Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12596 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif: - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh pandangan kabur - Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan Data Objektif - Tekanan darah: 180/110 mmHg - SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati) - Edema pitting (+2) di tungkai 3; - Pengisian kapiler CRT >3 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan ginjal, ditandai dengan edema pitting +2 di tungkai, pengisian kapiler CRT >3 detik, dan tekanan darah 180/110 mmHg.
Penjelasan:
- Keluhan sakit kepala, pandangan kabur, dan tekanan darah tinggi menunjukkan kemungkinan hipertensi, yang dapat disebabkan oleh kelebihan volume cairan.
- Edema pitting +2 di tungkai dan pengisian kapiler yang lambat menandakan adanya retensi cairan.
- Elevasi SGOT/SGPT mengindikasikan adanya disfungsi hati, yang dapat berkontribusi pada kelebihan volume cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Setelah intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan tanda-tanda perbaikan, seperti penurunan tekanan darah, pengurangan edema, dan perbaikan fungsi hati.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen cairan
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Observasi dan pengkajian fungsi ginjal dan hati
- Edukasi terkait asupan cairan dan diet rendah garam
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan hipertensi dan disfungsi organ terkait
Dengan pendekatan komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawatan yang diberikan dapat membantu pasien mengatasi kelebihan volume cairan dan komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 12597 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif: - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh pandangan kabur - Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan Data Objektif - Tekanan darah: 180/110 mmHg - SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati) - Edema pitting (+2) di tungkai 3; - Pengisian kapiler CRT >3 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda paparkan, dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi akut berhubungan dengan preeklampsia.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Hipertensi akut adalah peningkatan tiba-tiba tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien menunjukkan tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan mampu mengenali tanda dan gejala hipertensi akut.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tekanan darah, mengatur posisi kepala, mengendalikan nyeri, mengurangi edema, serta memberikan edukasi terkait perawatan hipertensi akut.
Dengan riwayat klinis yang Anda paparkan, yaitu sakit kepala, pandangan kabur, tekanan darah tinggi, adanya edema, dan disfungsi hati, diagnosis keperawatan yang tepat adalah hipertensi akut berhubungan dengan preeklampsia. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan disfungsi organ lain, seperti hati, ginjal, dan sistem saraf.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa, seperti eklamsia, perdarahan otak, atau gagal ginjal. Perawatan yang komprehensif, termasuk pemantauan ketat, pemberian terapi antihipertensi, dan edukasi kepada pasien/keluarga, sangat diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 12598 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif: - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh pandangan kabur - Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan Data Objektif - Tekanan darah: 180/110 mmHg - SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati) - Edema pitting (+2) di tungkai 3; - Pengisian kapiler CRT >3 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi Krisis
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥120 mmHg, yang dapat mengancam nyawa.
- Faktor yang Berkontribusi: Tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan.
- Gejala dan Tanda: Sakit kepala, pandangan kabur, edema pitting (+2) di tungkai, dan pengisian kapiler CRT >3 detik.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan Darah Terkontrol
- Indikator: Tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, berikan obat antihipertensi, anjurkan pembatasan asupan garam, motivasi untuk menghindari stres, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala dan pandangan kabur. Berdasarkan data objektif, ditemukan tekanan darah yang sangat tinggi (180/110 mmHg), disertai adanya edema pitting (+2) di tungkai dan pengisian kapiler yang lambat (CRT >3 detik). Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan adanya peningkatan enzim hati (SGOT/SGPT), yang mengindikasikan adanya disfungsi hati. Kondisi ini mengarah pada diagnosis keperawatan Hipertensi Krisis, di mana pasien mengalami peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam nyawa.
Tujuan keperawatan adalah mengontrol tekanan darah pasien agar berada dalam rentang normal (120-139/80-89 mmHg). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital secara ketat, memberikan obat antihipertensi, menganjurkan pembatasan asupan garam, memotivasi pasien untuk menghindari stres, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan yang komprehensif. -
Article No. 12599 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif: - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh pandangan kabur - Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan Data Objektif - Tekanan darah: 180/110 mmHg - SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati) - Edema pitting (+2) di tungkai 3; - Pengisian kapiler CRT >3 detik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan preeklampsia.
