Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14678 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny. K (55 tahun) dibawa ke RS karena keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk RS. Batuk-batuk ada tapi tidak berdahak, Sesak dirasakan sudah 1 bulan yang lalu disertai bengkak, terutama di kaki dan perut. Pasien sudah pernah dirawat 1 bulan yang lalu di RS dengan keluhan yang sama. Saat itu pasien sudah disarankan untuk melakukan cuci darah tapi pasien menolak. 1 bulan berikutnya, pasien masuk kembali ke RS dengan keluhan sesak napas, dan kedua ekstremitas bengkak. Pasien masuk ke IGD TD pasien mencapai 205/110 mmHg dan mendapatkan drip perdipin 2 amp/titrasi. Hasil analisa gas darah di IGD menunjukkan asidosis metabolik pH; 7,242 pO2: 155,3 pCO2: 27,5 HCO3-: 11,6. Saat itu pasien diberikan koreksi biknat 200 meq. Di IGD pasien juga diberikan drip cedocard 1 mg/jam dan lasix 5 mg/jam. Pasien juga diberikan terapi oksigen nasal canul 5 lpm. Pasien dengan riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, dan juga menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat dilakukan pengkajian pasien sudah berada diruangan rawat inap. Tingkat kesadaran pasien composmentis E4M6V5. Perawat mencoba melakukan anamnesa kepada pasien kenapa pasien menolak tindaka hemodialisis yang telah dianjurkan 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan menolak melakukan tindakan hemodialisis dikarenakan pasien tidak mau nasibnya sama seperti tetangga nya yang meninggal setelah menjalani hemodialisis. Namun, setelah diberikan penjelasan kepada pasien oleh tenaga kesehatan akhirnya pasien bersedia untuk dilakukan tindakan hemodialisis. Pasien akan direncanakan untuk tindakan hemodialisis besok hari. Pasien mengatakan nafsu makan sejak 1 bulan belakangan menurun. BB= TB IMT 20,1 kg/m2. Keluhan mual (+), muntah (-). Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, membran mukosa bibir kering. Diet: diet RG 1500 kkal/kgBB/hari, protein 1 gr/hari. Saat ini semua kebutuhan dibantu perawat, pasien hanya bisa beraktivitas di tempat tidur dengan bantuan parsial dari perawat dan keluarga. Pasien masih tampak sulit untuk melakukan kegiatan. Pasien mengatakan sudah mencoba untuk beraktivitas namun setiap kali turun dari tempat tidur pasien mengeluh pusing dan sesak semakin berat. Pasien saat ini terpasang CDL di subclavia dextra, terpasang kateter dan edema pada ekstremitas atas dan bawah, pitting edema grade 2. Keluhan badan terasa lemas dan letih (+). Pasien terpasang folley kateter, produksi urine kuning jernih dengan jumlah 900ml/24 jam. Pasien terpasang lasix 5 mg/jam. BAB tidak masalah. Balance cairan/24 jam →intake cairan 500 ml, output cairan: 1500 ml, BC: -1000 ml. Pasien mengeluh sering terbangun akibat sesak yang masih yang masih dirasakannya. Pasien harus tidur dengan 2 bantal, pasien mengatakan tidur hanya ± 5 jam setiap malamnya. Personal hygiene pasien cukup baik, kulit kering. Pasien merupakan seorang istri dan seorang ibu. Pasien sehari-hari menjalani peranya sebagai ibu rumah tangga. Terkait peran di rumah tangga semenjak sakit 1 bulan terakhir terdapat perubahan yang dirasakan oleh pasien, pasien tidak dapat beraktivitas berat karena akan memicu timbulnya sesak napas. Pasien seorang ibu rumah tangga. Selama perawatan suami pasien yang bertanggung jawab terhadap segala kebutuhan pasien. Pasien mengatakan orang yang terdekat selama perawatan adalah suaminya. Suamninya dengan setia menunggui dan memberikan support untuk kesembuhan pasien. Hasil pemeriksaan fisik di ruangan di dapatkan TD 182/85 mmHg HR 84 x/menit, nadi teraba kuat dan reguler, suhu 36,80C, akral teraba hangat, CRT < 3 detik. Pemeriksaan fisik paru: RR 24x/menit, irama nafas irreguler dan teratur terpasang nasal canul 5 liter per menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb = 8,8 g/dl, Ht = 27%, leukosit= 9,7 ribu/ul, trombosit = 307ribu/ul, eritrosit = 3,22 juta/u, albumin = 2,5 mg/dl, natrium : 145 mmol/l, kalium 5,33 mmol/l, chlorida 118 mmol/l. Hasil pemeriksaan laboratorium pre HD: ureum : 152 mg/dl, kreatinin : 7 mg/dl. Hasil pemeriksaan laboratorium post HD: ureum: 101 mg/dl, kreatinin: 5 mg/dl. Hasil rontgen thoraks kardiomegali dengan edema paru + efusi bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. K:
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan edema paru
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengeluaran urin sekunder terhadap gagal ginjal
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Kelebihan volume cairan: Kelebihan cairan yang ditunjukkan dengan edema, penambahan berat badan, sesak napas, dan bunyi napas tambahan.
3. Gangguan pola tidur: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan gangguan fungsi pada individu.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Keseimbangan cairan: Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan tubuh.
3. Kualitas tidur: Derajat tidur yang memberikan penyegaran.
4. Status nutrisi: Keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas: Intervensi untuk mengoptimalkan kapasitas fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Manajemen cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
3. Manajemen tidur: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan berkualitas.
4. Manajemen nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 14679 | 23 Mar 2025
Klinis : diagnosa diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan:
Diare
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Diare didefinisikan sebagai perubahan frekuensi, konsistensi, dan volume feses yang tidak normal, biasanya lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoleransi, malabsorpsi, obat-obatan, atau kondisi lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan diare adalah:
1. Pasien menunjukkan pola eliminasi yang normal.
2. Pasien mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pasien tidak mengalami komplikasi.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan diare meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan.
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
3. Manajemen diet dan nutrisi.
4. Edukasi mengenai perawatan diare di rumah.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komplikasi.
Secara umum, diagnosa keperawatan diare membutuhkan pendekatan komprehensif untuk mengatasi masalah yang timbul, meliputi pemantauan, pemberian cairan, nutrisi, edukasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 14680 | 23 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan masih merasakan mula, muntah dan sulit makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yang masih merasakan mual, muntah, dan sulit makan, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Mual (SDKI)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan dorongan untuk muntah.
Faktor yang berhubungan:
- Obat-obatan
- Perubahan pada saluran pencernaan
- Ketidakseimbangan elektrolit
Gejala dan tanda mayor:
- Mengeluh mual
- Pucat
- Keringat dingin
2. Risiko Defisit Nutrisi (SDKI)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor risiko:
- Mual dan muntah
- Anoreksia
- Keterbatasan dalam mengonsumsi makanan
Gejala dan tanda mayor:
- Penurunan berat badan
- Asupan makan yang tidak adekuat
- Perubahan dalam status nutrisi
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Mual
- Kaji penyebab, durasi, dan tingkat mual
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual
2. Pemantauan Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi
- Berikan makanan dan cairan sesuai kebutuhan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mual
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan obat antiemetik sesuai instruksi
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji asupan dan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan sesuai toleransi dan preferensi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan rencana nutrisi
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi mual, muntah, dan dapat memperbaiki asupan nutrisinya sehingga status kesehatannya membaik. -
Article No. 14681 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny.w umur 57 tahun pasien mengatakan bahwa pusing pemeriksaan lainnya TD : 140/80 mmHg, N:80 x/menit, S:36 derajat, Rr : 20x/menit diagnosa lainnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien Ny. W yang mengalami pusing.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
Faktor Risiko: Hipertensi, usia lanjut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Serebral
- Kriteria Hasil:
1. Tidak ada tanda-tanda penurunan aliran darah ke otak (pusing, sakit kepala, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi).
2. Tekanan darah dalam batas normal.
3. Frekuensi denyut nadi dalam batas normal.
4. Suhu tubuh dalam batas normal.
5. Tingkat kesadaran dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Tujuan: Mengidentifikasi adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
- Aktivitas:
1. Mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan laju napas secara rutin.
2. Memantau stabilitas tanda-tanda vital.
3. Mengidentifikasi penyebab perubahan tanda-tanda vital.
2. Manajemen Hipertensi
- Tujuan: Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal untuk mencegah penurunan perfusi serebral.
- Aktivitas:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian obat antihipertensi.
3. Mengajarkan teknik manajemen stres dan latihan fisik.
4. Memantau efektivitas pengobatan dalam mengontrol tekanan darah.
3. Manajemen Nyeri Kepala
- Tujuan: Mengurangi gejala pusing yang dialami pasien.
- Aktivitas:
1. Mengkaji karakteristik dan tingkat keparahan pusing yang dialami pasien.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu pusing.
3. Mengkolaborasikan pemberian obat analgesik atau anti-vertigo, jika diperlukan.
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi pusing.
5. Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi gejala pusing.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan perfusi serebral pada pasien Ny. W sehingga gejala pusing dapat teratasi dan tekanan darah dapat dipertahankan dalam batas normal. -
Article No. 14682 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny.w umur 57 tahun pasien mengatakan bahwa pusing pemeriksaan lainnya TD : 140/80 mmHg, N:80 x/menit, S:36 derajat, Rr : 20x/menit sebutkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien Ny. W yang mengeluhkan pusing dengan pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 140/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36 derajat, Respirasi 20 x/menit, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Perubahan yang tidak diharapkan dalam fungsi kardiovaskular, pernapasan, atau suhu tubuh.
Penyebab: Ketidakseimbangan cairan/elektrolit, reaksi obat, proses penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak mengalami gejala pusing
3. Mampu beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji tanda-tanda vital secara rutin
2. Pantau perubahan tanda-tanda vital dan laporkan bila terjadi perubahan signifikan
3. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk mengatasi penyebab ketidakstabilan tanda-tanda vital
5. Lakukan intervensi sesuai penyebab, misalnya pemberian cairan/elektrolit, pengaturan obat, dll.
6. Anjurkan pasien untuk beristirahat cukup dan menghindari aktivitas berlebih
7. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi gejala pusing
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital dipilih karena pasien Ny. W mengeluhkan pusing, yang merupakan salah satu gejala ketidakstabilan tanda-tanda vital. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal dan bebas dari gejala pusing, sehingga dapat beraktivitas sesuai kemampuan. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, edukasi, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta intervensi spesifik sesuai penyebab untuk mengatasi ketidakstabilan tanda-tanda vital. -
Article No. 14683 | 23 Mar 2025
Klinis : Ny.w umur 57 tahun pasien mengatakan bahwa pusing pemeriksaan lainnya TD : 140/80 mmHg, N:80 x/menit, S:36 derajat, Rr : 20x/menit sebutkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, atas pertanyaan yang diajukan, saya selaku perawat profesional akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien Ny. W, umur 57 tahun, mengeluhkan pusing. Pemeriksaan lainnya menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 140/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36°C, RR: 20x/menit). Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi ini adalah:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup.
Faktor Risiko: Pusing
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien akan menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi Serebral
- Indikator: Tingkat kesadaran, Orientasi, Fungsi motorik, Fungsi sensorik
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan perfusi serebral yang optimal, ditandai dengan peningkatan atau pemeliharaan tingkat kesadaran, orientasi yang baik, fungsi motorik dan sensorik yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemantauan Perfusi Serebral
- Aktivitas: Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan laju napas), Menilai tingkat kesadaran, Menilai fungsi motorik dan sensorik, Memantau gejala pusing.
- Rasional: Untuk mengidentifikasi perubahan dalam perfusi serebral dan mengambil tindakan yang tepat.
2. Manajemen Perfusi Serebral
- Aktivitas: Memposisikan pasien dengan kepala elevasi 30-45 derajat, Mempertahankan hidrasi yang adekuat, Menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perfusi serebral (misalnya, obat-obatan, volume cairan, dan perubahan posisi).
- Rasional: Untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan mencegah penurunan perfusi serebral.
3. Edukasi Kesehatan
- Aktivitas: Memberikan informasi tentang tanda dan gejala penurunan perfusi serebral, Mengajarkan teknik-teknik untuk mengatasi pusing, Mendorong pasien untuk segera melaporkan gejala yang muncul.
- Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman pasien dan kemampuannya dalam mengelola kondisi kesehatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perfusi serebral yang optimal, sehingga dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 14684 | 23 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman di tenggorokan dan sedikit mual. Keluarga pasien mengatakan khawatir dengan pemasangan NGT dan bertanya apakah bisa dilepas. Pasien tampak gelisah dan sering berusaha melepas selang NGT. ✅ Data Objektif (DO): Terpasang NGT ukuran 16 Fr. Ditemukan aspirasi residu lambung berwarna merah tua dalam jumlah banyak. Pasien mengalami hematemesis sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Dokter merencanakan tindakan bilas lambung untuk evaluasi perdarahan lebih lanjut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi lambung dan iritasi mukosa akibat perdarahan saluran cerna.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi dan gesekan akibat pemasangan NGT.
3. Kecemasan berhubungan dengan pemasangan NGT dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol.
- Integritas Kulit Terpelihara: Pasien menunjukkan kulit yang utuh dan sehat.
- Kecemasan Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dialami.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami pasien.
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
- Terapi Relaksasi: Tindakan untuk membantu pasien mengurangi kecemasan melalui teknik relaksasi.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas, dll.)
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
- Latih pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
2. Perawatan Luka:
- Bersihkan dan rawat area kulit di sekitar NGT secara rutin
- Gunakan bahan pelindung kulit untuk mencegah iritasi
3. Terapi Relaksasi:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan visualisasi untuk mengurangi kecemasan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
Perawat akan bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi pasien dan mengevaluasi rencana tindakan yang tepat, termasuk kemungkinan pelepasan NGT jika kondisi memungkinkan. -
Article No. 14685 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Mayor: Berat badan di bawah rentang normal, Keterbatasan dalam mengkonsumsi makanan, Tidak ada nafsu makan.
- Faktor Risiko: Gangguan psikologis, Faktor ekonomi, Penyakit kronis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari, Pasien dapat menunjukkan peningkatan nafsu makan.
- Kriteria Hasil: Berat badan stabil atau meningkat, Asupan makanan sesuai kebutuhan, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian status nutrisi, Pemberian konseling gizi, Pemberian suplemen nutrisi, Pemantauan asupan dan output nutrisi, Kolaborasi dengan ahli gizi.
- Tujuan Intervensi: Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, Mencegah komplikasi akibat malnutrisi, Meningkatkan berat badan pasien.
Kesimpulannya, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada pengkajian status nutrisi, pemberian konseling gizi, suplemen nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 14686 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, yang ditandai dengan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan mikronutrien yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengkajian nutrisi dan faktor yang mempengaruhi
2. Pemberian informasi tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
4. Pemantauan asupan dan output nutrisi
5. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai indikasi
6. Edukasi dan konseling gizi untuk pasien dan keluarga
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. -
Article No. 14687 | 23 Mar 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai "Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik". Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah tercapainya keseimbangan nutrisi yang adekuat, yang ditandai dengan stabilnya berat badan, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh antara lain: Manajemen Nutrisi, Peningkatan Intake Nutrisi, Monitoring Nutrisi, serta Edukasi Gizi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat dan mencegah komplikasi akibat kekurangan nutrisi.
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar/perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI.