Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21299 | 01 Sep 2025
Klinis : berat anggota gerak kanan sejak 4 hari smrs, Bicara pelo (+), Bibir mencong (-) Nyeri kepala (-). Mual (-). Muntah (-) Kejang (-) demam (-), Reflek menelan (+). Pingsan (-). BAB dan BAK normal. os sudah ct scan dari RSUD gunung tua dan disarankan MRi, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sesak RPD: Riw. Hipertensi (-), Riw. DM T2 (-), Riw. stroke (-), riw. dislipidemia (-), riw. sakit jantung (-) RPO:
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G81.1
- Deskripsi: Hemiplegia spastik, yang mempengaruhi lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh.
Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dijelaskan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat diberikan.
Penjelasan:
- Gejala utama yang dilaporkan adalah berat anggota gerak kanan sejak 4 hari, yang mengarah pada diagnosis hemiplegia spastik (kelumpuhan setengah badan sebelah kanan).
- Gejala lain yang dilaporkan, seperti bicara pelo, reflek menelan positif, dan tidak ada gangguan sadar, juga mendukung diagnosis hemiplegia spastik.
- Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan di RSUD Gunung Tua dan saran untuk melakukan pemeriksaan MRI selanjutnya menunjukkan bahwa belum ditemukan penyebab yang jelas, sehingga diperlukan investigasi lebih lanjut.
- Riwayat penyakit lain (hipertensi, DM, stroke, dislipidemia, penyakit jantung) tidak dilaporkan, sehingga tidak ada riwayat penyakit yang terkait.
Kesimpulannya, diagnosis yang sesuai adalah hemiplegia spastik (G81.1) berdasarkan gejala yang dilaporkan. -
Article No. 21300 | 01 Sep 2025
Klinis : alergi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis alergi beserta penjelasannya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.4
- Deskripsi: Alergi, tidak tergolongkan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode T78.4 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi alergi yang tidak dapat diklasifikasikan ke kategori yang lebih spesifik.
- Alergi adalah reaksi hipersensitivitas dari sistem imun tubuh terhadap paparan bahan atau zat tertentu, yang dapat menyebabkan gejala seperti ruam kulit, gatal, pembengkakan, sesak napas, dan bahkan reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa.
- Diagnosis alergi biasanya didasarkan pada anamnesis riwayat paparan, gejala klinis, dan jika perlu didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti uji alergi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk alergi.
Penjelasan:
- Pada ICD-9-CM, tidak ada kode prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk menangani kondisi alergi.
- Manajemen alergi biasanya meliputi pemberian obat-obatan antihistamin, kortikosteroid, atau epinefrin, serta tindakan pencegahan terhadap pemicu alergi.
- Jika diperlukan, dapat dilakukan prosedur diagnostik seperti uji alergi kulit atau tes provokasi, namun tidak ada kode ICD-9-CM yang secara khusus mewakili tindakan ini. -
Article No. 21301 | 01 Sep 2025
Klinis : tinggal kapas dalam telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi \b tinggal kapas dalam telinga\b0 , berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran\cf0\ulnone (Kode: 00122)\par
\b Definisi:\b0 Perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang masuk disertai dengan respons yang kurang, berlebihan, atau terganggu terhadap stimulus tersebut (pada kasus ini, akibat obstruksi kanalis auditorius eksternus).\par
\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Status Sensori: Pendengaran\cf0\ulnone (Kode: 0902)\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk mendengar dan memahami suara.\par
\b Indikator Luaran:\b0\par
1. Klien melaporkan pendengaran membaik.\par
2. Klien dapat berkomunikasi secara verbal dengan jelas.\par
3. Tidak terdapat tanda iritasi atau infeksi pada telinga.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Manajemen Impaksi Serumen\cf0\ulnone (Kode: 3580)\par
\b Definisi:\b0 Penggunaan teknik dan tindakan untuk mengeluarkan atau melunakkan serumen atau benda asing dari liang telinga.\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0\par
1. Lakukan pengkajian status pendengaran dan integritas membran timpani.\par
2. Lakukan irigasi telinga dengan larutan steril hangat (jika tidak terdapat kontraindikasi).\par
3. Keluarkan kapas secara hati-hati menggunakan forsep atau alat yang sesuai.\par
4. Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan cotton bud atau benda asing untuk membersihkan telinga.\par
5. Monitor tanda-tanda infeksi atau iritasi pasca-prosedur.\par
\par
Demikian penjelasan singkat sesuai standar PPNI. Tindakan harus dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan klien.\par
} -
Article No. 21302 | 01 Sep 2025
Klinis : belpalsy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G51.0
- Deskripsi: Facial paralysis (Bell's)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 04.42
- Deskripsi: Facial nerve decompression
Penjelasan detail:
Kondisi belpalsy atau Facial paralysis (Bell's) merupakan gangguan saraf wajah yang menyebabkan kelumpuhan satu sisi wajah. Ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau trauma pada saraf wajah. Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah G51.0, yang menggambarkan paralisis wajah (Bell's).
Jika ada tindakan medis yang dilakukan, seperti dekompresi saraf wajah, maka kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 04.42. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf wajah dan membantu pemulihan fungsi wajah.
Sebagai dokter atau perekam medis, kami perlu memastikan kode diagnosis dan prosedur yang tepat untuk mencatat kondisi dan tindakan medis yang dilakukan dengan akurat. Hal ini penting untuk memastikan dokumentasi medis yang lengkap dan dapat digunakan untuk tujuan perawatan pasien, penagihan, dan penelitian. -
Article No. 21303 | 01 Sep 2025
Klinis : Keluarga Tn. A (35 tahun) tinggal bersama istrinya Ny. R (27 tahun) yang sedang hamil anak pertama usia kehamilan 32 minggu. Mereka tinggal di rumah kontrakan sederhana di daerah Bekasi. Tn. A bekerja sebagai sopir angkot dengan penghasilan rata-rata Rp3.500.000/bulan, sedangkan Ny. R adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Keluarga ini baru menikah 2 tahun lalu dan belum memiliki anak. Pada kunjungan antenatal care (ANC) di puskesmas, Ny. R mengeluh pusing, cepat lelah, dan bengkak pada tungkai. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 150/95 mmHg dengan proteinuria (+1). Setelah istirahat 20 menit tekanan darah tetap tinggi, dan saat pemeriksaan ulang keesokan harinya hasilnya 155/95 mmHg dengan keluhan yang sama. Berdasarkan temuan ini, Ny. R ditegakkan diagnosis preeklampsia ringan. Keluarga belum mengetahui secara jelas apa itu preeklampsia, penyebab, tanda dan gejalanya, serta risiko yang dapat terjadi pada ibu dan bayi. Ny. R masih sering mengeluh pusing, bengkak pada kaki, dan cepat lelah. Tn. A tidak tahu cara membantu istrinya selain membawanya ke puskesmas bila kondisinya memburuk. Hal ini menunjukkan keterbatasan pengetahuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan ibu hamil. Rumah keluarga cukup bersih, tetapi ventilasi kurang baik karena jarang dibuka akibat berdekatan dengan jalan raya yang berdebu. Keluarga jarang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat karena keterbatasan waktu dan ekonomi. Sistem pendukung keluarga berasal dari ibu kandung Ny. R yang sesekali datang membantu. Selain itu, pola makan keluarga sederhana, lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji atau instan karena keterbatasan waktu dan biaya. Asupan protein dan sayuran masih kurang. Aktivitas fisik Ny. R terbatas karena cepat lelah, sedangkan Tn. A bekerja hampir seharian di jalan. Aktivitas spiritual keluarga cukup baik, mereka beragama Islam dan menjalankan ibadah salat, namun belum pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dari puskesmas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko: Preeklampsia ringan dengan tekanan darah 150/95 mmHg dan proteinuria (+1).
2. Kurang Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Faktor Terkait: Keterbatasan pengetahuan keluarga tentang preeklampsia, penyebab, tanda-gejala, dan risiko pada ibu dan bayi.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau memperoleh layanan kesehatan yang diperlukan.
Faktor Terkait: Keterbatasan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan ibu hamil, seperti mengatasi keluhan pusing, bengkak, dan kelelahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Tidak ada tanda-gejala penurunan perfusi otak (tidak pusing, tidak lelah)
2. Pengetahuan Meningkat
Kriteria Hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan definisi, penyebab, tanda-gejala, dan risiko preeklampsia
- Keluarga dapat menjelaskan cara penanganan preeklampsia
3. Manajemen Kesehatan Efektif
Kriteria Hasil:
- Keluarga dapat mengidentifikasi tanda-gejala preeklampsia dan segera meminta pertolongan
- Keluarga dapat melakukan tindakan untuk mengatasi keluhan Ny. R (seperti istirahat, mengurangi aktivitas)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara rutin
- Atur istirahat dan aktivitas Ny. R
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat antihipertensi
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang preeklampsia (definisi, penyebab, tanda-gejala, risiko)
- Ajarkan keluarga cara mengenali tanda-gejala preeklampsia dan tindakan segera yang harus dilakukan
- Libatkan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan
3. Dukungan Keluarga
- Diskusikan peran dan tanggung jawab anggota keluarga dalam merawat Ny. R
- Dorong keluarga untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan masyarakat
- Fasilitasi akses keluarga ke sumber daya kesehatan dan dukungan sosial
Catatan: Intervensi keperawatan yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan sumber daya keluarga. Pendekatan yang berpusat pada keluarga dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 21304 | 01 Sep 2025
Klinis : abses
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis abses dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait, beserta penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K95.89
- Deskripsi: Abses, lain-lain yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses, selain abses peritonsiler atau abses kulit dan jaringan lunak.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K95.89 digunakan untuk mengkodekan diagnosis abses yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini mencakup berbagai jenis abses yang tidak termasuk dalam kategori yang lebih spesifik, seperti abses peritonsiler (K12.2) atau abses kulit dan jaringan lunak (L02.-).
2. Kode ICD-9-CM 86.04 digunakan untuk mengkodekan prosedur insisi dan drainase abses, kecuali abses peritonsiler atau abses kulit dan jaringan lunak. Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan atau nanah dari area abses, sehingga membantu proses penyembuhan.
Secara umum, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter atau perekam medis untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi abses. -
Article No. 21305 | 01 Sep 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi batuk:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
Penjelasan:
Kode ICD-10 R05 (Batuk) digunakan untuk mengklasifikasikan gejala batuk, termasuk batuk akut, kronis, atau tidak terspesifikasi. Batuk adalah suatu refleks protektif yang bertujuan untuk membersihkan jalan napas dari benda asing, lendir, atau iritan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.56
- Deskripsi: Terapi inhalasi
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 96.56 (Terapi inhalasi) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang berkaitan dengan pemberian obat atau bahan lainnya melalui inhalasi, misalnya penggunaan nebulizer atau alat bantu pernapasan untuk mengatasi batuk.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien dengan batuk serta tindakan medis yang dilakukan untuk menanganinya. Pengkodean yang tepat membantu dalam proses perawatan, dokumentasi, dan penagihan biaya kesehatan. -
Article No. 21306 | 01 Sep 2025
Klinis : gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gatal-gatal.
Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (D.0092)
Definisi:
Sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0092 Pruritus
Definisi: Sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0182 Manajemen Pruritus
Definisi: Kemampuan individu/keluarga untuk mengontrol rasa gatal pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0379 Manajemen Pruritus
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit.
Kode dan definisi di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi gatal-gatal. Standar ini digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah pruritus pada pasien. -
Article No. 21307 | 01 Sep 2025
Klinis : gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gatal-gatal:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1616
Definisi: Kemampuan klien untuk mempertahankan atau meningkatkan energi untuk aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 5620
Definisi: Tindakan perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
Kondisi gatal-gatal dapat menyebabkan intoleransi aktivitas karena rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien. Perawat perlu mengidentifikasi penyebab gatal-gatal dan melakukan intervensi untuk mengatasi intoleransi aktivitas yang dialami pasien. -
Article No. 21308 | 01 Sep 2025
Klinis : gatal-gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0 \par
\par
\b Kondisi: Gatal-gatal (Pruritus)\b0 \par
\par
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan yang relevan untuk kondisi gatal-gatal beserta penjelasan singkat terkait SDKI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0 \par
\b Kode: D.0016\b0 - \i Gangguan Kenyamanan: Gatal\i0 \par
\b Definisi:\b0 Kondisi di mana individu mengalami sensasi tidak nyaman pada kulit atau membran mukosa yang memicu keinginan untuk menggaruk, menggosok, atau menggaruk area tersebut.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode: L.14016\b0 - \i Kenyamanan Terpenuhi\i0 \par
\b Definisi:\b0 Tingkat kepuasan terhadap keadaan fisik dan psikologis yang ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya keluhan tidak nyaman (seperti gatal, nyeri, atau iritasi).\par
\b Kriteria Luaran:\b0 \par
- Gatal berkurang atau hilang.\par
- Tidak ada lesi kulit akibat garukan.\par
- Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.\par
- Klien mampu mengidentifikasi faktor pemicu dan cara mengatasinya.\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode: I.11031\b0 - \i Manajemen Gatal\i0 \par
\b Definisi:\b0 Pemberian intervensi untuk mencegah atau mengurangi sensasi gatal dan iritasi pada kulit atau membran mukosa.\par
\b Aktivitas Intervensi:\b0 \par
- Identifikasi faktor penyebab atau pemicu gatal (misalnya alergen, iritan, atau kondisi medis tertentu).\par
- Anjurkan klien untuk menghindari menggaruk area gatal.\par
- Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi untuk mengurangi keinginan menggaruk.\par
- Berikan kompres dingin atau hangat pada area gatal sesuai indikasi.\par
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian farmakoterapi (seperti antihistamin atau kortikosteroid topikal) jika diperlukan.\par
- Edukasi klien mengenai perawatan kulit dan penghindaran faktor risiko.\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosis dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan assessment menyeluruh terhadap kondisi klien, termasuk etiologi gatal, faktor lingkungan, dan status kesehatan secara keseluruhan. Dokumentasi yang akurat dan evaluasi luaran secara berkala sangat penting untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan.\par
\par
\i Sumber: Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini - PPNI.\i0 \par
}