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny E:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan (00146)
Definisi: Respon ketidaknyamanan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh persepsi ancaman yang diidentifikasi, baik yang realistis maupun tidak.
Karakteristik Definisi:
- Pasien mengeluh pusing, cemas, takut, gelisah, sulit tidur, nyeri kepala
- Tampak pucat, tidak nafsu makan, sering berkemih, badan bergerak gelisah
- Tanda vital: TD 150/100 mmHg
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1402)
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali penyebab kecemasan
- Pasien dapat mengatasi kecemasan dengan teknik relaksasi
- Pasien dapat tidur dengan baik
- Pasien merasa lebih tenang dan nyaman
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
Tindakan:
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang akurat
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan manajemen stres
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologis jika diperlukan
2. Peningkatan Tidur (1850)
Tindakan:
- Identifikasi pola tidur pasien dan faktor yang mempengaruhi
- Batasi stimulus yang dapat mengganggu tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk tidur
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologis jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai adalah "Kecemasan" berdasarkan gejala dan tanda yang dialami oleh Ny E. Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kecemasan Terkendali, dimana pasien dapat mengenali penyebab kecemasan, mengatasi kecemasan dengan teknik relaksasi, dapat tidur dengan baik, dan merasa lebih tenang serta nyaman. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Kecemasan dan Peningkatan Tidur untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan memperoleh tidur yang baik. -
Article No. 14541 | 20 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut, menyesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit perut dan sesak napas, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah terjadinya kerusakan tersebut.
- Penyebab: Penyakit gastrointestinal (misalnya gastritis, ulkus peptikum, pankreatitis), infeksi, neoplasma, penyakit sistem hepatobilier.
2. Ketidakefektifan pola napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Penyebab: Penyakit jantung, penyakit paru, kelelahan otot pernapasan, kecemasan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan pengkajian, analisis data, dan identifikasi masalah keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan disusun berdasarkan kemampuan pasien dalam mencapai kesehatan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan dan luaran keperawatan yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14542 | 20 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut, nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Kondisi medis yang menyebabkan nyeri pada perut dan ulu hati, seperti gastritis, ulkus peptikum, atau gangguan gastrointestinal lainnya.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri
- Definisi: Pengalaman subyektif dan kompleks yang mencakup respons sensorik, emosional, perilaku, dan fisiologis terhadap stimulus yang dirasakan mengganggu atau mengancam integritas seseorang.
- Penyebab: Nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat kondisi medis yang sedang dialami.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan pedoman resmi yang digunakan oleh perawat di Indonesia dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan.
- Diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan SDKI mencakup masalah kesehatan, kebutuhan, dan potensi yang dapat ditangani oleh perawat.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah pedoman yang berisi luaran (outcome) keperawatan yang dapat dicapai oleh pasien setelah menerima intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan dalam SLKI mencakup status kesehatan, perilaku, dan persepsi pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah pedoman yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dalam SIKI mencakup aktivitas yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam mencapai luaran keperawatan yang optimal.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. -
Article No. 14543 | 20 Mar 2025
Klinis : perdarahan di kepala, na 125,2, kalium 3,34, chlorida 90,2, penurunan kesadaran, TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, tampak luka di kepala, motorik hemiparesa sinistra, kekuatan otot ekstremitas kanan 4, kekuatan otot ekstremitas kiri 2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengancam fungsi serebral.
Tanda dan gejala: Perdarahan di kepala, penurunan kesadaran, hemiparesis sinistra, kekuatan otot ekstremitas kiri menurun.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Definisi: Perubahan dalam kadar elektrolit tubuh, dalam hal ini hiponatremia (Na 125,2 mEq/L) dan hipokalemia (K 3,34 mEq/L).
Tanda dan gejala: Perubahan laboratorium (Na, K, Cl), penurunan kesadaran.
3. Hipertensi
Definisi: Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi nilai normal (TD 170/100 mmHg).
Tanda dan gejala: Peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi meningkat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif:
- Perfusi jaringan serebral membaik
- Tidak terjadi penurunan lebih lanjut pada fungsi neurologis
- Tanda-tanda vital stabil
2. Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Kadar elektrolit (Na, K, Cl) kembali normal
- Tidak terjadi perburukan kondisi akibat ketidakseimbangan elektrolit
- Tidak terjadi komplikasi yang mengancam jiwa
3. Hipertensi:
- Tekanan darah kembali dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala
- Pemberian oksigen dan pengaturan posisi untuk memaksimalkan perfusi serebral
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi (misalnya antihipertensi, antikonvulsan)
- Pengkajian dan perawatan luka di kepala
- Mobilisasi dan rehabilitasi sesuai kondisi pasien
2. Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Pemantauan kadar elektrolit (Na, K, Cl) secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penggantian elektrolit (misalnya infus NaCl, KCl)
- Pemberian diet sesuai kebutuhan elektrolit
- Evaluasi status cairan dan nutrisi pasien
3. Hipertensi:
- Pemantauan tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi
- Pengaturan aktivitas dan istirahat pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertensi dan penanganannya
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Diagnosa tersebut meliputi Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif, Ketidakseimbangan Elektrolit, dan Hipertensi.
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif didasarkan pada adanya perdarahan di kepala, penurunan kesadaran, hemiparesis sinistra, dan penurunan kekuatan otot ekstremitas kiri. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke otak yang dapat mengancam fungsi serebral.
Ketidakseimbangan Elektrolit ditandai dengan adanya hiponatremia (Na 125,2 mEq/L) dan hipokalemia (K 3,34 mEq/L). Perubahan kadar elektrolit ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan perubahan status neurologis.
Hipertensi didasarkan pada tekanan darah yang meningkat (170/100 mmHg) serta adanya peningkatan frekuensi nadi. Kondisi hipertensi ini dapat menyebabkan komplikasi pada sistem kardiovaskular dan serebrovaskular.
Luaran/output yang diharapkan (SLKI) setelah pemberian asuhan keperawatan meliputi:
1. Perbaikan perfusi serebral, stabilitas tanda-tanda vital, dan tidak terjadi penurunan fungsi neurologis lebih lanjut.
2. Normalisasi kadar elektrolit (Na, K, Cl) dan tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit.
3. Tekanan darah kembali normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi, dan stabilitas tanda-tanda vital.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis, pemberian oksigen, perawatan luka, serta kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologi.
2. Pemantauan kadar elektrolit, pemberian terapi penggantian elektrolit, pengaturan diet, dan evaluasi status cairan dan nutrisi.
3. Pemantauan tekanan darah, pemberian terapi antihipertensi, pengaturan aktivitas dan istirahat, serta edukasi pasien dan keluarga.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan memperbaiki kondisi pasien. -
Article No. 14544 | 20 Mar 2025
Klinis : Hiperkalemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hiperkalemi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiperkalemi
Penjelasan:
Hiperkalemi adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah melebihi nilai normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi ginjal, penggunaan obat-obatan tertentu, atau masalah pada saluran pencernaan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiperkalemi didefinisikan sebagai "Keadaan rentan mengalami perubahan kadar kalium dalam cairan tubuh melebihi batas normal".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hiperkalemi adalah Keseimbangan Cairan Elektrolit yang Membaik, dengan indikator seperti stabilnya kadar kalium dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan status hemodinamik yang stabil.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Pemantauan Kadar Elektrolit, Pemberian Terapi Farmakologis, Manajemen Diet, serta Edukasi Pasien dan Keluarga. Tujuannya adalah untuk mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien.
Dalam penanganan hiperkalemi, peran perawat sangat penting dalam melakukan pengkajian, pemantauan, dan pemberian intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14545 | 20 Mar 2025
Klinis : Hiperkalemi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi hiperkalemi sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Hiperkalemi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hiperkalemi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiperkalemi". Kondisi hiperkalemi atau peningkatan kadar kalium dalam darah dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang serius, sehingga perlu diidentifikasi dan ditangani dengan segera.
Definisi:
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan konsentrasi normal kalium dalam darah dan cairan tubuh lainnya.
Karakteristik utama:
1. Kadar kalium serum meningkat (>5,5 mEq/L)
2. Aritmia jantung
3. Perubahan pada EKG (misalnya, gelombang T tinggi, kompleks QRS lebar)
4. Kelemahan otot, kram, dan/atau paralisis
5. Perubahan dalam status mental, seperti kebingungan, letargi, atau koma
Faktor yang berhubungan:
1. Peningkatan asupan kalium
2. Gangguan ekskresi kalium (misalnya, gagal ginjal, obstruksi saluran kemih)
3. Pergeseran kalium intraseluler (misalnya, asidosis, lisis sel)
4. Penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar kalium (misalnya, ACE inhibitor, ARB, NSAID)
2. Luaran/Output SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) untuk Hiperkalemi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hiperkalemi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kadar Kalium Serum dalam Rentang Normal
- Definisi: Pasien menunjukkan kadar kalium serum dalam batas normal (3,5-5,5 mEq/L).
- Indikator:
a. Kadar kalium serum menurun hingga dalam batas normal.
b. Tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan hiperkalemi.
2. Tidak Ada Tanda-Tanda Hiperkalemi
- Definisi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda hiperkalemi, seperti aritmia jantung, perubahan EKG, kelemahan otot, atau perubahan status mental.
- Indikator:
a. Irama jantung teratur.
b. Hasil EKG normal.
c. Tidak ada kelemahan otot atau paralisis.
d. Tidak ada perubahan status mental (misalnya, kebingungan, letargi, atau koma).
3. Pasien Menunjukkan Kemampuan Merawat Diri Terkait Hiperkalemi
- Definisi: Pasien mampu menunjukkan perilaku yang tepat untuk mengelola hiperkalemi, seperti mematuhi diet rendah kalium, minum obat sesuai resep, dan melakukan pemantauan.
- Indikator:
a. Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan bahaya hiperkalemi.
b. Pasien dapat menjelaskan diet yang dianjurkan untuk mengelola hiperkalemi.
c. Pasien dapat menjelaskan penggunaan obat-obatan yang tepat untuk menangani hiperkalemi.
d. Pasien dapat menjelaskan pemantauan yang perlu dilakukan terkait hiperkalemi.
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk Hiperkalemi:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan hiperkalemi, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan SIKI:
1. Pemantauan Keadaan Umum
- Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait status kesehatan pasien secara komprehensif.
- Aktivitas:
a. Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu).
b. Memantau status neurologis (tingkat kesadaran, reflexes, orientasi).
c. Memantau kadar elektrolit (terutama kalium) secara berkala.
d. Memantau hasil pemeriksaan EKG.
2. Manajemen Elektrolit
- Definisi: Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi penyebab hiperkalemi.
b. Memberikan intervensi farmakologis untuk menurunkan kadar kalium (misalnya, diuretik, penukar resin, insulin, dan glukosa).
c. Mengatur asupan cairan dan diet rendah kalium.
d. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit secara ketat.
3. Manajemen Obat
- Definisi: Memfasilitasi penggunaan obat-obatan yang aman dan efektif.
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kalium.
b. Menghentikan atau mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperkalemi.
c. Memantau respons pasien terhadap pengobatan.
d. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan obat-obatan.
4. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam merawat diri.
- Aktivitas:
a. Menjelaskan penyebab, tanda, dan bahaya hiperkalemi.
b. Menjelaskan diet yang dianjurkan untuk mengelola hiperkalemi.
c. Menjelaskan penggunaan obat-obatan yang tepat untuk menangani hiperkalemi.
d. Menjelaskan pentingnya pemantauan kadar elektrolit dan tanda-tanda hiperkalemi.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hiperkalemi dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kadar kalium serum dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda hiperkalemi, dan pasien menunjukkan kemampuan merawat diri terkait hiperkalemi. -
Article No. 14546 | 20 Mar 2025
Klinis : Curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Curah Jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), kondisi Curah Jantung dapat dikategorikan sebagai "Penurunan Curah Jantung". Penurunan Curah Jantung adalah kondisi di mana jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan jaringan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Penurunan Curah Jantung adalah peningkatan curah jantung, stabilisasi tanda-tanda vital, dan tidak adanya komplikasi lanjutan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Penurunan Curah Jantung antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, pemberian oksigen, dan rehabilitasi kardiovaskular.
Sebagai seorang perawat, kami akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang optimal dan dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14547 | 20 Mar 2025
Klinis : Curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi curah jantung.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Curah Jantung:
Diagnosis Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
Diagnosis ini sesuai karena pasien dengan kondisi curah jantung mengalami penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi kontraktilitas jantung, gangguan isi sekuncup, gangguan denyut jantung, atau gangguan volume darah yang kembali ke jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Frekuensi nadi dalam batas normal
- Curah jantung dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perubahan perfusi jaringan
2. Perfusi Jaringan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah ke seluruh tubuh.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi (seperti dingin, pucat, sianosis, dan lain-lain)
- Tidak ada tanda-tanda edema
- Tidak ada keluhan seperti nyeri dada, sesak napas, dan lain-lain
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hemodinamik
- Tujuan: Mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, frekuensi nadi, respirasi, suhu)
- Pantau curah jantung dan volume darah
- Berikan terapi cairan dan obat-obatan sesuai indikasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
- Lakukan intervensi untuk mengatasi penyebab penurunan curah jantung (misalnya pemberian oksigen, pemasangan alat bantu jantung, dan lain-lain)
2. Manajemen Perfusi
- Tujuan: Mempertahankan aliran darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda perfusi jaringan (kapiler refill, warna kulit, suhu ekstremitas, dan lain-lain)
- Posisikan pasien untuk meningkatkan aliran darah ke organ vital
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Lakukan aktivitas untuk meningkatkan aliran darah (misalnya mobilisasi, latihan pernapasan, dan lain-lain)
Dengan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu dalam mengelola kondisi curah jantung pasien secara komprehensif dan meningkatkan outcome yang diharapkan. -
Article No. 14548 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak J (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak Jojo.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 39°C, kulit teraba hangat, dan keluhan demam terus-menerus.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan sulit tidur di malam hari dan hanya tidur sekitar 4 jam.
3. Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri kepala dan rasa berat di tengkuk leher.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur dan lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda dan gejala hipertermia
- Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan umum
2. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien melaporkan merasa segar setelah bangun tidur
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
3. Nyeri:
- Nyeri berkurang atau hilang
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
4. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan energi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipertermia:
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan terapi penurun demam (misalnya parasetamol)
- Berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan pasien minum banyak cairan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
2. Gangguan Pola Tidur:
- Evaluasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan teknik relaksasi (misalnya napas dalam, visualisasi)
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Berikan edukasi tentang pentingnya pola tidur yang baik
3. Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab nyeri
- Berikan kenyamanan dan dukungan emosional
4. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital saat aktivitas
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya
- Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk program latihan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Bapak Jojo secara komprehensif. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 14549 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak Jojo (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi terkait kondisi Bapak Jojo berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, sebagaimana tampak pada kasus Bapak Jojo yang mengalami demam terus-menerus dengan suhu tubuh 39°C. Tanda dan gejala yang muncul meliputi peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, dan rasa tidak nyaman.
2. Gangguan Pola Tidur
Gangguan Pola Tidur ditandai dengan perubahan kuantitas dan kualitas tidur, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang hanya tidur sekitar 4 jam per malam dan sulit untuk tidur.
3. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat keterbatasan energi, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang merasa lemas dan tidak bertenaga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Gangguan Pola Tidur
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien merasa segar saat bangun tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan
- Pasien memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Memberikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter
- Mengompres hangat pada pasien untuk menurunkan suhu
- Menjaga asupan cairan yang adekuat
- Mengevaluasi penyebab infeksi dan memberikan penanganan yang sesuai
2. Gangguan Pola Tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Mengatur pemberian obat dan nutrisi yang dapat membantu tidur
- Melakukan relaksasi dan terapi komplementer untuk meningkatkan kualitas tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Mengkaji tingkat aktivitas dan kemampuan pasien
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memberikan bantuan dan alat bantu jika diperlukan
- Melakukan latihan fisik yang teratur untuk meningkatkan kapasitas fisik
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.