Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12763 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. TUGAS INDIVIDU: 1. Identifikasi dan jelaskan terminologi atau istilah atau singkatan yang Anda temukan pada kasus pasien dengan LES diatas. 2. Sebuktkan faktor resiko terjadinya penyakit LES. 3. Jelaskan penatalaksanaan non farmakologi pada pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membantu Anda dalam membuat diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien Ny. W yang didiagnosis dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
1. Identifikasi dan Penjelasan Istilah/Singkatan:
- MRS: Masuk Rumah Sakit
- IRT: Ibu Rumah Tangga
- ANA: Antinuclear Antibody, tes untuk memeriksa autoimun
- anti-dsDNA: Antibodi terhadap DNA ganda heliks, tes untuk memeriksa lupus
- C3 dan C4: Komplemen, protein yang terlibat dalam sistem imun
- Keton +1: Menunjukkan adanya ketoasidosis
- Urobilinogen +1: Menunjukkan adanya hemolisis atau gangguan pada hepar
- Bilirubin +1: Menunjukkan adanya gangguan pada hepar
- Eritrosit +3: Menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi pada saluran kemih
2. Faktor Risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES):
- Faktor genetik: LES lebih sering terjadi pada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini.
- Faktor hormonal: LES lebih sering terjadi pada wanita, terutama pada usia reproduktif.
- Faktor lingkungan: Paparan sinar UV, infeksi, dan stres dapat memicu terjadinya LES.
- Faktor imunologi: Adanya gangguan sistem imun yang menyebabkan tubuh memproduksi autoantibodi.
3. Penatalaksanaan Non-Farmakologi pada Pasien dengan LES:
a. Edukasi dan konseling
- Menjelaskan tentang penyakit LES, termasuk gejala, prognosis, dan manajemen penyakit.
- Membantu pasien dan keluarga memahami penyakit dan strategi untuk mengelola gejala.
b. Manajemen Gaya Hidup
- Menganjurkan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berlebihan.
- Menganjurkan diet seimbang dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Menyarankan penggunaan tabir surya dan menghindari paparan sinar matahari berlebihan.
- Menganjurkan latihan fisik yang ringan dan sesuai kemampuan.
c. Dukungan Psikososial
- Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien mengatasi stres.
- Melibatkan keluarga dan lingkungan sosial untuk memberikan dukungan.
- Merujuk ke konselor atau psikolog jika diperlukan.
Dalam penanganan pasien Ny. W dengan LES, diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan mobilitas sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (LES).
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan manifestasi kulit pada LES.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
3. Kerusakan Integritas Kulit: Perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh berbagai faktor, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kulit.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
5. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, organ, dan/atau sistem.
Dengan demikian, pendekatan komprehensif yang mencakup aspek medis, keperawatan, dan dukungan psikososial diperlukan dalam pengelolaan pasien Ny. W dengan LES agar dapat mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12764 | 22 Feb 2025
Klinis : pasien mengalami asma, muncul saat udara dingin dan bekerja di pabrik. rr 32x per menit, ortopnea, dyspnea, terdengar bunyi wheezing dan ronchi pada bagian atas paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi tersebut adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Adanya tanda-tanda pernapasan tidak efektif, seperti frekuensi pernapasan meningkat, adanya bunyi napas tambahan (wheezing, ronchi), dan ortopnea.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari obstruksi, serta menunjukkan pola napas yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, terapi inhalasi, dan edukasi terkait pengelolaan asma.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Adanya tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti dispnea, kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami keterbatasan atau kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, latihan fisik, dan edukasi terkait pengelolaan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, penting untuk memberikan penjelasan yang komprehensif dan ilmiah terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI. Hal ini akan membantu pasien memahami kondisinya secara lebih dalam dan mendorong partisipasi aktif dalam perawatan. -
Article No. 12765 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. P, 65 tahun datang ke poli bedah tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kanan terdapat benjolan leher sebelah kanan. Kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang, tidak ada mual muntah, klien tampak meringis kesakitan, , setelah dilakukan pemeriksaaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 C. Tampak ada benjolan besar dibagian leher sebelah kanan, klien tampak pucat. Klien kemudian dirujuk untuk di rawat dalam persiapan operasi. Klien menyatakan cemas dengan kondisinya dan menanyakan kepada perawat apakah setelah operasi, dia akan baik baik saja dan bisa pulang. Saat ini klien terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri, hasil Lab: HB : 11,3 g/dl, Hematokrit : 30%, Eritrosit : 3,8 juta /ul, Leukosit : 9.200/ul , Trombosit 200.000/ul.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Faktor Pencetus: Adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa nyeri.
- Gejala/Tanda: Klien tampak meringis kesakitan, vital signs menunjukkan adanya peningkatan.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber penyebab kecemasan yang tidak jelas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
- Faktor Pencetus: Klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
- Gejala/Tanda: Klien menanyakan apakah ia akan baik-baik saja setelah operasi dan dapat pulang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal.
2. Kontrol Kecemasan
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas, dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Observasi: Monitor tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri.
- Terapeutik: Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres dingin, distraksi, relaksasi).
- Edukasi: Ajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian analgetik jika diperlukan.
2. Manajemen Kecemasan
- Observasi: Monitor tanda-tanda kecemasan klien, seperti gelisah, menggigit kuku, dan vital signs.
- Terapeutik: Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
- Edukasi: Berikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis, ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian obat antiansietas jika diperlukan.
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi klien adalah Nyeri Akut dan Kecemasan. Nyeri Akut disebabkan oleh adanya benjolan di leher yang menyebabkan rasa sakit, sedangkan Kecemasan timbul karena klien merasa cemas dengan kondisi kesehatannya dan proses operasi yang akan dilakukan.
Luaran/output yang diharapkan adalah Manajemen Nyeri dan Kontrol Kecemasan. Klien diharapkan dapat melaporkan nyeri yang berkurang, tampak rileks, dan vital signs dalam batas normal. Selain itu, klien juga diharapkan dapat mengungkapkan perasaan cemas, mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan menunjukkan strategi untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Perawat perlu melakukan observasi terhadap tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku nyeri, serta tanda-tanda kecemasan klien. Terapeutik yang dapat dilakukan adalah memberikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri dan menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengatasi kecemasan. Edukasi juga perlu dilakukan, seperti mengajarkan klien dan keluarga teknik manajemen nyeri serta memberikan informasi tentang proses operasi dan recovery yang realistis. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan, terutama untuk pemberian analgetik dan obat antiansietas jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mengatasi nyeri akut dan kecemasan yang dialaminya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalani proses operasi. -
Article No. 12766 | 22 Feb 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 65 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas, lemas, dan bengkak pada kedua tungkai sejak 3 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat gagal jantung kongestif (CHF) dan hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan: Frekuensi napas: 28x/menit SpO₂: 90% tanpa oksigen Tekanan darah: 160/95 mmHg Nadi: 110x/menit Edema pitting (+2) pada kedua tungkai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak adalah penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan jantung.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan jantung, seperti penurunan sesak napas, edema, dan takhikardi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian oksigen untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Pemberian diuretik untuk mengurangi edema
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam penatalaksanaan gagal jantung kongestif
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk meningkatkan perfusi jaringan jantung pada pasien dengan gagal jantung kongestif. -
Article No. 12619 | 21 Feb 2025
Klinis : Kasus pemicu Kekurangan Kalori Protein (KKP): Di sebuah klinik kesehatan, seorang ibu membawa anaknya, Aisyah (2 tahun), karena tampak semakin kurus dan sering sakit. Ibu mengeluhkan bahwa Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang dalam dua minggu terakhir. Saat diperiksa, Aisyah terlihat sangat kurus dengan wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, serta edema ringan di kaki. Berat Badan: 7,5 kg (di bawah persentil ke-3 untuk usianya). Tinggi Badan: 78 cm. Lingkar Lengan Atas: 11 cm (indikasi malnutrisi). Status Imunisasi: Tidak lengkap. Riwayat Penyakit: Sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare. Anak tampak lemas dan kurang responsif. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan suhu 36,5°C, nadi 105 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, dan tekanan darah 85/55 mmHg. Kondisi ini menunjukkan Aisyah mengalami kurang kalori protein (KKP) yang membutuhkan intervensi segera untuk memperbaiki status gizinya. carikan 3 diagnosa untuk anak beserta do ds dan panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kasus Kekurangan Kalori Protein (KKP) pada Aisyah (2 tahun):
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- D: Penurunan berat badan, lingkar lengan atas rendah, wajah cekung, kulit kering, rambut tipis mudah rontok, edema ringan di kaki
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah sering rewel, kurang nafsu makan, dan mengalami diare berulang
- E: Asupan nutrisi tidak adekuat, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
2. Gangguan Pertumbuhan Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- D: Berat badan di bawah persentil ke-3 untuk usia, tinggi badan <80 cm
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah tampak semakin kurus
- E: Asupan nutrisi tidak adekuat, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- D: Anak tampak lemas dan kurang responsif, tanda vital menunjukkan nadi cepat, pernapasan cepat
- S: Ibu mengeluhkan Aisyah sering rewel dan tampak kurang energik
- E: Malnutrisi, riwayat infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare berulang
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Status Gizi
- Indikator: Berat badan normal untuk usia, lingkar lengan atas meningkat, tidak ada edema, rambut dan kulit sehat
- Target: Berat badan mencapai persentil ke-10, lingkar lengan atas ≥12,5 cm, tidak ada edema, rambut dan kulit sehat
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Anak tampak lebih aktif dan responsif, tanda vital stabil
- Target: Anak dapat beraktivitas sesuai usia, tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi dan regimen diet yang tepat
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan dengan frekuensi dan porsi yang sesuai
- Pantau asupan dan output nutrisi pasien
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Manajemen Infeksi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik jika ada infeksi aktif
- Pantau tanda-tanda infeksi dan berikan penanganan yang tepat
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya imunisasi lengkap dan sanitasi yang baik
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi anak, disertai istirahat yang cukup
- Ajarkan teknik latihan aktivitas untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan
- Edukasi kepada ibu tentang pentingnya aktivitas dan istirahat yang seimbang untuk pemulihan anak
Pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat memperbaiki status gizi, toleransi aktivitas, dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada Aisyah. -
Article No. 12620 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lam nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam. Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi berdasarkan kasus yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan peradangan sendi, ditandai dengan keluhan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi, ditandai dengan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan, ditandai dengan keluhan lemas dan lelah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronik Teratasi:
- Pasien dapat mengenali faktor pencetus nyeri
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri
2. Mobilitas Fisik Meningkat:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pasien dapat melakukan rentang gerak sendi tanpa keterbatasan
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
3. Toleransi Aktivitas Membaik:
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami kelemahan dan kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat mempertahankan aktivitas tanpa merasa terganggu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang adekuat
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri
2. Peningkatan Mobilitas:
- Lakukan pengkajian fungsi dan rentang gerak sendi
- Berikan latihan rentang gerak sendi dan latihan fisik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik latihan yang benar
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari secara bertahap
- Berikan alat bantu mobilitas jika diperlukan
3. Manajemen Kelelahan:
- Lakukan pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan pengaturan aktivitas
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan
- Bantu pasien merencanakan aktivitas harian dengan mempertimbangkan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan toleransi aktivitas
Tujuan utama dari asuhan keperawatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memaksimalkan manajemen gejala, fungsi fisik, dan toleransi aktivitas. Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12621 | 21 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lam nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam. Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Ny. S mengalami kondisi Rheumatoid Arthritis (RA). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses penyakit Rheumatoid Arthritis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Kemampuan pasien dan/atau keluarga dalam mengontrol atau mengurangi nyeri.
2. Mobilitas Sendi: Kemampuan pasien dalam menggerakkan sendi secara optimal.
3. Integritas Jaringan Muskuloskeletal: Kemampuan pasien dalam mempertahankan struktur dan fungsi jaringan muskuloskeletal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan dalam membantu pasien mengurangi atau mengontrol nyeri.
2. Terapi Gerak: Tindakan dalam mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi dan otot.
3. Perawatan Muskuloskeletal: Tindakan dalam mempertahankan integritas jaringan muskuloskeletal.
Penjelasan singkat:
Pasien Ny. S mengalami nyeri, bengkak, dan kekakuan pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang merupakan manifestasi klinis dari Rheumatoid Arthritis (RA). RA adalah penyakit autoimun yang menyerang sendi dan dapat menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional sendi. Diagnosis RA ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium (RF, ACPA, LED, CRP), dan pemeriksaan radiologi (erosi tulang, penyempitan celah sendi). Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan sesuai dengan standar penatalaksanaan RA. -
Article No. 12622 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien post op tumor mammae 3 hari lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Luka Operasi (SDKI)
- Penjelasan: Pasien pasca operasi tumor mammae memiliki risiko tinggi mengalami infeksi pada luka operasi, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Jaringan (SLKI)
- Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah penyembuhan luka operasi secara optimal, dengan indikator seperti tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada dehiscence (terpisahnya tepi luka), dan penyembuhan luka yang progresif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka Operasi (SIKI)
- Penjelasan: Intervensi yang dilakukan untuk merawat luka operasi, seperti membersihkan luka, mengganti balutan, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka.
2. Manajemen Risiko Infeksi (SIKI)
- Penjelasan: Intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi, seperti memastikan kebersihan lingkungan, cuci tangan, dan penggunaan alat pelindung diri yang tepat oleh perawat.
Catatan:
Diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan di atas adalah contoh berdasarkan kondisi pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. Perlu pengkajian lebih lanjut dan penyesuaian dengan kondisi spesifik pasien. -
Article No. 12623 | 21 Feb 2025
Klinis : Pasien post op tumor mammae 3 hari lalu dengan pqrst nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien post-op tumor mammae 3 hari lalu dengan PQRST nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Prosedur pembedahan
- Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri, skala nyeri 4-6, pasien mengeluh nyeri saat bergerak, tampak meringis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, kompres hangat/dingin.
Penjelasan Singkat:
Pasien post-op tumor mammae 3 hari lalu mengalami nyeri akut sebagai akibat dari prosedur pembedahan yang dilakukan. Pasien mengeluh nyeri dengan skala 4-6, dan nyeri semakin terasa saat bergerak. Tujuan keperawatan adalah menurunkan nyeri yang dirasakan pasien, dengan menggunakan intervensi seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan kompres hangat/dingin. Pasien diharapkan dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat mengenali serta menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif. -
Article No. 12624 | 21 Feb 2025
Klinis : Diagnosa Keperawatan Pasien post-op tumor mammae ( 3 hari lalu ) yang memuat PES
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Pasien Post-op Tumor Mammae (3 Hari Lalu)
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
PES (Problem, Etiologi, Symptom):
Problem: Risiko Infeksi
Etiologi: Prosedur pembedahan tumor mammae
Symptom: Luka operasi belum sembuh sempurna, adanya kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri pada area luka
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Kondisi luka operasi membaik
2. Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan
3. Pasien menunjukkan perilaku pencegahan infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan luka: Membersihkan dan mengganti balutan luka secara aseptik
2. Manajemen infeksi: Memantau tanda-tanda infeksi, memberikan obat antibiotik sesuai anjuran dokter
3. Edukasi: Mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara perawatan luka dan gejala infeksi
Dengan tone akademis, persona sebagai pakar dan perawat, diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien post-op tumor mammae dengan risiko infeksi yang perlu mendapatkan perawatan dan pengawasan yang ketat untuk mencegah komplikasi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.