Data Subjektif:
- Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala
- Pasien mengeluh pandangan kabur
- Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan
Data Objektif:
- Tekanan darah: 180/110 mmHg
- SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati)
- Edema pitting (+2) di tungkai 3
- Pengisian kapiler CRT >3 detik
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
2. Penurunan Tekanan Darah
3. Peningkatan Perfusi Jaringan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara rutin (tekanan darah, denyut nadi, suhu, respirasi)
2. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi sesuai dengan resep dokter
3. Manajemen cairan dan elektrolit untuk mengontrol edema dan perfusi jaringan
4. Observasi tanda-tanda preeklampsia (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium)
5. Berikan edukasi dan konseling mengenai preeklampsia kepada pasien dan keluarga
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, bidan, nutrisionis) untuk penanganan komprehensif
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda preeklampsia, yaitu hipertensi (180/110 mmHg), disfungsi hati (elevasi SGOT/SGPT), edema, dan gangguan perfusi jaringan (CRT >3 detik). Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik yang berisiko bagi ibu dan janin.
Luaran yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik, penurunan tekanan darah, dan peningkatan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian obat antihipertensi, manajemen cairan dan elektrolit, observasi tanda-tanda preeklampsia, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan komprehensif. -
Article No. 12600 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh nyeri epigastrium - Pasien mengatakan pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan 12 minggu Data Objektif - Refleks patella meningkat (+3), tanda klonus positif - Edema pitting (+2) di tungkai 3 - Oligohidramnion ringan; - Aliran darah arteri uterina tinggi (early diastolic notch positif);
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Risiko Keguguran
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut meliputi pengkajian nyeri, manajemen farmakologis, manajemen non-farmakologis, serta evaluasi efektivitas intervensi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi relaksasi, terapi komplementer, serta edukasi pasien dan keluarga.
2. Risiko Keguguran
- SDKI: Risiko Keguguran adalah keadaan di mana ibu hamil mengalami ancaman terjadinya pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola risiko keguguran meliputi pemantauan tanda-tanda keguguran, manajemen komplikasi, dukungan emosional, serta edukasi pasien dan keluarga.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen komplikasi, manajemen nyeri, dan edukasi pasien serta keluarga.
Catatan:
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang digunakan adalah standar terbaru dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang disarankan dapat disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan pertimbangan perawat yang merawat. -
Article No. 12601 | 20 Feb 2025
Klinis : Data Subjektif - Pasien datang ke IGD mengeluhkan sakit kepala - Pasien mengeluh nyeri epigastrium - Pasien mengatakan pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan 12 minggu Data Objektif - Refleks patella meningkat (+3), tanda klonus positif - Edema pitting (+2) di tungkai 3 - Oligohidramnion ringan; - Aliran darah arteri uterina tinggi (early diastolic notch positif);
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera/penyakit yang ditandai dengan keluhan sakit kepala dan nyeri epigastrium.
2. Risiko komplikasi berhubungan dengan riwayat keguguran dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan refleks patella meningkat, tanda klonus positif, edema pitting, oligohidramnion ringan, dan aliran darah arteri uterina tinggi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan tingkat nyeri yang dapat ditoleransi.
2. Risiko Komplikasi:
- Pasien tidak mengalami komplikasi selama perawatan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal komplikasi.
- Pasien dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan rekomendasi dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Pantau respon pasien terhadap intervensi dan lakukan modifikasi jika perlu.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri secara optimal.
2. Risiko Komplikasi:
- Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor risiko komplikasi.
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda awal komplikasi.
- Kembangkan rencana perawatan yang bertujuan untuk mencegah komplikasi, seperti pemberian obat-obatan, pembatasan aktivitas, dan pemantauan ketat.
- Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain untuk mengelola faktor risiko dan mencegah komplikasi.
- Pantau kondisi pasien secara teratur dan lakukan intervensi yang tepat jika terjadi perubahan status.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang diajukan berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan. Nyeri akut terkait dengan keluhan sakit kepala dan nyeri epigastrium, sedangkan risiko komplikasi terkait dengan riwayat keguguran dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya tanda-tanda komplikasi kehamilan.
Luaran dan intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi masalah nyeri akut dan mencegah terjadinya komplikasi. Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pencegahan komplikasi. Intervensi keperawatan mencakup pengkajian, pemberian analgesik, edukasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri dan risiko komplikasi secara komprehensif. -
Article No. 12602 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan batuk pileg selama 1 minggu terakhir, serta data vital tanda-tanda vital yang menunjukkan demam dan takikardia, dapat disimpulkan bahwa pasien berisiko mengalami kejang yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akut.
SDKI:
- Kode: 00155
- Definisi: Risiko terjadinya perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal dan tidak terkontrol.
- Faktor Risiko: Infeksi, Demam, Perubahan Cairan dan Elektrolit.
SLKI:
- Kode: 00807
- Judul: Kontrol Kejang
- Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah, mengenali, dan mengatasi kejang.
SIKI:
- Kode: 06220
- Judul: Manajemen Kejang
- Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengenali, dan mengatasi kejang.
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Identifikasi faktor pencetus kejang (infeksi, demam, elektrolit)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antikonvulsan dan penanganan infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenali tanda-tanda awal kejang dan langkah-langkah penanganannya
Harapan Luaran:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal kejang
- Pasien tidak mengalami kejang berulang selama perawatan
- Pasien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa risiko kejang -
Article No. 12603 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien anak usia 4 tahun datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang Akut
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kejang tiba-tiba dan tak terkendali.
- Faktor Risiko: Hipertermia, infeksi saluran pernapasan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Gejala: Batuk produktif, pilek.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kejang Akut:
- Luaran: Tingkat Risiko Kejang Akut Terkendali
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi episode kejang selama perawatan.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Luaran: Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Jalan napas paten, tidak ada sianosis, frekuensi napas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kejang Akut:
- Intervensi: Manajemen Hipertermia, Pemantauan Tanda Vital
- Tujuan: Mencegah terjadinya kejang, mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Fisioterapi Dada
- Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas, membantu pengeluaran sekret.
Dalam kondisi ini, perawat perlu segera menangani risiko kejang akut dan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien anak usia 4 tahun. Intervensi keperawatan yang prioritas adalah manajemen hipertermia, pemantauan tanda vital, manajemen jalan napas, dan fisioterapi dada untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12604 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien anak usia 4 tahun datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit. apa doagnosa paling utamanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang paling utama untuk kondisi pasien anak usia 4 tahun yang datang ke IGD dengan keluhan kejang dan batuk pilek selama 1 minggu.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), diagnosa keperawatan yang paling utama untuk kondisi ini adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami aktivitas listrik abnormal di otak yang menyebabkan perubahan perilaku atau status mental yang tidak terkontrol.
Penjelasan:
Pasien anak usia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang, suhu tubuh 39 derajat, dan batuk pilek selama 1 minggu. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko kejang yang perlu segera ditangani. Kejang pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti demam tinggi, infeksi, atau kondisi medis lainnya.
Perawat harus segera melakukan pengkajian komprehensif, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, perawat juga harus berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, diharapkan perawat dapat membantu mengatasi risiko kejang pada pasien anak ini secara efektif. -
Article No. 12605 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien anak usia 4 tahun datang ke igd dengan keluhan kejang dengan durasi kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pileg selama 1 minggu terakhir, waktu dimonitor suhu tubuh pasien 39 derajat dan spo2 95% dan nadi 135 x/menit. apa doagnosa paling utamanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada yang akademis dan persona seorang perawat ahli, berikut adalah analisis saya:
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak usia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang selama kurang lebih 1 menit dan mengalami batuk pilek selama 1 minggu terakhir. Saat dimonitor, suhu tubuh pasien mencapai 39 derajat Celsius, dengan SpO2 95% dan nadi 135 x/menit.
Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu kejang, demam tinggi, batuk, dan pilek, mengarah pada diagnosis risiko kejang berhubungan dengan demam tinggi. Demam tinggi dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu terjadinya kejang pada anak. Hal ini merupakan diagnosis keperawatan utama yang harus segera ditangani.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), penanganan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
3. Pemberian oksigen jika diperlukan
4. Edukasi kepada keluarga tentang penanganan kejang dan demam pada anak
5. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk penanganan lebih lanjut
Penanganan yang tepat dan segera dilakukan dapat membantu mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat kejang dan demam tinggi pada pasien.