Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12559 | 20 Feb 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki an. M usia 2 tahun dibawa ke UGD. Pasien saat itu sedang berada di tempat penitipan anak dan bermain dengan teman sebayanya. Menurut pengasuh penitipan anak, ia meninggalkan anak-anak bermain selama beberapa menit. Saat kembali, ia melihat an. M berubah menjadi biru dengan kepala terbungkus plastik dan anak M terlihat sesak napas. Pada pemeriksaan, kesadaran compos mentis, temperatur 37,7°C, tekanan darah 70/40 mmHg, kecepatan denyut jantung 112x/menit, kecepatan respirasi 35x/menit, SpO2 92%, akral dingin, pucat, menggunakan otot bantu pernafasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan keterkaitan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
3. Risiko Perubahan Suhu Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor Terkait: Obstruksi jalan napas, trauma pada dada, kelelahan otot pernapasan.
- SDKI: Ventilasi spontan terganggu.
- SLKI: Mempertahankan fungsi ventilasi.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Terapi oksigen.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakcukupan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor Terkait: Hipovolemia, penyakit kardiovaskular.
- SDKI: Perfusi perifer terganggu.
- SLKI: Mempertahankan sirkulasi.
- SIKI: Manajemen sirkulasi, Manajemen syok.
3. Risiko Perubahan Suhu Tubuh
- Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh yang tidak dapat diatur.
- Faktor Terkait: Ketidakstabilan sirkulasi, paparan lingkungan.
- SDKI: Perubahan suhu tubuh.
- SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
- SIKI: Manajemen suhu tubuh.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia digunakan sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Diagnosa keperawatan tersebut merupakan dasar untuk menentukan intervensi yang tepat dalam mengatasi permasalahan kesehatan pasien. -
Article No. 12560 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas Dibuktikan dengan: Tekanan darah tidak terkontrol, Peningkatan Frekuensi Napas, Peningkatan Tekanan Darah.
Penjelasan:
Hipertensi merupakan kondisi medis yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskular, termasuk perubahan pada pola napas. Pasien dengan hipertensi seringkali mengalami gangguan dalam ventilasi dan oksigenasi, yang dapat ditandai dengan peningkatan frekuensi napas dan tekanan darah tidak terkontrol. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
- Indikator: Frekuensi Napas dalam Rentang Normal, Irama Napas Teratur, Tidak Ada Penggunaan Otot Bantu Pernapasan.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat memiliki pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas yang teratur, dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Hal ini menunjukkan bahwa ventilasi dan oksigenasi pasien telah tercapai dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Intervensi: Mempertahankan Jalan Napas Bebas, Memfasilitasi Batuk Efektif, Mengajarkan Teknik Pernapasan.
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Intervensi: Memantau Tekanan Darah, Memantau Frekuensi Napas, Memantau Saturasi Oksigen.
3. Manajemen Hipertensi
- Intervensi: Mengkaji Faktor Risiko Hipertensi, Mengajarkan Manajemen Hipertensi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan adalah manajemen jalan napas, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen hipertensi. Manajemen jalan napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas bebas, memfasilitasi batuk efektif, dan mengajarkan teknik pernapasan. Pemantauan tanda-tanda vital bertujuan untuk memantau tekanan darah, frekuensi napas, dan saturasi oksigen. Manajemen hipertensi bertujuan untuk mengkaji faktor risiko hipertensi, mengajarkan manajemen hipertensi, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pola napas efektif, sehingga dapat membantu dalam pengelolaan kondisi hipertensi yang dialami. -
Article No. 12561 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan pasien untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat terjadi penyakit atau kondisi yang tidak diinginkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemahaman tentang penyakit hipertensi, kemampuan dalam mengelola faktor risiko, dan kepatuhan dalam menjalani regimen pengobatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi edukasi tentang hipertensi, pemantauan tanda dan gejala, modifikasi gaya hidup, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola kondisi hipertensi.
Sebagai perawat, saya akan fokus pada upaya membantu pasien untuk memahami kondisi hipertensi, mengidentifikasi faktor risiko, dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola penyakitnya secara efektif. Upaya ini akan melibatkan kolaborasi dengan pasien dan keluarga, serta koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 12562 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 Tahun Yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Napas" (SDKI, 2017). Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada pola napas pasien. Pasien dengan hipertensi jangka panjang dapat mengalami perubahan struktur dan fungsi jantung, yang dapat berdampak pada pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif" (SLKI, 2019). Indikator keberhasilan dari luaran ini mencakup: frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, kedalaman napas adekuat, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Dengan tercapainya pola napas yang efektif, diharapkan dapat meningkatkan perfusi jaringan dan mengurangi risiko komplikasi akibat hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif", berikut intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI, 2018):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau dan pertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam batas normal
- Lakukan suction bila terdapat sekret berlebih
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau pola, frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik/pursed-lip breathing
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi ventilasi
3. Edukasi Manajemen Hipertensi
- Edukasi mengenai penggunaan obat antihipertensi secara teratur
- Edukasi gaya hidup sehat, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres
- Monitor tekanan darah secara rutin dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran "Pola Napas Efektif" dan menurunkan risiko komplikasi akibat hipertensi yang diderita. -
Article No. 12563 | 20 Feb 2025
Klinis : Kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, rakun ayes
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, dan rakun ayes, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Cedera kepala berhubungan dengan benturan kepala dengan tembok.
