Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12658 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi dugaan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis infeksi dugaan) sesuai dengan keluhan utama klien yaitu diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Pemeriksaan fisik juga menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mata cekung, membran mukosa kering, dan ekstremitas teraba dingin.
2. Kode ICD-9-CM 99.15 (Pemberian cairan intravena) sesuai dengan tindakan medis yang diberikan, yaitu pemasangan IVFD RL 60 cc per menit. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dehidrasi akibat diare kronis yang dialami klien.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, klien juga mengalami:
- Kandidiasis oral, yang dapat dikodekan dengan B37.0 (Candidiasis mulut)
- Penurunan berat badan drastis, yang dapat dikodekan dengan R63.4 (Penurunan berat badan tidak disengaja)
- Hasil pemeriksaan HIV positif, yang dapat dikodekan dengan B20 (Penyakit yang disebabkan oleh virus imunodefisiensi manusia [HIV])
Sehingga secara keseluruhan, diagnosis utama klien adalah diare kronis akibat infeksi (kode ICD-10 A09) dengan hasil pemeriksaan HIV positif (kode ICD-10 B20) dan komplikasi lainnya seperti kandidiasis oral (kode ICD-10 B37.0) serta penurunan berat badan drastis (kode ICD-10 R63.4). Tindakan medis yang diberikan adalah pemberian cairan intravena (kode ICD-9-CM 99.15). -
Article No. 12659 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berkontribusi: Penurunan nafsu makan, mual, diare kronis, malabsorpsi.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Faktor yang berkontribusi: Kelemahan fisik, penurunan berat badan, keadaan umum yang buruk.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen.
Faktor yang berkontribusi: Penurunan sistem imun, malnutrisi, kandidiasis oral.
4. Perubahan Proses Pikir
Definisi: Perubahan dalam proses berpikir yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku.
Faktor yang berkontribusi: Kondisi medis, stigma penyakit, depresi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Perawat menggunakan ketiga standar ini (SDKI, SLKI, SIKI) sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 12660 | 21 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang dialami oleh Ny. W, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
b. Ketidakefektifan Pola Napas
c. Intoleransi Aktivitas
d. Risiko Infeksi
e. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
f. Gangguan Citra Tubuh
g. Kelelahan
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses penyakit Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang menyebabkan nyeri sendi, sakit kepala, dan sariawan pada mulut.
- Karakteristik: Nyeri kepala, nyeri sendi, dan nyeri saat menelan.
b. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Penyebab: Adanya proses infeksi paru (pneumonia) akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Batuk produktif dengan dahak kental.
c. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan umum, nyeri sendi, dan penurunan berat badan akibat Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan terhadap patogen.
- Penyebab: Penurunan sistem imun akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Adanya pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunan sel darah putih.
e. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan, sariawan pada mulut, dan penurunan berat badan akibat kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Penurunan berat badan yang signifikan.
f. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan fisik seseorang.
- Penyebab: Adanya bercak-bercak kemerahan, rambut rontok, dan perubahan fisik lainnya akibat Lupus Eritomatosus Sistemik (LES).
- Karakteristik: Perubahan fisik yang terlihat pada pasien.
g. Kelelahan
- Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan yang melemahkan dan tidak berkurang walaupun istirahat.
- Penyebab: Proses penyakit Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) yang menyebabkan kelemahan umum.
- Karakteristik: Pasien mengeluhkan lemas di seluruh tubuh. -
Article No. 12661 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan berat badan.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Lupus).
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
4. Gangguan menelan berhubungan dengan sariawan pada mulut.
- SDKI: Gangguan Menelan
- SLKI: Peningkatan Kemampuan Menelan
- SIKI: Manajemen Gangguan Menelan
5. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan bercak-bercak kemerahan dan rambut rontok.
- SDKI: Perubahan Citra Tubuh
- SLKI: Penerimaan Citra Tubuh
- SIKI: Manajemen Perubahan Citra Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan berat badan:
- Pasien mengalami keluhan lemas seluruh tubuh, sehingga aktivitas sehari-hari terganggu.
- Terjadi penurunan berat badan yang signifikan, yang dapat menyebabkan kelemahan fisik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Lupus):
- Pasien mengalami nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus dan memberat saat beraktivitas.
- Nyeri sendi pada bahu dan siku yang mengganggu pergerakan pasien.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun:
- Pasien mengalami penurunan jumlah leukosit dan limfosit, serta ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
- Hal ini menunjukkan adanya penurunan sistem imun yang meningkatkan risiko infeksi.
4. Gangguan menelan berhubungan dengan sariawan pada mulut:
- Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri saat menelan, sehingga kesulitan untuk makan.
- Hal ini dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi dan cairan.
5. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan bercak-bercak kemerahan dan rambut rontok:
- Pasien mengalami bercak-bercak kemerahan pada beberapa bagian tubuh dan rambut rontok.
- Hal ini dapat menyebabkan perubahan penampilan fisik yang dapat mempengaruhi citra tubuh pasien. -
Article No. 12662 | 21 Feb 2025
Klinis : Tn.A berusia 31 tahun dirawat dengan keluhan diare kronis sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 100/ 62 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 23x/menit, S: 38,7oC. Hasil pemeriksaan fisik mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa bibir kering, lidah kotor, terdapat kandidiasi oral, pemeriksaan paru; suara napas bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-, ekstremitas teraba dingin, CRT>2 detik, pada kulit ekstremitas terdapat bercak-bercak putih. Klien mengalami penuruan berat badan drastis, IMT 17, klien juga tidak nafsu makan dan sering menolak untuk makan. BAB dan BAK pada pempers, aktivitas di tempat tidur dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien terpasang IVFD RL 60 cc per menit, cefotaxime 2x1 gr IV, ranitidine 2x50 mg IV, PCT 3x 500 mg oral. Saat diwawancarai klien banyak diam, tidak mau berkomunikasi dan menghindari pertanyaan. Dari keterangan keluarga, klien sebelumnya bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta sejak 10 tahun yang lalu, dan sebulan belakangan pulang dengan kondisi sering demam dan batuk. Klien tidak memiliki riwayat sebagai perokok. Tidak ada keluarga dengan penyakit seperti ini. Keluarga tidak mengetahui riwayat pergaulan klien, namun selama ini klien selalu bergaul dengan teman-teman laki-laki, jarang sekali bergaul dengan perempuan. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 10mg/dl, leukosit: 12.300 mg/dl, Ht: 18%, neutrofil segmen: 78, limfosit 10, Na: 135 mmol/L, K: 3,2 mmol/L, Cl: 104 mmol/L. Hasil ronxent thoraks: terdapat gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan. Hasil test HIV: +. Keluarga tidak menyangka anaknya akan terkena HIV dan setelah dijelaskan oleh kelurga pada klien, klien mengakui selama di Jakarta dia bergaul dengan sesama lelaki.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tn. A adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, diare kronis, dan infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Berat badan tidak sesuai dengan usia
- SIKI: Nutrisi terganggu
Tanda dan gejala: Penurunan berat badan drastis, IMT 17, tidak nafsu makan, sering menolak makan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare kronis dan infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kekurangan volume cairan
- SLKI: Hipovolemia
- SIKI: Cairan dan elektrolit terganggu
Tanda dan gejala: Mata cekung, konjungtiva anemis, membran mukosa bibir kering, ekstremitas teraba dingin, CRT >2 detik.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan depresi terkait kondisi penyakit.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Perubahan proses pikir
- SLKI: Distres emosional
- SIKI: Gangguan proses pikir
Tanda dan gejala: Banyak diam, tidak mau berkomunikasi, dan menghindari pertanyaan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat infeksi HIV.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Kerentanan terhadap infeksi
- SIKI: Risiko infeksi
Tanda dan gejala: Kandidiasis oral, ronki di paru, dan gambaran flek di lapang paru kiri dan kanan.
Standar diagnosis keperawatan yang digunakan adalah SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 12663 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan dada terasa berat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan dada terasa berat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Dada Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah dada.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman nyeri.
- Kenyamanan
Definisi: Perasaan sejahtera dan bebas dari ketidaknyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri yang dialami pasien.
- Manajemen Kenyamanan
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan perasaan sejahtera dan bebas dari ketidaknyamanan.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan dada terasa berat, yang merupakan salah satu gejala dari diagnosa keperawatan Nyeri Dada Akut. Tujuan keperawatan adalah untuk membantu pasien dalam mengendalikan pengalaman nyeri (Kontrol Nyeri) dan meningkatkan perasaan sejahtera serta bebas dari ketidaknyamanan (Kenyamanan). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri dan Manajemen Kenyamanan, seperti menilai karakteristik nyeri, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan obat analgesik jika diperlukan, dan memfasilitasi lingkungan yang nyaman bagi pasien. -
Article No. 12664 | 21 Feb 2025
Klinis : DS: -Ibu mengatakan anaknya mual, muntah, dan letih sejak 2 hari yang lalu - Ibu mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang buang air kecil. DO: -Anak terlihat letih dan pucat. -Mata cekung. -Kulit dan membran mukosa kering.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Mual, Muntah, dan Asupan Cairan Tidak Adekuat
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif yang Anda berikan, yaitu ibu mengatakan anaknya mual, muntah, dan jarang buang air kecil sejak 2 hari yang lalu, serta data objektif berupa anak yang terlihat letih, pucat, dengan mata cekung, dan kulit serta membran mukosa yang kering, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan "Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Mual, Muntah, dan Asupan Cairan Tidak Adekuat".
Risiko dehidrasi merupakan kondisi di mana terjadi kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh gejala mual, muntah, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Hidrasi
3. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Mual dan Muntah
3. Peningkatan Intake Nutrisi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini adalah dengan melakukan manajemen cairan, manajemen mual dan muntah, serta peningkatan intake nutrisi untuk memulihkan kondisi hidrasi dan keseimbangan cairan anak. -
Article No. 12665 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak perempuan usia 5 tahun di bawa kerumah sakit karena keluhan mual, muntah dan letih sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa muka anaknya sembab dari biasanya. Ibu juga mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang sekali buang air kecil, yang mencemaskan ibu adalah buang air kecil anak terlihat berwarna kemerahan seperti air cucian daging. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD: 130/90mmHg, nadi: 124x/menit, nafas: 32x/menit dan suhu: 37,8⁰C. Anak terlihat letih, pucat, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering. Menurut ibu tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempelajari kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Risiko: Muntah, asupan oral tidak adekuat.
- Gejala dan Tanda: Muka sembab, kulit dan membran mukosa kering, nadi cepat, urine berwarna kemerahan.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor Risiko: Kelelahan.
- Gejala dan Tanda: Letih, pucat.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Intervensi untuk Kekurangan Volume Cairan (SIKI):
- Monitor masukan dan pengeluaran cairan
- Berikan cairan intravena untuk memulihkan volume cairan
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas (SIKI):
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan istirahat yang cukup
- Pantau tanda-tanda kelelahan
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Status Hidrasi Membaik
2. Toleransi Aktivitas Membaik
Kesimpulan, kondisi anak perempuan usia 5 tahun ini menunjukkan kemungkinan diagnosis keperawatan Kekurangan Volume Cairan dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau status cairan, memberikan cairan intravena, mengatur aktivitas, dan memastikan istirahat yang cukup. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan status hidrasi dan toleransi aktivitas. -
Article No. 12666 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak perempuan usia 5 tahun di bawa kerumah sakit karena keluhan mual, muntah dan letih sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa muka anaknya sembab dari biasanya. Ibu juga mengatakan sudah satu minggu ini anak jarang sekali buang air kecil, yang mencemaskan ibu adalah buang air kecil anak terlihat berwarna kemerahan seperti air cucian daging. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD: 130/90mmHg, nadi: 124x/menit, nafas: 32x/menit dan suhu: 37,8⁰C. Anak terlihat letih, pucat, mata cekung, kulit dan membran mukosa kering. Menurut ibu tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi klinis yang disampaikan, diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan tubuh
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
Penyebab: Kehilangan cairan yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mengatur atau mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau psikologis.
Penyebab: Kelemahan fisik, penurunan energi, keletihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Terjadi keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan
- Tidak terjadi edema
- Membran mukosa lembab
- Berat badan stabil
2. Toleransi aktivitas meningkat
- Kelelahan berkurang
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen cairan
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Kaji asupan dan pengeluaran cairan
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat
- Monitor berat badan dan edema
- Kolaborasi pemberian cairan intravena jika perlu
2. Manajemen kelelahan
- Kaji tingkat kelelahan dan penyebabnya
- Bantu aktivitas dan perawatan diri sesuai toleransi
- Atur waktu istirahat yang cukup
- Kolaborasi pemberian obat-obatan stimulan jika perlu
Penjelasan rinci:
Anak perempuan usia 5 tahun dengan keluhan mual, muntah, letih, edema wajah, dan urin berwarna kemerahan kemungkinan mengalami gangguan keseimbangan cairan tubuh. Pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti takikardia, takipnea, hipertensi, dan membran mukosa kering. Intervensi keperawatan harus difokuskan pada pemantauan dan manajemen keseimbangan cairan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, manajemen kelelahan juga diperlukan untuk membantu anak beraktivitas sesuai toleransinya. Kolaborasi dengan tenaga medis lain, seperti pemberian cairan intravena dan obat-obatan, juga perlu dilakukan jika diperlukan. -
Article No. 12667 | 21 Feb 2025
Klinis : Kondisi bayi pada saat setelah operasi yakni BBL 2450 gram dan apgar score bayi 6 (Asfiksia ringan) sehingga diperlukan perawatan intensif di ruang perina, sehingga ibu merasa cemas dengan kondisi yang dialami bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang Berhubungan: Asfiksia berat, kelemahan otot pernapasan.
2. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Risiko: Berat badan lahir rendah, asfiksia.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan status kesehatan bayi, perpisahan dari bayi.
Luaran / Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Bayi dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Bayi dapat mengeluarkan sekret/benda asing dari saluran napas secara efektif.
- Bayi menunjukkan pola napas yang tidak terganggu.
2. Perfusi Jaringan Adekuat
- Bayi menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang baik (warna kulit, pengisian kapiler, suhu ekstremitas).
- Bayi tidak mengalami komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan.
3. Kecemasan Terkendali
- Ibu dapat mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan cemas.
- Ibu dapat menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan.
- Ibu menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan (tanda vital stabil, otot relaks).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pantau pola napas, irama, kedalaman, dan bunyi napas bayi
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret/benda asing
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi inhalasi, ventilasi mekanik jika perlu
2. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- Pantau tanda-tanda vital bayi secara berkala
- Lakukan perawatan inkubator untuk mengatur suhu dan kelembaban
- Pertahankan posisi tidur yang tepat untuk memfasilitasi perfusi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Kecemasan
- Bina hubungan saling percaya dengan ibu
- Identifikasi sumber dan tingkat kecemasan ibu
- Ajarkan teknik relaksasi, visualisasi, dan distraksi untuk mengurangi kecemasan
- Fasilitasi peran serta ibu dalam perawatan bayi sesuai kemampuan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa jika diperlukan konseling atau terapi tambahan
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi bayi setelah operasi dengan berat badan lahir 2450 gram dan skor Apgar 6 yang menunjukkan asfiksia ringan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup bersihan jalan napas tidak efektif, risiko perfusi jaringan tidak efektif, dan kecemasan. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya bersihan jalan napas efektif, perfusi jaringan adekuat, dan kecemasan terkendali. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan respiratory, suction, pemberian oksigen, perawatan inkubator, posisi tidur yang tepat, serta edukasi dan pendampingan psikologis bagi ibu untuk mengatasi kecemasan. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan dalam pemberian terapi spesifik sesuai kondisi bayi.