Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12753 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawatan yang tepat dari kasus tersebut. berikan 3 diagnosa teratas yang bis diangkat dengan kasus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diuraikan, berikut adalah tiga diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang dapat diangkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Intake Nutrisi: Meningkat
2. Status Gizi: Membaik
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring Intake Nutrisi
2. Manajemen Berat Badan
3. Konseling Gizi
4. Pemberian Suplemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 6 kg, sariawan pada mulut, dan kesulitan makan, yang mengindikasikan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Intervensi keperawatan diperlukan untuk meningkatkan intake nutrisi, memantau status gizi, dan memberikan konseling gizi serta suplemen nutrisi untuk mencapai status gizi yang optimal.
2. Nyeri Kronis
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Meningkat
2. Aktivitas Sehari-hari: Meningkat
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Modalitas Nyeri
3. Kolaborasi Penatalaksanaan Nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri kepala, nyeri sendi bahu dan siku yang mengganggu aktivitasnya. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengelola nyeri, menggunakan modalitas terapi nyeri, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penatalaksanaan nyeri.
3. Risiko Infeksi
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tanda Infeksi: Menurun
2. Fungsi Imun: Membaik
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
2. Peningkatan Imunitas
3. Pemantauan Tanda Vital
Penjelasan:
Pasien mengalami tanda-tanda infeksi seperti demam, sariawan pada mulut, dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan jumlah leukosit dan limfosit, serta peningkatan pemeriksaan penunjang lainnya. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengelola infeksi, meningkatkan imunitas, dan memantau tanda-tanda vital pasien.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosa keperawatan di atas, diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai status kesehatan yang optimal. -
Article No. 12754 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawatan yang tepat dari kasus tersebut. berikan 3 diagnosa teratas yang bis diangkat dengan kasus. pada diagnosa di sdki tidak ada ketidakseimbangan nutrisi, lalu bagaimana?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas informasi yang lengkap mengenai kondisi Ny. W. Berdasarkan data yang diberikan, saya dapat memberikan 3 diagnosa keperawatan utama beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan fisik.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji aktivitas sehari-hari, membantu aktivitas, dan mengoptimalkan energi pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu.
- SLKI: Penurunan rasa sakit yang dapat diterima oleh individu.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji nyeri, memberikan analgesik, dan manajemen nyeri non-farmakologis.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) sesuai rentang normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji status nutrisi, memberikan diet sesuai kebutuhan, dan memantau asupan makanan.
Pada kasus ini, meskipun tidak ada diagnosa "Ketidakseimbangan Nutrisi" dalam SDKI, tetapi berdasarkan gejala penurunan berat badan dan kesulitan makan karena sariawan, diagnosa ini tetap dapat diangkat. Perawat dapat menyesuaikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 12755 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawatan yang tepat dari kasus tersebut. apakah berat badan pasien menurun minimal 10% dari berat badan ideal?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus Ny. W adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Jalan napas paten
- Tidak ada sputum yang mengganggu
- Tidak ada suara napas abnormal
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor pola napas
- Bantu batuk efektif dan ekspektorasi sputum
- Berikan humidifikasi oksigen
- Berikan terapi inhalasi sesuai indikasi
2. Nyeri Akut
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Tingkat nyeri menurun
- Pasien dapat mengendalikan nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan terkait penatalaksanaan nyeri
3. Risiko Infeksi
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Tidak terjadi infeksi baru
- Tanda-tanda infeksi menurun
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Jaga kebersihan dan higiene pasien
- Lakukan pencegahan infeksi nosokomial
4. Intoleransi Aktivitas
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi saat beraktivitas
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Kaji kemampuan fungsional pasien
- Berikan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
- Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam menentukan program rehabilitasi
5. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Berat badan sesuai dengan nilai IMT normal
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Kaji status nutrisi pasien
- Berikan diet sesuai kebutuhan
- Pantau asupan dan output cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam merencanakan diet yang sesuai
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. W mengalami penurunan berat badan sebesar 6 kg. Untuk mengetahui apakah penurunan berat badan tersebut minimal 10% dari berat badan ideal, diperlukan informasi tambahan mengenai berat badan ideal pasien. Jika tidak ada informasi tersebut, maka tidak dapat ditentukan apakah penurunan berat badan pasien mencapai 10% atau lebih dari berat badan ideal. -