Penjelasan singkat:
a. SDKI: Cedera kepala adalah kerusakan struktur atau fungsi otak yang disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung pada kepala.
b. SLKI: Tujuan dari penatalaksanaan cedera kepala adalah untuk mencegah komplikasi, memaksimalkan fungsi, dan memfasilitasi pemulihan.
c. SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, penilaian neurologis, manajemen nyeri, dan penanganan komplikasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar, saya akan menyampaikan informasi ini dengan bahasa yang lebih formal dan rinci. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang dapat dilakukan. -
Article No. 12564 | 20 Feb 2025
Klinis : Kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, rakun ayes
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu kepentok tembok, bengkak di pelipis kanan, dan rakun ayes, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Integritas Kulit: Luka Terbuka
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan dermis yang disebabkan oleh trauma fisik.
Penyebab: Trauma fisik akibat kepentok tembok.
Tanda dan Gejala: Bengkak di pelipis kanan, kulit terbuka, perdarahan.
2. Gangguan Persepsi Sensorik: Perubahan Sensasi
Definisi: Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli sensorik.
Penyebab: Trauma fisik pada kepala yang dapat menyebabkan perubahan sensasi (rakun ayes).
Tanda dan Gejala: Perubahan sensasi, seperti pandangan yang kabur atau tidak fokus.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
- Luka berangsur-angsur menutup
- Tidak ada komplikasi, seperti perdarahan atau nekrosis
2. Persepsi Sensorik Membaik
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat merespon stimulus sensorik dengan baik
- Tidak ada gangguan persepsi sensorik yang signifikan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Perawatan Luka Terbuka
- Membersihkan luka dengan cairan antiseptik
- Menutup luka dengan balutan yang sesuai
- Memantau tanda-tanda infeksi
- Memberikan terapi analgesik jika diperlukan
2. Manajemen Nyeri
- Menilai nyeri pasien menggunakan skala nyeri yang sesuai
- Memberikan terapi analgesik yang sesuai
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi atau distraksi
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara teratur
- Mendeteksi adanya perubahan signifikan yang dapat menandakan komplikasi
4. Terapi Aktivitas
- Membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Memberikan latihan atau terapi yang sesuai untuk memulihkan fungsi sensorik
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dan mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 12565 | 20 Feb 2025
Klinis : batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi batuk pilek berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi batuk pilek:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab:
1. Produksi sekret yang berlebihan
2. Peningkatan rangsangan batuk
3. Peradangan saluran napas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan saluran napas.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
b. Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
c. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
d. Tidak ada gangguan pola napas
e. Suara napas bersih tanpa ronki atau wheezing
2. Gejala Pernafasan
Definisi: Tingkat keparahan dari gejala pernafasan.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi batuk berkurang
b. Produksi sekret berkurang
c. Tidak ada kesulitan bernapas
d. Tidak ada rasa nyeri atau tidak nyaman di dada
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Evaluasi jalan napas
b. Atur posisi tidur yang nyaman
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Lakukan tindakan suction jika diperlukan
e. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Manajemen Sekret
a. Auskultasi suara napas
b. Beri hidrasi yang adekuat
c. Lakukan pemijatan dada dan punggung
d. Kolaborasi pemberian ekspektoran atau mukolitik
3. Manajemen Gejala
a. Ajarkan teknik relaksasi
b. Berikan analgesik atau antipiretik jika diperlukan
c. Anjurkan istirahat yang cukup
d. Edukasi terkait penyebab dan penatalaksanaan batuk pilek
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan diagnosa dan luaran yang telah ditetapkan, diharapkan pasien dengan kondisi batuk pilek dapat mempertahankan bersihan jalan napas, mengalami penurunan gejala pernafasan, dan mencapai kesembuhan. -
Article No. 12566 | 20 Feb 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer" (SDKI 2017). Kondisi hipertensi dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan perifer, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jika tidak segera diatasi. Diagnosa ini menggambarkan adanya masalah dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi di jaringan perifer akibat ketidakefektifan perfusi.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertensi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tekanan Darah Terkendali (SLKI 2019): Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal atau sesuai dengan target yang ditetapkan.
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik (SLKI 2019): Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan perifer, seperti ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan jaringan.
3. Pengetahuan Manajemen Hipertensi Meningkat (SLKI 2019): Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit hipertensi, faktor risiko, dan cara pengelolaan yang tepat.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI 2018): Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas penatalaksanaan hipertensi.
2. Edukasi Manajemen Hipertensi (SIKI 2018): Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi, faktor risiko, dan penatalaksanaan yang tepat, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan penggunaan obat antihipertensi.
3. Terapi Relaksasi (SIKI 2018): Mengajarkan dan memfasilitasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti relaksasi progresif, meditasi, atau latihan pernapasan, untuk membantu menurunkan tekanan darah.
