Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12743 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. W yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan nyeri sendi
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan sulit menelan dan penurunan berat badan
3. Kelelahan berhubungan dengan penyakit Lupus
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan nyeri sendi
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari pada tingkat yang diinginkan.
SLKI: Toleransi Aktivitas, Kesejahteraan Fisik
SIKI: Aktivitas Perawatan Diri, Manajemen Aktivitas
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan sulit menelan dan penurunan berat badan
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Status Nutrisi, