Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12566 | 20 Feb 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer" (SDKI 2017). Kondisi hipertensi dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan perifer, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jika tidak segera diatasi. Diagnosa ini menggambarkan adanya masalah dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi di jaringan perifer akibat ketidakefektifan perfusi.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tekanan Darah Terkendali (SLKI 2019): Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal atau sesuai dengan target yang ditetapkan.
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik (SLKI 2019): Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan perifer, seperti ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan jaringan.
3. Pengetahuan Manajemen Hipertensi Meningkat (SLKI 2019): Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit hipertensi, faktor risiko, dan cara pengelolaan yang tepat.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI 2018): Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas penatalaksanaan hipertensi.
2. Edukasi Manajemen Hipertensi (SIKI 2018): Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi, faktor risiko, dan penatalaksanaan yang tepat, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan penggunaan obat antihipertensi.
3. Terapi Relaksasi (SIKI 2018): Mengajarkan dan memfasilitasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti relaksasi progresif, meditasi, atau latihan pernapasan, untuk membantu menurunkan tekanan darah.
4. Manajemen Aktivitas (SIKI 2018): Mengatur dan memantau aktivitas pasien sesuai dengan toleransinya, serta memberikan edukasi tentang aktivitas yang aman bagi pasien hipertensi.
5. Kolaborasi Terapi Farmakologis (SIKI 2018): Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengevaluasi dan mengatur pengobatan antihipertensi yang tepat bagi pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan hipertensi mencapai perbaikan kondisi klinis, peningkatan pengetahuan, dan kualitas hidup yang lebih baik. -
Article No. 12567 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. A berusia 28 tahun (P2A0) datang dengan keluhan bengkak pada bagian kemaluan yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Bagian yang bengkak awalnya kecil namun lama kelamaan membesar disertai rasa nyeri. Pasien mengaku baru melahirkan pada hari senin (10 Februari 2025) sekitar pukul 06.00 pagi dibantu oleh seorang bidan. Kemudian pada pukul 09.00 pagi pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Kira-kira pukul 12.00 siang pasien merasakan nyeri pada daerah kemaluannya, tampak daerah sekitar kemaluannya membengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan hilang timbul, dengan skala 5 dari 10. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi 22 x/menit, suhu 38.1°C. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan vulva asimetris, edema pada vulva sinistra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran ± 8 x 4 cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,7 x103 /µL, eritrosit 3,02 x 106 /µL, hemoglobin 9,9 g/dL, platelet 168 x103 /µL, clotting time 12 menit, bleeding time 1 menit 30 detik. Pada saat wawancara, pasien berulang kali bertanya mengenai kondisinya "apakah ini berbahaya? Apa tindakan yang akan di lakukan?" Pasien juga tampak khawatir dan gelisah. Ekspresi wajah pasien tampak cemas. Pasien tidak memiliki riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka penderita didiagnosis Hematoma Vulva Post Partum. Pasien direncanakan dilakukan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.2
- Deskripsi: Hematoma vulva pasca persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 75.92
- Deskripsi: Evakuasi hematoma dan hecting perineum
Penjelasan:
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang yang diberikan, pasien Ny. A dengan usia 28 tahun (P2A0) didiagnosis dengan Hematoma Vulva Post Partum. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah O90.2, yang menggambarkan komplikasi pasca persalinan berupa hematoma vulva.
Rencana tatalaksana yang akan dilakukan adalah evakuasi hematoma dan hecting perineum. Kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 75.92, yang menggambarkan tindakan operatif untuk menangani komplikasi pasca persalinan.
Pasien tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, sehingga perlu dilakukan edukasi yang komprehensif mengenai kondisi dan rencana tatalaksana yang akan dilakukan. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan pasien dan meminimalkan kecemasan yang ada. -
Article No. 12568 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. A berusia 28 tahun (P2A0) datang dengan keluhan bengkak pada bagian kemaluan yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Bagian yang bengkak awalnya kecil namun lama kelamaan membesar disertai rasa nyeri. Pasien mengaku baru melahirkan pada hari senin (10 Februari 2025) sekitar pukul 06.00 pagi dibantu oleh seorang bidan. Kemudian pada pukul 09.00 pagi pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Kira-kira pukul 12.00 siang pasien merasakan nyeri pada daerah kemaluannya, tampak daerah sekitar kemaluannya membengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan hilang timbul, dengan skala 5 dari 10. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi 22 x/menit, suhu 38.1°C. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan vulva asimetris, edema pada vulva sinistra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran ± 8 x 4 cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,7 x103 /µL, eritrosit 3,02 x 106 /µL, hemoglobin 9,9 g/dL, platelet 168 x103 /µL, clotting time 12 menit, bleeding time 1 menit 30 detik. Pada saat wawancara, pasien berulang kali bertanya mengenai kondisinya "apakah ini berbahaya? Apa tindakan yang akan di lakukan?" Pasien juga tampak khawatir dan gelisah. Ekspresi wajah pasien tampak cemas. Pasien tidak memiliki riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka penderita didiagnosis Hematoma Vulva Post Partum. Pasien direncanakan dilakukan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan hematoma vulva post partum.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
- Keluhan nyeri pada daerah vulva
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
- Perubahan tanda vital (misal: peningkatan denyut nadi, pernapasan, tekanan darah)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Motivasi pasien untuk melaporkan jika nyeri bertambah
2. Cemas berhubungan dengan kondisi hematoma vulva post partum.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap sumber stres yang dirasakan atau diperkirakan.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
- Kekhawatiran yang diekspresikan secara verbal
- Tampak cemas dan gelisah
- Pertanyaan berulang mengenai kondisi kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif
- Berikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Penjelasan singkat:
Ny. A mengalami hematoma vulva post partum yang menyebabkan nyeri dan kecemasan. Keperawatan berfokus pada pengelolaan nyeri dan kecemasan untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya. -
Article No. 12569 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. A berusia 28 tahun (P2A0) datang dengan keluhan bengkak pada bagian kemaluan yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Bagian yang bengkak awalnya kecil namun lama kelamaan membesar disertai rasa nyeri. Pasien mengaku baru melahirkan pada hari senin (10 Februari 2025) sekitar pukul 06.00 pagi dibantu oleh seorang bidan. Kemudian pada pukul 09.00 pagi pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Kira-kira pukul 12.00 siang pasien merasakan nyeri pada daerah kemaluannya, tampak daerah sekitar kemaluannya membengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan hilang timbul, dengan skala 5 dari 10. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi 22 x/menit, suhu 38.1°C. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan vulva asimetris, edema pada vulva sinistra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran ± 8 x 4 cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,7 x103 /µL, eritrosit 3,02 x 106 /µL, hemoglobin 9,9 g/dL, platelet 168 x103 /µL, clotting time 12 menit, bleeding time 1 menit 30 detik. Pada saat wawancara, pasien berulang kali bertanya mengenai kondisinya "apakah ini berbahaya? Apa tindakan yang akan di lakukan?" Pasien juga tampak khawatir dan gelisah. Ekspresi wajah pasien tampak cemas. Pasien tidak memiliki riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka penderita didiagnosis Hematoma Vulva Post Partum. Pasien direncanakan dilakukan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penyebab: Hematoma vulva post partum
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, atau sistem tubuh.
Penyebab: Luka perineum post partum
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak jelas dan non-spesifik.
Penyebab: Pengetahuan kurang tentang kondisi saat ini, prognosis, dan rencana tindakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi (skala nyeri ≤3).
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
2. Risiko Infeksi
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (demam, peningkatan jumlah leukosit, peradangan, atau drainase purulent).
- Luka perineum tampak membaik (tidak ada edema, kemerahan, atau drainase).
3. Kecemasan
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan baik.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai indikasi medis.
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Risiko Infeksi
- Lakukan observasi tanda-tanda infeksi (suhu, jumlah leukosit, peradangan, drainase).
- Berikan antibiotik sesuai indikasi medis.
- Ajarkan pasien tentang perawatan luka perineum yang benar (kebersihan, teknik perawatan).
- Kolaborasi dengan ahli medis untuk tindakan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
3. Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Berikan informasi yang jelas dan dapat dipahami tentang kondisi saat ini, prognosis, dan rencana tindakan.
- Beri dukungan emosional dan anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan.
Pasien perlu mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nyeri, risiko infeksi, dan kecemasan yang dialaminya. Kolaborasi dengan tim medis juga sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang optimal. -
Article No. 12570 | 20 Feb 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertensi
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang menetap. Diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan terkait peningkatan tekanan darah.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan hipertensi antara lain tekanan darah dalam batas normal, manajemen hipertensi yang efektif, serta tidak ada komplikasi yang terkait dengan hipertensi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi meliputi pemantauan tekanan darah, edukasi gaya hidup sehat, manajemen obat-obatan antihipertensi, serta intervensi untuk mengatasi faktor risiko hipertensi seperti manajemen stres dan pengaturan diet.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian menyeluruh, menetapkan diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk mengelola hipertensi pasien secara komprehensif berdasarkan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12571 | 20 Feb 2025
Klinis : Kasus Pemicu untuk Penyakit Gagal Ginjal Akut: Seorang anak perempuan usia 5 tahun di bawa kerumah sakit karena keluhan mual, muntah dan letih sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa muka anaknya sembab dari biasanya. Ibu juiga mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang sekali buang air kecil, yang mencemaskan ibu adalah buang air kecil anak terlihat berwarna kemerahan seperti air cucian daging. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD: 130/90mmHg, nadi: 124x/menit, nafas: 32x/menit dan suhu: 37,8⁰C. Anak terlihat letih, pucat, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering. Menurut ibu tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Volume Cairan terkait penurunan asupan cairan dan kehilangan cairan melalui muntah, ditandai dengan mual, muntah, kelelahan, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering.
2. Hipertensi terkait gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan tekanan darah tinggi (130/90 mmHg).
3. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus terkait gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan produksi urin yang sedikit dan berwarna kemerahan.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang ditandai dengan menurunnya gejala mual, muntah, kelelahan, mata tidak cekung, kulit dan membran mukosa lembab.
2. Tekanan Darah Terkendali: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal yang ditandai dengan penurunan tekanan darah ke nilai normal.
3. Fungsi Ginjal Membaik: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat meningkatkan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan produksi urin dan warna urin yang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Monitor asupan dan pengeluaran cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen cairan yang adekuat
2. Manajemen Hipertensi:
- Monitor tekanan darah secara berkala
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep dokter
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen hipertensi
3. Peningkatan Fungsi Ginjal:
- Monitor produksi dan karakteristik urin
- Berikan terapi sesuai indikasi medis (contoh: terapi cairan, antibiotik)
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga fungsi ginjal
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Sebagai perawat, saya memahami kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun ini yang mengalami keluhan mual, muntah, kelelahan, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering, serta produksi urin yang sedikit dan berwarna kemerahan. Berdasarkan data tersebut, saya mengidentifikasi tiga diagnosa keperawatan utama, yaitu gangguan volume cairan, hipertensi, dan penurunan laju filtrasi glomerulus.
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen cairan, manajemen hipertensi, dan peningkatan fungsi ginjal. Dalam manajemen cairan, saya akan memantau asupan dan pengeluaran cairan pasien, memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan, serta mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen cairan yang adekuat. Dalam manajemen hipertensi, saya akan memantau tekanan darah secara berkala, memberikan obat antihipertensi sesuai resep dokter, dan mengajarkan pasien serta keluarga tentang manajemen hipertensi. Dalam peningkatan fungsi ginjal, saya akan memantau produksi dan karakteristik urin, memberikan terapi sesuai indikasi medis (misalnya terapi cairan, antibiotik), dan mengajarkan pasien serta keluarga tentang pentingnya menjaga fungsi ginjal.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan, tekanan darah terkendali, dan fungsi ginjal yang membaik. Sebagai perawat, saya akan terus memantau dan mengkaji perkembangan kondisi pasien, serta melakukan penyesuaian intervensi sesuai kebutuhan untuk memastikan peningkatan kesehatan pasien. -
Article No. 12572 | 20 Feb 2025
Klinis : Kasus Pemicu untuk Penyakit Gagal Ginjal Akut: Seorang anak perempuan usia 5 tahun di bawa kerumah sakit karena keluhan mual, muntah dan letih sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa muka anaknya sembab dari biasanya. Ibu juiga mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang sekali buang air kecil, yang mencemaskan ibu adalah buang air kecil anak terlihat berwarna kemerahan seperti air cucian daging. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD: 130/90mmHg, nadi: 124x/menit, nafas: 32x/menit dan suhu: 37,8⁰C. Anak terlihat letih, pucat, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering. Menurut ibu tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Gangguan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan penurunan intake cairan dan peningkatan kehilangan cairan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Cairan dan Elektrolit adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan volume, komposisi, atau distribusi cairan dan elektrolit tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien akan mempertahankan status cairan dan elektrolit dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status cairan dan elektrolit, pemberian cairan intravena, dan pemantauan intake dan output cairan.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan aktivitas, manajemen energi, dan pemberian dukungan emosional.
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan penurunan intake cairan.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kekurangan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan volume cairan tubuh yang ditandai dengan dehidrasi.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien akan mempertahankan volume cairan tubuh dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, dan manajemen mual dan muntah.
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang utama adalah Risiko Gangguan Cairan dan Elektrolit, yang perlu ditangani dengan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 12573 | 20 Feb 2025
Klinis : sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi sesak nafas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas adalah "Ketidakefektifan Pola Napas". Diagnosa ini menggambarkan adanya perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan pertukaran gas tidak optimal. Ciri-ciri utama dari diagnosa ini meliputi: peningkatan usaha napas, perubahan irama napas, dan adanya sensasi sesak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi sesak nafas adalah "Pola Napas Efektif". Luaran ini menggambarkan keadaan dimana frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan seseorang berada dalam rentang normal, sehingga pertukaran gas dapat berlangsung secara optimal. Indikator-indikator dalam luaran ini meliputi: frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman napas adekuat, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda pernapasan yang sulit.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif" pada kondisi sesak nafas antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka, seperti memberikan oksigen, melakukan suction, dan mengajarkan teknik batuk efektif.
2. Terapi Pernapasan: Tindakan untuk meningkatkan ventilasi dan pertukaran gas, seperti mengajarkan teknik pernapasan diafragma, pursed-lip breathing, dan latihan mobilisasi dada.
3. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang menyertai sesak nafas, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
4. Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi dan edukasi terkait penyebab, pencegahan, dan manajemen sesak nafas agar pasien dan keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
5. Pemantauan Tanda Vital: Pemeriksaan dan pencatatan parameter fisiologis terkait fungsi pernapasan, seperti frekuensi napas, kedalaman napas, dan saturasi oksigen.
Dengan penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif, diharapkan luaran "Pola Napas Efektif" dapat tercapai, sehingga pasien dengan kondisi sesak nafas dapat memperoleh perbaikan fungsi pernapasan dan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 12574 | 20 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sudah 3 hari sesekali demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan keluhan sakit kepala selama 3 hari, sesekali demam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas normal sebagai akibat dari peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Faktor yang berhubungan: Agen cidera biologis (infeksi)
- Karakteristik: Keluhan nyeri, Perubahan ekspresi wajah, Gelisah
2. Hipertermia
- Faktor yang berhubungan: Proses inflamasi
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, Kulit kemerahan, Sakit kepala
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri berkurang, Tampak rileks, Dapat beristirahat/tidur
2. Suhu Tubuh dalam Batas Normal
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Intervensi: Kaji nyeri secara komprehensif, Berikan obat analgesik, Terapkan terapi nonfarmakologis
2. Manajemen Demam
- Intervensi: Kaji tanda-tanda vital, Berikan cairan/antipiretik, Pertahankan lingkungan yang sejuk
Dalam konteks ini, pasien mengalami nyeri kepala dan demam, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk mengatasi kedua masalah kesehatan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12575 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang Laki-laki usia 45 tahun. Pasien dibawa ke RSJ karena mengurung diri di kamar sejak diputus kekasihnya dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil pengkajian keluarga mengatakan ini telah terjadi sejak 5 bulan yang lalu dan sudah dibawa berobat ke dukun tapi malah tambah parah. Pasien tampak kotor, bau, rambut kusut, pakaian berlapis-lapis dan hanya duduk sendiri di pojok ruangan. Pasien tidak mau makan, terkadang pasien kencing di celananya. Masalah apakah yang dialami Pasien? Jelaskanlah secara Konsep/teori? Data apa yang mendukung masalahnya? Tindakan apa yang harus dilakukan???
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami masalah kesehatan mental berupa Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik. Berikut penjelasan lebih lanjut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir, perubahan persepsi realita, dan penarikan diri dari interaksi sosial.
Penjelasan:
Pasien mengalami isolasi sosial yang ditandai dengan mengurung diri di kamar, tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat berhubungan dengan gangguan proses pikir, perubahan persepsi realita, serta penarikan diri dari interaksi sosial.
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan proses pikir dan perubahan persepsi realita.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan tanda-tanda defisit perawatan diri, seperti tampak kotor, bau, rambut kusut, dan pakaian berlapis-lapis. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan proses pikir dan perubahan persepsi realita yang dialami pasien.
Pengkajian Data Pendukung:
1. Pasien dibawa ke RSJ karena mengurung diri di kamar sejak diputus kekasihnya dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Hasil pengkajian keluarga mengatakan ini telah terjadi sejak 5 bulan yang lalu dan sudah dibawa berobat ke dukun tapi malah tambah parah.
3. Pasien tampak kotor, bau, rambut kusut, pakaian berlapis-lapis dan hanya duduk sendiri di pojok ruangan.
4. Pasien tidak mau makan, terkadang pasien kencing di celananya.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengevaluasi kondisi psikologis, sosial, dan fisik pasien.
2. Berikan terapi psikososial, seperti terapi kognitif-perilaku, terapi kelompok, dan terapi keluarga, untuk membantu pasien mengatasi masalah psikologis.
3. Berikan perawatan diri yang diperlukan, seperti mandi, ganti pakaian, dan perawatan rambut, untuk memulihkan kebersihan dan penampilan pasien.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental lainnya, seperti psikiater dan psikolog, untuk memberikan intervensi yang sesuai.
5. Lakukan edukasi dan dukungan kepada keluarga mengenai perawatan pasien di rumah setelah keluar dari rumah sakit.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat memulihkan kondisi psikologis, sosial, dan fisiknya, serta mampu kembali menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri.