Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19370 | 07 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 65 tahun mengeluh tidak bisa merasakan BAK sudah 3 hari, BAK mengalir begitu saja. awalnya pasien mengatakan nyeri pada saat BAK. Klien terpasang kateter dengan volume urin bag 100ml. Klien mengeluh nyeri di area perut bawah. Klien mengatakan lemas. Dari hasil lab Leukosit 14.000 per miroliter. Apa Diagnosa keperawatan utama pada pasien dan tuliskan Intervensi nya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA DAN INTERVENSI**
*(Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia [SDKI], Standar Luaran Keperawatan Indonesia [SLKI], dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia [SIKI] – PPNI)*
---
### **I. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 00116**
**Gangguan Eliminasi Urin: Retensi Urin**
**Definisi:** Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara sempurna yang mengakibatkan akumulasi urin.
**Data Pendukung:**
1. Keluhan tidak bisa merasakan BAK selama 3 hari dengan urin mengalir involunter (mengindikasikan *overflow incontinence*).
2. Riwayat nyeri saat BAK sebelumnya (sugestif infeksi/obstruksi).
3. Pemasangan kateter dengan volume urin 100 mL (output rendah).
4. Nyeri abdomen bawah dan leukositosis (14.000/µL) mengindikasikan **Infeksi Saluran Kemih (ISK)** atau komplikasi retensi.
---
### **II. Luaran yang Diharapkan (SLKI)**
**Kode SLKI: 0301**
**Eliminasi Urin Membaik**
**Kriteria Evaluasi:**
1. Volume urin dalam batas normal (1.500–2.000 mL/hari).
2. Nyeri abdomen bawah berkurang (skala nyeri ≤3).
3. Tidak ada tanda ISK (leukosit normal, tidak demam).
---
### **III. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
#### **1. Manajemen Retensi Urin**
**Kode SIKI: 2410**
- Pantau **balance cairan** (intake-output) setiap 8 jam.
- Lakukan **pemantauan kateter**: posisi, patensi, dan kebersihan.
- Ukur **residual urine** post-voiding jika kateter dilepas.
- Kolaborasi dengan dokter untuk **pemeriksaan USG abdomen** (menilai obstruksi) dan **terapi antibiotik** (jika ISK).
#### **2. Manajemen Nyeri**
**Kode SIKI: 0810**
- Ajarkan teknik **relaksasi napas dalam** untuk mengurangi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai resep (misal: parasetamol).
- Kompres hangat pada abdomen bawah (jika tidak kontraindikasi).
#### **3. Edukasi Pasien**
**Kode SIKI: 5604**
- Jelaskan penyebab retensi urin dan pentingnya hidrasi.
- Ajarkan tanda ISK (demam, urin keruh) yang perlu dilaporkan.
- Anjurkan latihan **Kegel** untuk memperkuat otot pelvis (jika sesuai).
---
### **IV. Rasionalisasi**
- **Leukositosis (14.000/µL)** menunjukkan respons inflamasi akibat ISK atau retensi berkepanjangan, memerlukan antibiotik.
- **Output urin 100 mL** mengindikasikan retensi dengan risiko *urinary stasis* dan kerusakan ginjal.
- Intervensi kolaboratif (antibiotik, USG) esensial untuk mengatasi penyebab organik (misal: striktur uretra, batu).
---
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- Doenges, M.E. (2019). *Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting Client Care*.
*(Dokumen ini disusun secara akademis berdasarkan bukti klinis dan standar PPNI.)* -
Article No. 19371 | 07 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 65 tahun datang bersama anaknya ke klinik penyakit saraf. Anaknya mengeluhkan bahwa ibunya sudah mengalami penurunan ingatan. Ibunya sering tidak mau makan atau mandi, karena merasa sudah melakukannya. Setiap malam ibunya sering beser dan meminta ditemani ke kamar kecil karena lupa tempatnya. Anaknya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk merawat ibunya. Apa Diagnosa keperawatan utama pada pasien dan tuliskan Intervensi nya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Gangguan Proses Pikir (00130)
Definisi (SDKI):
Gangguan dalam kemampuan berpikir yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif, persepsi, atensi, dan/atau memori.
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan ingatan, sering tidak mau makan atau mandi karena merasa sudah melakukannya, dan sering lupa tempat ke kamar kecil. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam proses pikir dan fungsi kognitif pasien.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Demensia (31002)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi fungsi kognitif, perilaku, dan psikososial pasien dengan demensia.
2. Stimulasi Kognitif (31001)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk merangsang, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi kognitif pasien.
3. Dukungan Keluarga (50002)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi dukungan dari keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan pasien.
Kode SIKI:
- 31002 Manajemen Demensia
- 31001 Stimulasi Kognitif
- 50002 Dukungan Keluarga
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi gangguan proses pikir pada pasien, serta memberikan dukungan dan edukasi kepada keluarga dalam merawat pasien. -
Article No. 19372 | 07 Jul 2025
Klinis : harga diri rendah situasional, menunduk, bicara pelan, merasa tidak berguna
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan adalah "Harga Diri Rendah Situasional". Harga Diri Rendah Situasional didefinisikan sebagai penilaian negatif terhadap diri sendiri atau self-worth yang disebabkan oleh situasi atau kondisi tertentu. Pada kasus ini, pasien menunjukkan gejala-gejala seperti menunduk, bicara pelan, dan merasa tidak berguna, yang merupakan indikator dari Harga Diri Rendah Situasional.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Peningkatan Harga Diri: Pasien dapat menunjukkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri dan memiliki rasa berharga.
b. Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan: Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan emosi secara terbuka dan asertif.
c. Peningkatan Kemampuan Membuat Keputusan: Pasien dapat membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinannya.
d. Peningkatan Partisipasi dalam Aktivitas Sosial: Pasien dapat terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial dengan orang lain.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang diperlukan:
a. Terapi Kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif menjadi lebih positif, serta meningkatkan kesadaran diri dan kemampuan pemecahan masalah.
b. Terapi Kelompok: Memfasilitasi pasien untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami masalah serupa, sehingga dapat saling mendukung dan belajar.
c. Bimbingan Konseling: Memberikan dukungan emosional, motivasi, dan bimbingan kepada pasien untuk meningkatkan harga diri, rasa percaya diri, dan kemampuan pengambilan keputusan.
d. Aktivitas Rekreasi: Memfasilitasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan dan dapat meningkatkan interaksi sosial, serta membantu meningkatkan mood dan suasana hati.
e. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien terkait dengan harga diri, strategi untuk meningkatkannya, serta pentingnya keterlibatan dalam aktivitas sosial.
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan dan mengatasi masalah Harga Diri Rendah Situasional yang dialaminya. -
Article No. 19373 | 07 Jul 2025
Klinis : pasien tidak keluar kamar selama 3 hari, sulit tidur, mondar-mandir, sulit konsentrasi, tampak gelisah dan tegang, selalu berkata "apakah aku bisa menyelesaikan kuliahku tepat waktu ya"
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu tidak keluar kamar selama 3 hari, sulit tidur, mondar-mandir, sulit konsentrasi, tampak gelisah dan tegang, serta kekhawatiran akan menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan.
Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang mempengaruhi perilaku dan dapat menjadi patologis. Gejala-gejala yang ditunjukkan pasien, seperti kesulitan tidur, ketegangan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, merupakan manifestasi dari kecemasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien akan menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat mengenali dan mengungkapkan penyebab kecemasan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
3. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang tenang dan terkendali.
4. Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas-tugas akademik.
5. Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Eksplorasi penyebab kecemasan: Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada pasien, seperti tuntutan akademik, kemampuan diri, dan dukungan sosial.
2. Manajemen kecemasan: Mengajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, dan latihan otot progresif, untuk membantu pasien mengelola kecemasan.
3. Terapi kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan menggantikan pemikiran-pemikiran negatif atau irasional dengan pemikiran yang lebih positif dan realistis terkait kemampuan dan pencapaian akademik.
4. Peningkatan koping: Memfasilitasi pasien untuk mengembangkan strategi koping yang efektif, seperti manajemen waktu, organisasi tugas, dan pencarian dukungan sosial.
5. Promosi tidur yang adekuat: Memberikan intervensi yang dapat membantu pasien mempertahankan pola tidur yang sehat, seperti menjaga rutinitas tidur, membatasi stimulasi elektronik sebelum tidur, dan teknik relaksasi.
6. Konseling akademik: Membantu pasien menyusun rencana akademik yang realistis dan terjangkau, serta memberikan dukungan dalam mencapai tujuan akademik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mengatasi kecemasan, meningkatkan konsentrasi, mempertahankan pola tidur yang adekuat, dan mencapai tujuan akademik secara optimal. -
Article No. 19374 | 07 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian pinggang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri di bagian pinggang.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri di bagian pinggang adalah "Nyeri Kronis" (kode SDKI: 13.07). Nyeri kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan aktivitas sehari-hari pasien.
Karakteristik definisi dari Nyeri Kronis SDKI meliputi:
a. Nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan
b. Nyeri yang menetap atau berulang
c. Nyeri yang menyebabkan gangguan pada fungsi dan aktivitas sehari-hari pasien
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien dengan Nyeri Kronis di bagian pinggang antara lain:
a. Keluhan nyeri yang dirasakan di daerah pinggang
b. Nyeri yang berlangsung secara terus-menerus atau berulang
c. Pembatasan aktivitas dan mobilitas akibat nyeri
d. Perubahan pola tidur
e. Perubahan suasana hati dan emosi, seperti cemas, depresi, atau marah
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan keluhan nyeri di bagian pinggang dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Tingkat Nyeri Terkontrol (kode SLKI: 10002)
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan strategi penanganan nyeri yang efektif
- Pasien dapat melakukan aktivitas dan fungsi sehari-hari tanpa hambatan yang signifikan akibat nyeri
b. Integritas Kulit Terpelihara (kode SLKI: 10010)
- Tidak terjadi kerusakan pada kulit dan jaringan di area pinggang akibat nyeri kronis
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain pada area pinggang
c. Kualitas Hidup Terpelihara (kode SLKI: 10024)
- Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis dan tetap mampu menjalankan aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang baik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
a. Manajemen Nyeri (kode SIKI: 1605)
- Lakukan pengkajian komprehensif tentang nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, intensitas, dan faktor yang memengaruhi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, fisioterapis) untuk penanganan nyeri yang tepat
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan terapi panas/dingin
- Berikan analgetik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri
b. Perawatan Kulit (kode SIKI: 3540)
- Inspeksi kulit di area pinggang secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan atau infeksi
- Berikan perawatan kulit yang sesuai, seperti menjaga kebersihan, penggunaan pelembab, dan perlindungan dari gesekan atau trauma
c. Peningkatan Koping (kode SIKI: 5230)
- Identifikasi strategi koping yang sudah digunakan pasien dan evaluasi efektivitasnya
- Ajarkan teknik-teknik koping yang efektif, seperti relaksasi, visualisasi, dan manajemen stres
- Fasilitasi dukungan sosial dari keluarga atau orang terdekat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan keluhan nyeri di bagian pinggang dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, pemeliharaan integritas kulit, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 19375 | 07 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit di bagian jari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit di bagian jari:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Pasien dengan keluhan sakit di bagian jari menunjukkan adanya gejala nyeri akut yang perlu diidentifikasi dan ditangani.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien mampu melaporkan pengurangan nyeri hingga pada tingkat yang dapat diterima.