Article No. 12756 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. S, berusia 45 tahun, seorang ibu RT datang ke Poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri, bengkak dan kekakuan pada sendi tangan dan kaki. Pasien mengeluh nyeri ringan pada sendi- sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan. Awalnya nyeri timbul saat beraktivitas, namun keluhan ini dirasakan semakin berat terutama pada pagi hari dengan lama nyeri lebih dari 1 jam dan masih dirasakan saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan lemas dan lelah serta demam ringan (suhu berkisar 38°C). Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tiga bulan lalu pasien merasakan nyeri ringan pada sendi-sendi kecil tangan, terutama jari-jari dan pergelangan tangan pada pagi hari dengan lama nyeri kurang dari 1 jam Seiring waktu, nyeri semakin meluas ke sendi lutut, siku, dan bahu. Pasien belum pernah menjalani pengobatan secara rutin dan hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli di warung obat. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, Suhu: 38.2°C. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi metacarpophalangeal, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Teraba hangat pada sendi yang terkena. Squeeze test (+), Deformitas: swan neck (+), boutonniere (+), deviasi ulnar (+). Hasil pemeriksaan labor Rheumatoid Factor (RF) Positif; ACPA Positif; LED = 50 mm/jam; CRP= 2 mg/L, Fungsi hati dan ginjal dalam batas normal; Skrining Hepatitis B dan C: Negatif, IGRA/Tuberculin Test: Negatif. Hasil pemeriksaan radiologi: Rontgen sendi menunjukkan adanya erosi tulang dan penyempitan celah sendi pada pergelangan tangan dan jari. USG musculoskeletal: memperlihatkan sinovitis aktif dengan peningkatan vaskularisasi. BMD: Menunjukkan osteopenia periarticular. Penatalaksanaan farmakologi: Metotreksat 10 mg/minggu, ibuprofen 400 mg jika nyeri, Prednison 8 mg/hari, Vitamin D dan Kalsium.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi Ny. S berdasarkan pedoman Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit muskuloskeletal (artritis reumatoid)
2. Mobilitas sendi terganggu berhubungan dengan pembengkakan dan kekakuan sendi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, kemampuan mengontrol nyeri meningkat, dan pasien dapat beristirahat dengan baik.
2. Mobilitas Sendi Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan rentang gerak sendi secara mandiri, kekakuan sendi berkurang, dan tidak ada deformitas sendi baru.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak mudah lelah, dan tidak terdapat tanda-tanda intoleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat, relaksasi, distraksi)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
2. Peningkatan Mobilitas Sendi
- Kaji derajat pembengkakan, kekakuan, dan rentang gerak sendi
- Berikan latihan rentang gerak sendi secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik latihan sendi yang benar
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menentukan program latihan yang sesuai
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
- Anjurkan istirahat yang cukup dan pola tidur yang baik
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam melakukan aktivitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan penyesuaian terapi
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. S dengan artritis reumatoid. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan perawatan yang optimal. -
Article No. 12757 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kasus Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fatigue dan nyeri sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (manifestasi klinik LES).
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sariawan dan penurunan nafsu makan.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (bercak-bercak, rambut rontok).
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan, terbatas oleh gejala atau respons fisiologis.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Manajemen energi, Latihan fisik, Peningkatan mobilitas.
2. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan seseorang.
- SIKI: Manajemen nyeri, Pemberian analgesik, Relaksasi.
3. Risiko infeksi:
- SDKI: Meningkatnya rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada seseorang.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda infeksi, Manajemen nutrisi, Manajemen imunitas.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang meningkatkan asupan nutrisi.
- SIKI: Manajemen nutrisi enteral, Edukasi gizi, Monitoring status nutrisi.
5. Gangguan citra tubuh:
- SDKI: Gangguan dalam persepsi atau gambaran mental tentang bentuk dan fungsi tubuh.
- SLKI: Intervensi untuk membantu seseorang menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan citra tubuh.
- SIKI: Dukungan emosional, Edukasi pemulihan citra tubuh, Terapi acceptance. -
Article No. 12758 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) pada Ny. W.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Fatigue berhubungan dengan anemia dan penurunan asupan nutrisi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan nyeri sendi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam, dan ketidaknyamanan.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan sariawan.
7. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Fatigue teratasi: pasien menunjukkan peningkatan energi, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Intoleransi aktivitas teratasi: pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
3. Pola tidur membaik: pasien tidur nyenyak selama 6-8 jam tanpa terganggu nyeri atau demam.
4. Integritas kulit membaik: lesi kupu-kupu dan lesi kulit lainnya mengalami perbaikan.
5. Infeksi tidak terjadi: tidak ada tanda-tanda infeksi baru.
6. Status nutrisi membaik: pasien mencapai kebutuhan nutrisi harian.
7. Nyeri terkontrol: pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Fatigue:
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
- Kolaborasi pemberian terapi anemia dan suplementasi nutrisi.
2. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan fungsional dan batasan aktivitas pasien.
- Bantu pasien berlatih aktivitas secara bertahap dengan memperhatikan toleransinya.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan penggunaan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
3. Manajemen Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Berikan intervensi non-farmakologi untuk memfasilitasi tidur, seperti relaksasi.
- Kolaborasi pemberian obat tidur jika diperlukan.
4. Perawatan Luka:
- Kaji lesi kulit dan karakteristiknya secara berkala.
- Bersihkan dan merawat lesi kulit sesuai prosedur.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan lesi kulit.
5. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Pastikan pasien mendapatkan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Dorong pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau respons terapi.
6. Manajemen Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan makanan yang lunak dan mudah ditelan untuk mengatasi sariawan.
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala.
7. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri pasien secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien Ny. W dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 12759 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. Analisa data senjang dan pendukung, dan rumuskan masalah serta diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa dan rencana asuhan keperawatan untuk kasus Ny. W dengan diagnosa Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
Analisa Data:
1. Data Subjektif:
- Keluhan utama: lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut, dan nyeri menelan.
- Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama muncul sejak 6-5 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai batuk sejak 4 hari setelah MRS.
- Riwayat penyakit dahulu: pernah dirawat 2 tahun lalu karena keluhan yang sama, didiagnosis LES, rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone.
- Keluhan lain: nyeri sendi pada bahu dan siku, bercak kemerahan pada wajah, lengan, punggung, telapak tangan dan kaki, rambut rontok, dan penurunan berat badan.
2. Data Objektif:
- Tanda vital: tekanan darah 116/79 mmHg, denyut nadi 114x/menit, RR 18x/menit, suhu 38°C.
- Pemeriksaan fisik: bercak eritematosa berbatas tegas seperti kupu-kupu di wajah, conjungtiva anemis, rambut tipis dan rontok, pembesaran kelenjar getah bening.
- Pemeriksaan laboratorium: Hb 7,5 g/dl, trombosit 60.000/mm3, leukosit 3.000/mm3, limfosit 700/mm3, ANA positif, anti-dsDNA meningkat, C3 dan C4 menurun.
- Pemeriksaan radiologi: gambaran pneumonia pada foto thoraks.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, anemia, dan nyeri sendi.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sariawan mulut dan batuk produktif.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan sulit makan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (bercak pada kulit, rambut rontok).
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun (leukopenia, limfopenia).
Luaran/Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien dapat beradaptasi terhadap pembatasan aktivitas.
2. Bersihan Jalan Napas:
- Pasien dapat membersihkan jalan napas secara efektif.
- Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan.
3. Status Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan citra tubuh.
- Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh.
5. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami infeksi.
- Pasien dapat mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan teknik manajemen energi.
- Kolaborasi pemberian terapi obat untuk mengurangi nyeri sendi.
2. Bersihan Jalan Napas:
- Kaji status pernapasan dan produksi sekret.
- Lakukan suction apabila diperlukan.
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
3. Status Nutrisi:
- Kaji asupan makanan dan monitoring berat badan.
- Berikan diet sesuai kebutuhan (1800 kkal).
- Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral jika perlu.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai.
4. Citra Tubuh:
- Kaji respons pasien terhadap perubahan fisik.
- Berikan dukungan psikologis dan konseling.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan.
- Ajarkan strategi koping yang adaptif.
5. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif sangat penting untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Pemantauan yang ketat, terapi yang tepat, serta edukasi dan dukungan bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12760 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kelelahan (00093)
- Definisi: Pengalaman menetap terkait kekurangan energi untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kronis, penyakit akut, penurunan status gizi
- Karakteristik Definisi: Melaporkan kelelahan yang tidak hilang setelah istirahat, penurunan aktivitas, penurunan toleransi untuk aktivitas rutin
2. Gangguan Menelan (00103)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menelan makanan atau cairan dengan aman dan efektif
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit sistemik, disfungsi neuromuskular, iritasi pada mulut atau tenggorokan
- Karakteristik Definisi: Kesulitan menelan, nyeri saat menelan, batuk dan tersedak saat makan atau minum, penurunan berat badan
3. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi oleh organisme patogen
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan sistem kekebalan, paparan organisme patogen, malnutrisi
- Karakteristik Definisi: Leukopenia, peningkatan temperatur tubuh, perubahan penampilan lesi, peningkatan kadar glukosa darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelelahan (0007)
- Definisi: Tingkat energi dan kenyamanan yang dirasakan
- Indikator:
- Energi yang memadai untuk aktivitas sehari-hari
- Pemulihan energi setelah istirahat
- Mampu menjalankan aktivitas rutin
2. Mempertahankan Nutrisi (1004)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat
- Indikator:
- Mampu menelan makanan dan cairan dengan aman
- Berat badan dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Bebas Infeksi (1107)
- Definisi: Bebas dari gejala dan tanda-tanda infeksi
- Indikator:
- Tidak ada demam
- Tidak ada tanda-tanda inflamasi lokal
- Tidak ada peningkatan kadar leukosit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi (4240)
- Definisi: Membantu pasien untuk mengatur penggunaan energi
- Aktivitas:
- Identifikasi faktor yang menyebabkan kelelahan
- Bantu pasien untuk merencanakan aktivitas dan istirahat
- Ajarkan teknik untuk menghemat energi
2. Manajemen Disfagia (1056)
- Definisi: Membantu pasien untuk menyesuaikan pola makan dan menelan secara aman dan efektif
- Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan menelan pasien
- Atur posisi tubuh dan leher pasien saat makan
- Berikan makanan dan cairan sesuai konsistensi yang direkomendasikan
3. Manajemen Infeksi (6540)
- Definisi: Mencegah dan mengendalikan infeksi pada pasien
- Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Promosikan higiene personal yang baik
Catatan: Penjelasan ini disusun dengan nada akademis dan perspektif seorang perawat yang berwenang dalam memberikan asuhan keperawatan. -
Article No. 12761 | 22 Feb 2025
Klinis : gagal ginjal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gagal ginjal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan ginjal.
4. Kesiapan meningkatkan manajemen diri berhubungan dengan penyakit kronis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan yang ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, faktor risiko, dan potensi respons pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan yang ditetapkan mencakup status kesehatan pasien, tingkat kemandirian, dan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dirancang berdasarkan diagnosa keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dalam kasus gagal ginjal, intervensi keperawatan dapat mencakup manajemen cairan dan elektrolit, manajemen nyeri, edukasi terkait penyakit, serta peningkatan aktivitas dan perawatan diri. -
Article No. 12762 | 22 Feb 2025
Klinis : gagal ginjal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output Asuhan Keperawatan, dan Intervensi Keperawatan untuk kondisi gagal ginjal:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
a. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Fungsi Ginjal
Penjelasan: Penurunan Fungsi Ginjal adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi gagal ginjal. Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan kemampuan ginjal dalam membuang sisa metabolisme dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh.
2. Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang Diharapkan: Keseimbangan Cairan
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat. Hal ini meliputi kemampuan ginjal untuk mempertahankan volume cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam rentang normal.
b. Luaran yang Diharapkan: Eliminasi Urin yang Adekuat
Penjelasan: Selain keseimbangan cairan, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai eliminasi urin yang adekuat. Hal ini terkait dengan kemampuan ginjal untuk membuang sisa metabolisme dan produk limbah lainnya melalui urin.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi: Manajemen Cairan
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan.
b. Intervensi: Manajemen Elektrolit
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemantauan kadar elektrolit, pemberian suplemen elektrolit sesuai kebutuhan, dan pembatasan asupan elektrolit tertentu.
c. Intervensi: Terapi Dialisis
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk membantu mengeluarkan sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari tubuh pasien. Intervensi ini dapat mencakup terapi hemodialisis, peritoneal dialisis, atau modalitas dialisis lainnya sesuai kondisi pasien.
d. Intervensi: Edukasi Kesehatan
Penjelasan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien serta keluarga mengenai kondisi gagal ginjal, manajemen cairan dan elektrolit, serta pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan terapi dialisis.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan bertujuan untuk mempertahankan fungsi ginjal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal.