Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12645 | 21 Feb 2025
Klinis : perfusi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Perawat Profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kondisi perfusi yang Anda tanyakan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari PPNI:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Adapun luaran yang diharapkan dalam penanganan Gangguan Perfusi Jaringan adalah:
1. Perfusi Jaringan Membaik
2. Sirkulasi Perifer Membaik
3. Tanda-tanda Vital dalam Batas Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perfusi Jaringan antara lain:
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Nyeri
4. Terapi Oksigen
5. Terapi Cairan
Sebagai perawat profesional, kami akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, sehingga dapat memulihkan perfusi jaringan pasien secara optimal. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika butuh informasi tambahan. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih. -
Article No. 12646 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan keluhan mencret:
Diagnosa Keperawatan:
Diare (SDKI)
Penjelasan:
Diare adalah pengeluaran tinja dengan konsistensi cair atau encer yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare dapat disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan, malabsorpsi, intoleransi makanan, atau kondisi lainnya.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Diare (SIKI)
- Kaji tanda dan gejala diare, seperti frekuensi, konsistensi, warna, dan jumlah tinja
- Pantau tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, membran mukosa, dan intake/output cairan
- Kolaborasi pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare, seperti diet, hidrasi, dan pencegahan komplikasi
2. Manajemen Cairan (SIKI)
- Kaji status cairan pasien, termasuk tanda-tanda dehidrasi
- Kolaborasi pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Monitor intake dan output cairan, serta elektrolit dalam darah
3. Edukasi Kesehatan (SIKI)
- Berikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan diare
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet dan hidrasi yang tepat saat diare
- Diskusikan upaya pencegahan dan manajemen diare secara mandiri
Harapan Hasil (SLKI):
1. Tanda-tanda dehidrasi berkurang
2. Frekuensi dan konsistensi tinja membaik
3. Pasien dan keluarga memahami manajemen diare
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12647 | 21 Feb 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (Pain)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI:
Karakteristik Umum:
- Ekspresi verbal atau nonverbal dari ketidaknyamanan
- Perubahan tanda-tanda vital
- Perubahan perilaku
Faktor Terkait:
- Agen cedera biologis
- Agen cedera kimiawi
- Agen cedera fisik
- Agen cedera psikologis
SLKI:
Luaran yang Diharapkan:
- Klien dapat melaporkan pengurangan atau penghilangan nyeri
- Klien dapat mendemonstrasikan strategi penanganan nyeri yang efektif
- Klien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Pengkajian nyeri
- Manajemen nyeri farmakologis
- Manajemen nyeri nonfarmakologis
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
Penjelasan singkat:
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan jaringan, agen cedera biologis, kimiawi, fisik, atau psikologis. Perawat memiliki peran penting dalam mengkaji, mengelola, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri, sehingga dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan, seperti pengurangan atau penghilangan nyeri, penggunaan strategi penanganan nyeri yang efektif, dan peningkatan kemampuan beraktivitas. -
Article No. 12648 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal-gatal setelah makan ikan tongkol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Makanan Berhubungan dengan Reaksi Alergi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Makanan adalah ketidakmampuan tubuh untuk mencerna atau memetabolisme zat gizi tertentu dalam makanan, yang ditandai dengan gejala-gejala seperti gatal-gatal, mual, muntah, diare, dan sebagainya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mengenali makanan yang memicu reaksi alergi, dapat menghindari konsumsi makanan tersebut, dan tidak mengalami gejala reaksi alergi setelah makan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengkajian Riwayat Alergi Makanan
2. Identifikasi Makanan Pemicu Reaksi Alergi
3. Edukasi tentang Manajemen Alergi Makanan
4. Pemberian Antihistamin atau Obat Antialergi sesuai Resep
5. Pemantauan Tanda dan Gejala Reaksi Alergi
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengelola kondisi alergi makanannya dengan baik dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 12649 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak perempuan usia 1 tahun ke rumah sakit karena keluhan lingkar kepala anak yang meningkat dan tidak normal sejak 8 bulan terakhir. Anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah dan juga kejang. Berdasarkan hasil anamnesis lengkap diketahui anak mempunyai Riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari. Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar. Hasil pemeriksaan vital dalam batas normal. Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm, ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign). Hasil pemeriksaan MRI otak ditemukan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata. Hasil ini mengarah kepada hidosefalus komunikans. Pada rekaman EEG, menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral. Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan. Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perubahan Integritas Kulit Wajah Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Rasional: Pada kasus ini, anak mengalami peningkatan lingkar kepala yang mengarah pada hidrosefali komunikans. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan perubahan pada integritas kulit wajah, seperti munculnya sunset sign dan cracked pot sign.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Kompensasi
- Rasional: Hidrosefali komunikans dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme kompensasi pengeluaran cairan, sehingga berisiko menimbulkan kekurangan volume cairan.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Rasional: Peningkatan tekanan intrakranial yang terus berlanjut dapat menyebabkan cedera pada otak, seperti penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tidak Terjadi Perubahan
- Kriteria hasil: Tidak ada perubahan pada kulit wajah, tidak ditemukan sunset sign dan cracked pot sign.
2. Status Cairan: Cairan Seimbang
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, balance cairan positif, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Cedera: Tidak Terjadi Cedera
- Kriteria hasil: Tidak ada penurunan fungsi saraf, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang menetap.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, suhu tubuh, laju napas, dan laju nadi.
- Memantau kondisi kulit wajah untuk mendeteksi perubahan, seperti munculnya sunset sign dan cracked pot sign.
2. Manajemen Cairan
- Mengkaji keseimbangan cairan dan menghitung intake dan output cairan.
- Memantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
- Memberikan cairan sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
3. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Memposisikan kepala anak dalam posisi yang dapat mengurangi tekanan intrakranial, misalnya dengan elevasi kepala 30-45 derajat.
- Memonitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti peningkatan lingkar kepala, perubahan status mental, dan kejang.
- Berkoordinasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan rencana pembedahan, jika diperlukan.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi anak dengan hidrosefali komunikans. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi anak, mengelola cairan, dan berkoordinasi dengan tim medis untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12650 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang ibu membawa anak perempuan usia 1 tahun ke rumah sakit karena keluhan lingkar kepala anak yang meningkat dan tidak normal sejak 8 bulan terakhir. Anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah dan juga kejang. Berdasarkan hasil anamnesis lengkap diketahui anak mempunyai Riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari. Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar. Hasil pemeriksaan vital dalam batas normal. Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm, ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign). Hasil pemeriksaan MRI otak ditemukan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata. Hasil ini mengarah kepada hidosefalus komunikans. Pada rekaman EEG, menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral. Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan. Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.Buatkan 3 Diagnosa keperawatan dari SDKI berupa DO DS nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan tiga diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan 1: Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Hidrosefalus Komunikans.
DO (Data Objektif):
- Hasil pemeriksaan MRI otak menunjukkan dilatasi ekstensif pada sistem ventrikel, foramen Luschka dan Magendie yang terbuka lebar dengan penipisan korteks serebral dan parenkim serebelum yang berdekata.
- Hasil pemeriksaan EEG menunjukkan aktivitas beta sinkron ritmik > 13 Hz pada hemisfer bilateral.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar sejak usia 4 bulan.
- Anak memiliki riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari.
Diagnosa Keperawatan 2: Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial.
DO (Data Objektif):
- Lingkar kepala anak tampak membesar (LK=57 cm), ubun-ubun yang menonjol, adanya sunset sign dan cracked pot sign.
- Anak direncanakan untuk mendapatkan antibiotik dan rencana pembedahan.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa anak terlihat sehat dan baik-baik saja hingga usia 4 bulan, sampai ibu menyadari bahwa lingkar kepala anak semakin lama semakin membesar.
Diagnosa Keperawatan 3: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan Kurangnya Dukungan Keluarga.
DO (Data Objektif):
- Ibu masih bingung untuk memutuskan tentang persetujuan tindakan lebih lanjut pada anak karena faktor biaya dan kurangnya dukungan dari anggota keluarga.
DS (Data Subjektif):
- Ibu mengatakan bahwa anak mempunyai riwayat masuk NICU karena prematuritas dan berat badan lahir rendah selama 40 hari.
- Ibu mengatakan bahwa anak tidak ada riwayat demam, batuk, pilek, muntah, dan juga kejang.
Sebagai perawat profesional, saya akan terus memantau dan memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, sambil mendukung keluarga untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perawatan anak. -
Article No. 12651 | 21 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
2. Penurunan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang diharapkan secara independen.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Penyebab: Cedera atau penyakit
- Gejala: Ekspresi wajah meringis, mengeluh nyeri, posisi tubuh menghindari nyeri
- Tujuan: Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Intervensi: Manajemen nyeri, kompres hangat/dingin, relaksasi
2. Penurunan Mobilitas Fisik
- Penyebab: Penyakit, keterbatasan fisik, lingkungan
- Gejala: Pasien kesulitan dalam aktivitas, postur tubuh yang tidak optimal
- Tujuan: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
- Intervensi: Latihan fisik, terapi okupasi, modifikasi lingkungan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik manajemen nyeri, tidak ada komplikasi akibat nyeri.
2. Mobilitas Fisik Meningkat
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak ada tanda-tanda komplikasi, pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Tindakan: Identifikasi penyebab nyeri, berikan analgetik, kompres hangat/dingin, ajarkan teknik relaksasi.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Tindakan: Bantu pasien melakukan latihan fisik, modifikasi lingkungan, ajarkan teknik transfer dan ambulasi.
Semoga penjelasan ini membantu dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk pasien dengan keluhan sakit kepala. Silakan sampaikan jika ada pertanyaan lain. -
Article No. 12652 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun di bawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman-temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit Terkait Dermatitis Atopik
2. Gangguan Aktivitas Bermain Terkait Penampilan Fisik
3. Ketidakpatuhan Terkait Regimen Pengobatan
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Integritas Kulit Terkait Dermatitis Atopik
- SDKI: Gangguan integritas kulit yang ditandai dengan perubahan warna, tekstur, dan fungsi kulit akibat proses inflamasi kronis pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Perawatan kulit, pengaturan suhu lingkungan, dan pemberian obat-obatan topikal sesuai rekomendasi tenaga kesehatan.
- SIKI: Identifikasi penyebab, pemantauan tanda-tanda inflamasi, dan edukasi tentang perawatan kulit yang tepat.
2. Gangguan Aktivitas Bermain Terkait Penampilan Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas bermain dan bersosialisasi akibat perubahan penampilan fisik pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Dukungan psikologis, modifikasi lingkungan, dan intervensi untuk meningkatkan rasa percaya diri.
- SIKI: Identifikasi hambatan dalam berinteraksi sosial, pemberian konseling, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
3. Ketidakpatuhan Terkait Regimen Pengobatan
- SDKI: Perilaku tidak mengikuti aturan pengobatan topikal yang disarankan tenaga kesehatan pada anak usia 7 tahun.
- SLKI: Evaluasi faktor penyebab, peningkatan motivasi, dan modifikasi regimen pengobatan.
- SIKI: Identifikasi alasan ketidakpatuhan, edukasi tentang pentingnya kepatuhan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam pendekatan ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh anak perempuan usia 7 tahun dengan dermatitis atopik, termasuk mengelola kondisi kulit, meningkatkan aktivitas bermain dan interaksi sosial, serta membantu meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. -
Article No. 12653 | 21 Feb 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun di bawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman-temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang terlihat.
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen aktivitas, Peningkatan energi, dan Terapi bermain.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Toleransi aktivitas meningkat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan.
- SDKI: Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif individu terhadap tubuhnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan fungsi sosial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Dukungan psikologis, Terapi bermain, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Citra tubuh positif.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan efek samping obat topikal.
- SDKI: Ketidakpatuhan adalah perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen regimen terapeutik, Edukasi kesehatan, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah Kepatuhan terhadap regimen terapeutik meningkat.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan fokus pada manajemen gejala, peningkatan citra tubuh, serta peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, dengan melibatkan pasien dan keluarga secara aktif. -
Article No. 12654 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa ICD, nanda, sdki, slki, siki berserta kodenya. PEMERIKSAAN PENUNJANG, DAN OBAT-OBATAN YANG SESUAI UNTUK KASUS DIATAS.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk kasus pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
- Pemeriksaan rontgen dada
- Tes kulit tuberkulin (Mantoux)
- Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Obat-obatan yang Sesuai:
- Obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti:
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Etambutol
- Dosis dan lama pengobatan disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas serta lesi di paru, diagnosis awal yang ditetapkan adalah tuberkulosis paru. Kode ICD-10 yang sesuai adalah A15.0, yang merupakan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
Untuk pemeriksaan penunjang, diperlukan pemeriksaan sputum untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis, pemeriksaan rontgen dada untuk menilai lesi di paru, tes kulit tuberkulin (Mantoux) untuk mendeteksi infeksi tuberculosis, serta pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk mengevaluasi status kesehatan umum pasien.
Pengobatan yang sesuai adalah obat anti-tuberkulosis standar lini pertama, seperti isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Dosis dan lama pengobatan harus disesuaikan dengan pedoman pengobatan tuberkulosis yang berlaku.