2. Koping Efektif: Pasien mampu menggunakan teknik-teknik manajemen nyeri secara efektif untuk mengatasi nyeri yang dirasakan.
3. Mobilitas Fisik Membaik: Pasien mampu melakukan pergerakan dan aktivitas fisik dengan nyaman dan tanpa adanya peningkatan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin untuk mengatasi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk penanganan lanjut.
2. Peningkatan Koping:
- Bantu pasien mengidentifikasi sumber dan penyebab nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
- Berikan dukungan emosional dan bimbing pasien untuk mengekspresikan perasaannya terkait nyeri.
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan.
3. Peningkatan Mobilitas Fisik:
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik dan pergerakan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya mobilisasi untuk mencegah komplikasi.
- Berikan bantuan atau alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana latihan dan rehabilitasi fisik.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengalami penurunan nyeri, peningkatan kemampuan koping, dan perbaikan mobilitas fisik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 19376 | 07 Jul 2025
Klinis : mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi mual, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NAUS)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
NAUS: Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Kode: 00134
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
NAUSE: Kontrol Mual
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Kode: 1570
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
NAUPR: Penatalaksanaan Mual
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengurangi atau mengendalikan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Kode: 4430
Penjelasan singkat:
Mual (NAUS) merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi sensasi mual (NAUSE). Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat dapat melakukan intervensi penatalaksanaan mual (NAUPR) yang mencakup serangkaian tindakan untuk mengurangi atau mengendalikan sensasi mual. -
Article No. 19378 | 07 Jul 2025
Klinis : CIDERA KEPALA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi CIDERA KEPALA, berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06
- Deskripsi: Cedera intrakranial
Kode ICD-10 S06 mencakup berbagai jenis cedera kepala, termasuk gegar otak, perdarahan subdural, perdarahan epidural, dan fraktur tengkorak. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan cedera kepala berdasarkan tingkat keparahannya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 01.xx - 02.xx
- Deskripsi: Berbagai prosedur diagnostik dan terapeutik untuk cedera kepala, seperti craniotomi, craniectomi, pemasangan alat monitoring intrakranial, dan lain-lain.
Kode ICD-9-CM 01.xx dan 02.xx mencakup berbagai tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani cedera kepala, seperti pemeriksaan diagnostik, intervensi bedah, dan prosedur lainnya. Pemilihan kode yang spesifik akan bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan pada pasien.
Sebagai petugas kesehatan, kami harus cermat dalam memilih kode ICD yang tepat untuk mendokumentasikan kondisi pasien dan tindakan medis yang dilakukan. Hal ini penting untuk memastikan klaim asuransi yang akurat, serta untuk keperluan epidemiologi dan penelitian medis. -
Article No. 19379 | 07 Jul 2025
Klinis : Ny.K berusia 79 tahun merupakan salah satu klien di sebuah Panti Lansia milik swasta. Sebelumnya klien datang ke Panti dengan keinginan sendiri atas persetujuan keluarga. Sebelumnya klien tinggal di Prabumulih dan bekerja di salah satu institusi milik pemerintah. Klien terbiasa tinggal sendiri meskipun pernah tinggal bersama adik dan keponakannya. Klien tidak pernah berkeluarga namun klien mendapat dukungan dari saudaranya yang selalu datang berkunjung secara rutin. Klien masih mendapat penghasilan dari pensiunannya oleh karena itu klien memilih untuk tinggal di Panti Lansia dengan hasil pensiunannya tersebut karena merasa lebih aman dan klien tidak ingin merepotkan adik dan keponakan-keponakannya. Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat, klien mengatakan memiliki gangguan pendengaran sejak lama, dan tidak ingat kapan pendengarannya mulai terganggu. Menurut pengurus panti, klien aktif mengikuti berbagai kegiatan yang ada di panti, tetapi klien lebih banyak diam dan terlihat kurang berkomunikasi saat mengikuti kegiatan. Klien lebih banyak diam dan tampak bingung bila ditengah-tengah kegiatan diajak bicara. Klien terlihat sulit mendengar dan memahami apa yang dibicarakan orang lain. Selain itu, klien juga sering meminta lawan bicara mengulang pembicaraan dan mendekatkan telinga untuk mendengar pembicaraan. Klien juga tidak menyadari jika namanya dipanggil dari belakang. Klien sering merasa kaget jika merasa seseorang tiba-tiba muncul didepannya dan membuat klien terlihat kesal. Sebelumnya klien mengatakan telah mendapatkan penanganan dengan pemberian alat bantu dengar, akan tetapi ternyata masih kurang efektif bagi klien karena keterbatasan alat bantu dengar yang sering rusak dan harganya mahal sehingga klien tidak menggunakan alat bantu dengar lagi. Riwayat kesehatan klien diketahui memiliki hipertensi. Hipertensi yang dialami oleh klien terkontrol dengan baik dan rutin meminum obat dari dokter. Pemenuhan kebutuhan sehari seperti makan, minum, ke toilet, mandi, masih dilakukan sendiri oleh klien. Hasil indeks Katz memberikan nilai 6 yaitu kemandirian penuh. Pola tidur dan istirahat tidak mengalami gangguan. Status kognitif klien melalui pengkajian Mini Mental State Examination (MMSE) mendapatkan nilai 28 yaitu normal dan tidak mengalami gangguan kognitif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. K yang digambarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
- SDKI: Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran (Kode: 00061)
- SLKI: Kemampuan Berkomunikasi (Kode: KMB)
- SIKI: Manajemen Gangguan Pendengaran (Kode: I0104)
Definisi:
Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran adalah ketidakmampuan untuk menerima, memproses, dan/atau menginterpretasikan stimulus auditori dengan benar.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
- SDKI: Isolasi Sosial (Kode: 00054)
- SLKI: Interaksi Sosial (Kode: INT)
- SIKI: Peningkatan Interaksi Sosial (Kode: I0108)
Definisi:
Isolasi Sosial adalah pengalaman individu yang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain, yang disebabkan oleh dan menyebabkan keinginan dan/atau kemampuan yang terbatas untuk membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal yang memuaskan.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Jatuh
- SDKI: Risiko Jatuh (Kode: 00155)
- SLKI: Keselamatan Diri (Kode: KSD)
- SIKI: Pencegahan Jatuh (Kode: I0304)
Definisi:
Risiko Jatuh adalah rentan terhadap jatuh yang menyebabkan cedera fisik, yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan/atau ekstrinsik.
Dalam kondisi Ny. K, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran, Isolasi Sosial, dan Risiko Jatuh. Perawat dapat menggunakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan masing-masing diagnosa untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. K. -
Article No. 19380 | 07 Jul 2025
Klinis : vertigo
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis vertigo, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.25
- Deskripsi: Pengujian fungsional sistem vestibuler, termasuk pemeriksaan nystagmus
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 (Vertigo, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi vertigo yang tidak termasuk dalam kategori lain, seperti vertigo akibat kondisi neurologis atau kardiovaskular. Kode ini mencakup berbagai jenis vertigo, termasuk vertigo perifer, vertigo sentral, dan vertigo postural.
2. Kode ICD-9-CM 95.25 (Pengujian fungsional sistem vestibuler, termasuk pemeriksaan nystagmus) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi dan mendiagnosis penyebab vertigo. Ini dapat mencakup pengujian fungsional sistem vestibuler, seperti pemeriksaan nystagmus, yang membantu mengidentifikasi gangguan yang mendasari kondisi vertigo.
Dalam praktik klinis, penggunaan kode-kode ini akan membantu dalam dokumentasi yang akurat dan pelaporan yang sesuai untuk kondisi vertigo dan tindakan medis yang dilakukan.