Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12579 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktifitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri vas 3 ,nyeri terasa terus menerus (P: faktor penyakit adanya luka akibat KLL, Q: tajam tusukan dan mencengkeram, R: wajah, S: 3, T: terus menerus), tampak bengkak bibir, pasien tampak tegang. Pasien rujukan dari RSUD Rembang pasca KLL 30 menit SMRS (10/2/25, Jam 23.30), Pasien KLL naik motor dengan kecepatan sedang, menabrak truk dari belakang, bagian wajah bawah membentur badan truk. Pasien menggunakan helm, tidak terlepas. Pasien mengeluh nyeri pada rahang atas dan bawah, sulit membuka mulut. Pingsan (-), kejang (-), muntah (-). Pasien dibawa ke IGD RSUD Soetrasno Rembang dilakukan pemeriksaan didapatkan patah tulang rahang bawah kemudian pasien dirujuk ke RS Kariadi untuk tindakan lebih lanjut. Pasien kesulitan bicara karena terdapat fraktur. Pasien kesulitan mengunyah sehingga dipasang NGT. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TD 110/80 mmHg, N: 82x/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36 ºC, SPO2 100%. Pasien terpasang O2 3 lpm, NGT, infus RL 2 tpm dan terpasang barton bandage.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
Penyebab: Cedera fisik/pembedahan, seperti patah tulang rahang (terlihat dari riwayat KLL).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktivitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri VAS 3, nyeri terasa terus-menerus. Pasien tampak tegang.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot, atau penurunan lingkup gerak sendi.
Penyebab: Cedera fisik/pembedahan, seperti patah tulang rahang (terlihat dari riwayat KLL).
Tanda dan Gejala: Pasien sulit membuka mulut dan kesulitan bicara karena adanya fraktur.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali faktor yang mempengaruhi nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Pasien melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima
2. Mobilitas
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menggerakkan bagian tubuh yang terbatas secara mandiri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Pasien dapat mempertahankan posisi tubuh yang diinginkan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik yang adekuat
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Peningkatan Mobilitas
- Kaji kemampuan mobilisasi pasien
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan latihan pergerakan yang dapat dilakukan pasien
- Libatkan keluarga dalam perawatan dan latihan mobilisasi pasien
- Monitor perkembangan kemampuan mobilisasi pasien
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Saya telah menyajikannya dengan tone akademis dan persona sebagai perawat yang ahli dalam memberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 12580 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak laki-laki usia 10 tahun ke rumah sakit karena keluhan demam dan nyeri yang menetap pada tungkai kanan. Anak mengeluh nyeri pada tungkai kanannya dan kesulitan untuk bergerak. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, nadi: 85x/menit, nafas: 22 x/menit dan suhu: 38,7°C. Pasien terlihat menahan nyeri dan wajah meringis saat dilakukan pergerakan pada tungkai kanan, terdapat bengkak pada tulang, kemerahan, teraba hangat dan lembek (pus). Ibu mengatakan anak mengalami kecelakaan sepeda motor 2 minggu yang lalu. Pada saat itu terdapat luka dan bengkak pada tungkai kanan. Anak kemudian dibawa ke tukang urut, namun keluhan anak malah semakin bertambah. Ibu juga mengatakan nafsu makan anak juga berkurang sejak sakit dan anak sulit untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. Anak tidak datang lagi ke sekolah sejak kecelakaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Cedera fisik (trauma, infeksi)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kanan, wajah meringis saat pergerakan, tanda-tanda inflamasi (bengkak, kemerahan, hangat)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen, terkontrol, dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
- Penyebab: Nyeri, pembatasan pergerakan akibat cedera
- Gejala dan Tanda: Pasien kesulitan untuk bergerak, tidak dapat menggunakan tungkai kanan secara optimal
3. Defisit Nutrisi (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan akibat nyeri
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nafsu makan berkurang
4. Gangguan Pola Tidur (SDKI)
- Definisi: Perubahan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri
- Gejala dan Tanda: Pasien sulit tidur karena nyeri
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
- Intervensi: Identifikasi penyebab nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik, kompres hangat/dingin, ajarkan teknik manajemen nyeri.
2. Peningkatan Mobilitas
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan pasien dalam pergerakan secara mandiri.
- Intervensi: Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari, berikan alat bantu mobilisasi, latihan rentang gerak, evaluasi kemajuan.
3. Peningkatan Nutrisi
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- Intervensi: Kaji status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, berikan makanan/suplemen yang sesuai, monitor asupan dan output.
4. Peningkatan Tidur
- Tujuan: Memfasilitasi tidur yang adekuat.
- Intervensi: Identifikasi penyebab gangguan tidur, ciptakan lingkungan yang tenang, berikan teknik relaksasi, evaluasi kualitas tidur.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas)
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan terapi kompres hangat/dingin pada area yang sakit
- Ajarkan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi, distraksi)
2. Intervensi Peningkatan Mobilitas:
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari (mandi, berpakaian, berpindah)
- Berikan alat bantu mobilisasi (kruk, walker) sesuai kebutuhan
- Lakukan latihan rentang gerak pada tungkai kanan
- Evaluasi kemajuan mobilitas pasien secara berkala
3. Intervensi Peningkatan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien (berat badan, intake makanan)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan
- Berikan makanan/suplemen yang sesuai dengan kebutuhan
- Monitor asupan dan output cairan serta berat badan pasien
4. Intervensi Peningkatan Tidur:
- Identifikasi penyebab gangguan tidur (nyeri, lingkungan)
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi) sebelum tidur
- Evaluasi kualitas dan lama tidur pasien secara berkala
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12581 | 20 Feb 2025
Klinis : resiko prilaku kekerasan b.d halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Halusinasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu menunjukkan potensi untuk melakukan tindakan yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain secara fisik, psikologis, sosial, dan/atau spiritual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk halusinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk kondisi ini adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas halusinasi, serta mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi halusinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan serta faktor penyebabnya, termasuk halusinasi.
2. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi halusinasi.
4. Berikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter.
5. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
6. Pantau dan evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dengan pendekatan komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang disebabkan oleh halusinasi dan mencapai tujuan perawatan yang optimal. -
Article No. 12582 | 20 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake Berlebih
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Faktor yang Berhubungan: Pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak, dan gula.
Gejala dan Tanda: Peningkatan berat badan, glukosa darah yang tidak terkontrol, hipertrigliseridemia.
2. Diagnosa Keperawatan: Aktivitas Intoleransi
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan.
Faktor yang Berhubungan: Kelemahan fisik, perubahan keseimbangan, dan peningkatan kadar glukosa darah.
Gejala dan Tanda: Pusing, mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk berjalan dengan seimbang.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan
Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana pengobatan atau rekomendasi kesehatan yang disepakati bersama.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pemahaman tentang penyakit dan manajemen pengobatan, serta kurangnya dukungan sosial.
Gejala dan Tanda: Tidak rutin memantau kadar glukosa darah, tidak patuh dalam mengonsumsi obat DM, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan standar diagnosis keperawatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan standar luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan pasien.
- Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 12583 | 20 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. Y berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Glukosa Darah
- Definisi: Rentan mengalami perubahan kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Pola makan tidak sehat, aktivitas fisik kurang, stress, obat-obatan.
- Gejala dan tanda: Kelelahan, perubahan konsentrasi, perubahan penglihatan, perubahan sensasi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten mengambil tindakan untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan manajemen penyakit, kurangnya motivasi, hambatan ekonomi.
- Gejala dan tanda: Tidak mengikuti regimen terapeutik yang direkomendasikan, tidak mematuhi pengobatan, tidak memonitor gejala penyakit.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit kronis, penurunan sensasi.
- Gejala dan tanda: Kesulitan dalam berjalan, ketidakseimbangan, penurunan koordinasi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Glukosa Darah
- Kriteria hasil: Kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
2. Perilaku Manajemen Kesehatan
- Kriteria hasil: Pasien mampu menjelaskan penyakitnya, mengikuti regimen terapeutik yang direkomendasikan, memonitor gejala penyakit.
3. Mobilitas
- Kriteria hasil: Pasien mampu berjalan dengan seimbang, meningkatkan kekuatan dan koordinasi gerak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Glukosa Darah
- Monitor kadar glukosa darah secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian pengobatan antidiabetes
- Edukasi tentang manajemen diet dan aktivitas fisik untuk kontrol glukosa darah
2. Peningkatan Manajemen Kesehatan
- Asesmen pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penyakitnya
- Edukasi tentang penyakit DM, pentingnya pengobatan dan pemantauan rutin
- Identifikasi hambatan dan dukung pasien untuk mencapai perilaku manajemen kesehatan yang efektif
3. Peningkatan Mobilitas
- Asesmen fungsi mobilitas dan keseimbangan
- Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan
- Pemberian alat bantu jalan jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya sampaikan. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 12584 | 20 Feb 2025
Klinis : gangguan perfusi jaringan perifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai kondisi gangguan perfusi jaringan perifer dari perspektif keperawatan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan perfusi jaringan perifer adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan sistem kardiovaskular untuk menyuplai oksigen dan nutrisi yang cukup ke jaringan perifer, sehingga terjadi perubahan struktural dan fungsional pada jaringan tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer: Tingkat suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan perifer.
2. Sirkulasi: Kemampuan sistem kardiovaskular untuk mengantarkan darah, oksigen, dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh.
3. Integritas Jaringan: Kondisi struktural dan fungsional jaringan perifer yang optimal.
4. Mobilitas: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri.
5. Rasa Nyaman: Bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan yang terkait dengan gangguan perfusi jaringan perifer.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Mengukur tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu untuk mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan.
2. Manajemen Oksigenasi: Memastikan suplai oksigen yang adekuat ke jaringan perifer melalui pemberian oksigen, jika diperlukan.
3. Manajemen Sirkulasi: Mempertahankan perfusi jaringan yang optimal melalui terapi cairan, pengaturan posisi, dan intervensi lainnya.
4. Perawatan Ekstremitas: Menjaga kebersihan dan integritas kulit pada ekstremitas, serta menghindari trauma atau tekanan yang dapat mengganggu perfusi.
5. Manajemen Nyeri: Mengelola rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami pasien dengan pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, atau intervensi lainnya.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi tentang kondisi, perawatan, dan upaya untuk memperbaiki perfusi jaringan perifer.
7. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Bekerja sama dengan dokter, fisioterapis, atau ahli lain untuk mengoptimalkan penatalaksanaan gangguan perfusi jaringan perifer.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosa dan luaran yang diharapkan, perawat dapat membantu pasien dengan gangguan perfusi jaringan perifer untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemulihan dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 12585 | 20 Feb 2025
Klinis : Klien merasakan merasa pusing dan melakukan pemeriksaan di puskesmas, saat pemeriksaan di puskesmas pasien di rujuk ke RSUA dengan diagnosa hipertensi. Pasien dibawa ke poli obgyn RSUA, saat di periksa tekanan darah pasien 190/92 mmHg dan pasien diajurkan oleh dokter untuk melakukan SC dan pasien masuk RSUA, pasien memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan. Klien melakukan SC pada tanggal 28 Mei 2024 jam 10.00 WIB. Diagnosa medis post SC yakni P2012, post SC, MOW, letak lintang, hipertensi gestasional, bekas sectio caesarea. Ny.A sadar dan pada jam 13.30 wib. Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas:
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional
Definisi: Keadaan di mana individu rentan mengalami komplikasi kardiovaskular akibat peningkatan tekanan darah selama kehamilan.
2. Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami rasa takut, khawatir, dan tidak tenang terkait kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional:
a. Tekanan Darah Terkendali
b. Komplikasi Kardiovaskular Tidak Terjadi
c. Pengetahuan tentang Hipertensi Gestasional Meningkat
2. Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif:
a. Tingkat Kecemasan Menurun
b. Kemampuan Koping Meningkat
c. Partisipasi dalam Perawatan Bayi Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
b. Edukasi tentang Manajemen Hipertensi Gestasional
c. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian Terapi Antihipertensi
d. Evaluasi Respon Terapi Antihipertensi
2. Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif:
a. Terapi Relaksasi
b. Teknik Distraksi
c. Fasilitasi Keterlibatan Keluarga dalam Perawatan Bayi
d. Dukungan Emosional
e. Edukasi tentang Perawatan Bayi di Ruang Perina
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional: Pasien memiliki riwayat hipertensi gestasional selama kehamilan, sehingga berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular.
- Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif: Pasien merasa cemas dengan kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif di ruang perina.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Untuk Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional, diharapkan pasien dapat mencapai tujuan seperti tekanan darah terkendali, tidak terjadi komplikasi kardiovaskular, dan meningkatnya pengetahuan tentang hipertensi gestasional.
- Untuk Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif, diharapkan pasien dapat mencapai tujuan seperti tingkat kecemasan menurun, kemampuan koping meningkat, dan partisipasi dalam perawatan bayi meningkat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Untuk Risiko Komplikasi Kardiovaskular Berhubungan dengan Hipertensi Gestasional, intervensi yang diperlukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang manajemen hipertensi gestasional, kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian terapi antihipertensi, serta evaluasi respon terapi antihipertensi.
- Untuk Kecemasan Berhubungan dengan Kondisi Bayi yang Memerlukan Perawatan Intensif, intervensi yang diperlukan antara lain terapi relaksasi, teknik distraksi, fasilitasi keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi, dukungan emosional, serta edukasi tentang perawatan bayi di ruang perina. -
Article No. 12586 | 20 Feb 2025
Klinis : Klien merasakan merasa pusing dan melakukan pemeriksaan di puskesmas, saat pemeriksaan di puskesmas pasien di rujuk ke RSUA dengan diagnosa hipertensi. Pasien dibawa ke poli obgyn RSUA, saat di periksa tekanan darah pasien 190/92 mmHg dan pasien diajurkan oleh dokter untuk melakukan SC dan pasien masuk RSUA, pasien memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan. Klien melakukan SC pada tanggal 28 Mei 2024 jam 10.00 WIB. Diagnosa medis post SC yakni P2012, post SC, MOW, letak lintang, hipertensi gestasional, bekas sectio caesarea. Ny.A sadar dan pada jam 13.30 wib. Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 74.2
- Deskripsi: Seksio Sesarea
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I10 untuk hipertensi esensial (primer) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah hingga 190/92 mmHg saat pemeriksaan di rumah sakit.
2. Kode ICD-9-CM 74.2 untuk prosedur seksio sesarea (SC) yang dilakukan pada pasien pada tanggal 28 Mei 2024 pukul 10.00 WIB.
Selain itu, terdapat beberapa kondisi lain yang dapat dikodekan berdasarkan informasi yang diberikan:
- P2012: Riwayat hipertensi selama kehamilan (hipertensi gestasional)
- Z30.2: Sterilisasi (MOW)
- O32.1: Letak lintang
- O34.2: Bekas sectio caesarea
Kondisi bayi yang lahir dengan asfiksia ringan (skor Apgar 6) dapat dikodekan sebagai:
- P21.0: Asfiksia neonatorum ringan
Pasien juga mengalami kecemasan terkait kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif di ruang perina, yang dapat dikodekan sebagai:
- F41.1: Gangguan kecemasan, tidak terklasifikasi di tempat lain
Dalam praktik koding, setiap temuan klinis, diagnosis, dan prosedur medis harus dikodekan secara komprehensif untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kondisi pasien dan perawatan yang diberikan. -
Article No. 12587 | 20 Feb 2025
Klinis : Klien merasakan merasa pusing dan melakukan pemeriksaan di puskesmas, saat pemeriksaan di puskesmas pasien di rujuk ke RSUA dengan diagnosa hipertensi. Pasien dibawa ke poli obgyn RSUA, saat di periksa tekanan darah pasien 190/92 mmHg dan pasien diajurkan oleh dokter untuk melakukan SC dan pasien masuk RSUA, pasien memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan. Klien melakukan SC pada tanggal 28 Mei 2024 jam 10.00 WIB. Diagnosa medis post SC yakni P2012, post SC, MOW, letak lintang, hipertensi gestasional, bekas sectio caesarea. Ny.A sadar dan pada jam 13.30 wib. Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif.
Penjelasan Singkat:
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Dalam kasus ini, ibu merasa cemas karena kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif di ruang perina setelah lahir dengan Apgar score 6 (asfiksia ringan).
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Faktor Pencetus: Perubahan status kesehatan, Perubahan lingkungan, Prognosis penyakit, Kurang informasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat
3. Pengetahuan tentang kondisi kesehatan meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi
3. Libatkan keluarga dalam perawatan bayi
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Berikan dukungan emosional
Penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien serta keluarga dalam menghadapi kondisi bayi yang memerlukan perawatan intensif. -
Article No. 12588 | 20 Feb 2025
Klinis : Kasus Preeklampsia Berat Identitas Pasien • Nama: Ny. C • Usia: 29 tahun • Gravida/Para/Abortus (GPA): G2P0A1 • Usia Kehamilan: 34 minggu • Riwayat Obstetri: Pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan 12 minggu • Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan Keluhan Utama Pasien datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala berat, pandangan kabur, nyeri epigastrium, dan pembengkakan di kedua tungkai sejak 3 hari terakhir. Pemeriksaan Fisik • Tanda vital: - Tekanan darah: 180/110 mmHg (120/80 mmHg); - Nadi: 96x/menit (60-100x/menit) - Pernafasan: 22x/menit (16-20x/menit) - Suhu: 37°C (36,5-37,5oC) • Pemeriksaan umum: - Kesadaran: Compos mentis - Edema pitting (+2) di tungkai 3; - Refleks patella meningkat (+3), tanda klonus positif; • Pemeriksaan obstetri: - Leopold: TFU sesuai usia kehamilan: 32 cm, presentasi kepala: belum masuk PAP - Doppler USG: Denyut jantung janin 135x/menit (110-160 bpm) Pemeriksaan Penunjang • Urinalisis: - Proteinuria (+++ / ≥300 mg/24 jam) (<150mg/jam); • Laboratorium: - Hemoglobin: 11 g/dL (11g/dl) - Hematokrit: 35% (33-45%) - Trombosit: 95.000/μL (trombositopenia); (150.000-450.000/ μL) - SGOT/SGPT: Elevasi (tanda disfungsi hati); - Kreatinin: 1,3 mg/dL (indikasi gangguan ginjal): (0.5-1,1 mg/dL) • USG Doppler: - Oligohidramnion ringan; - Aliran darah arteri uterina tinggi (early diastolic notch positif);
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Ny. C yang mengalami preeklampsia berat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat vasokonstriksi pembuluh darah dan kebocoran kapiler (SDKI).
2. Perubahan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan gangguan fungsi ginjal (SDKI).
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebral (SDKI).
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (SDKI).
5. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kesehatan (SDKI).
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan: Pasien mengalami kehilangan cairan secara berlebihan akibat peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga cairan mudah keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan edema.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Ginjal: Pasien mengalami gangguan perfusi ginjal akibat vasokonstriksi pembuluh darah dan gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan peningkatan kreatinin.
3. Nyeri Akut: Pasien mengalami sakit kepala berat akibat peningkatan tekanan intrakranial karena edema serebral.
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral: Pasien berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak akibat edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
5. Cemas: Pasien mengalami kecemasan akibat ancaman terhadap kesehatannya dan kondisi yang mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara, Fungsi Ginjal Membaik, Nyeri Terkontrol, Perfusi Serebral Membaik, Kecemasan Menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan, Manajemen Ginjal, Manajemen Nyeri, Manajemen Perfusi Serebral, Manajemen Kecemasan.