4. Manajemen Aktivitas (SIKI 2018): Mengatur dan memantau aktivitas pasien sesuai dengan toleransinya, serta memberikan edukasi tentang aktivitas yang aman bagi pasien hipertensi.
5. Kolaborasi Terapi Farmakologis (SIKI 2018): Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengevaluasi dan mengatur pengobatan antihipertensi yang tepat bagi pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dengan hipertensi mencapai perbaikan kondisi klinis, peningkatan pengetahuan, dan kualitas hidup yang lebih baik. -
Article No. 12567 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. A berusia 28 tahun (P2A0) datang dengan keluhan bengkak pada bagian kemaluan yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Bagian yang bengkak awalnya kecil namun lama kelamaan membesar disertai rasa nyeri. Pasien mengaku baru melahirkan pada hari senin (10 Februari 2025) sekitar pukul 06.00 pagi dibantu oleh seorang bidan. Kemudian pada pukul 09.00 pagi pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Kira-kira pukul 12.00 siang pasien merasakan nyeri pada daerah kemaluannya, tampak daerah sekitar kemaluannya membengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan hilang timbul, dengan skala 5 dari 10. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi 22 x/menit, suhu 38.1°C. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan vulva asimetris, edema pada vulva sinistra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran ± 8 x 4 cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,7 x103 /µL, eritrosit 3,02 x 106 /µL, hemoglobin 9,9 g/dL, platelet 168 x103 /µL, clotting time 12 menit, bleeding time 1 menit 30 detik. Pada saat wawancara, pasien berulang kali bertanya mengenai kondisinya "apakah ini berbahaya? Apa tindakan yang akan di lakukan?" Pasien juga tampak khawatir dan gelisah. Ekspresi wajah pasien tampak cemas. Pasien tidak memiliki riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka penderita didiagnosis Hematoma Vulva Post Partum. Pasien direncanakan dilakukan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.2
- Deskripsi: Hematoma vulva pasca persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 75.92
- Deskripsi: Evakuasi hematoma dan hecting perineum
Penjelasan:
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang yang diberikan, pasien Ny. A dengan usia 28 tahun (P2A0) didiagnosis dengan Hematoma Vulva Post Partum. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah O90.2, yang menggambarkan komplikasi pasca persalinan berupa hematoma vulva.
Rencana tatalaksana yang akan dilakukan adalah evakuasi hematoma dan hecting perineum. Kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 75.92, yang menggambarkan tindakan operatif untuk menangani komplikasi pasca persalinan.
Pasien tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, sehingga perlu dilakukan edukasi yang komprehensif mengenai kondisi dan rencana tatalaksana yang akan dilakukan. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan pasien dan meminimalkan kecemasan yang ada. -
Article No. 12568 | 20 Feb 2025
Klinis : Ny. A berusia 28 tahun (P2A0) datang dengan keluhan bengkak pada bagian kemaluan yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Bagian yang bengkak awalnya kecil namun lama kelamaan membesar disertai rasa nyeri. Pasien mengaku baru melahirkan pada hari senin (10 Februari 2025) sekitar pukul 06.00 pagi dibantu oleh seorang bidan. Kemudian pada pukul 09.00 pagi pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Kira-kira pukul 12.00 siang pasien merasakan nyeri pada daerah kemaluannya, tampak daerah sekitar kemaluannya membengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan hilang timbul, dengan skala 5 dari 10. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 107 x/menit, Respirasi 22 x/menit, suhu 38.1°C. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan vulva asimetris, edema pada vulva sinistra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran ± 8 x 4 cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,7 x103 /µL, eritrosit 3,02 x 106 /µL, hemoglobin 9,9 g/dL, platelet 168 x103 /µL, clotting time 12 menit, bleeding time 1 menit 30 detik. Pada saat wawancara, pasien berulang kali bertanya mengenai kondisinya "apakah ini berbahaya? Apa tindakan yang akan di lakukan?" Pasien juga tampak khawatir dan gelisah. Ekspresi wajah pasien tampak cemas. Pasien tidak memiliki riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka penderita didiagnosis Hematoma Vulva Post Partum. Pasien direncanakan dilakukan evakuasi hematoma dan hecting perineum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan hematoma vulva post partum.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
- Keluhan nyeri pada daerah vulva
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
- Perubahan tanda vital (misal: peningkatan denyut nadi, pernapasan, tekanan darah)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Motivasi pasien untuk melaporkan jika nyeri bertambah
2. Cemas berhubungan dengan kondisi hematoma vulva post partum.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap sumber stres yang dirasakan atau diperkirakan.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
- Kekhawatiran yang diekspresikan secara verbal
- Tampak cemas dan gelisah
- Pertanyaan berulang mengenai kondisi kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif
- Berikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Penjelasan singkat:
Ny. A mengalami hematoma vulva post partum yang menyebabkan nyeri dan kecemasan. Keperawatan berfokus pada pengelolaan nyeri dan kecemasan untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya.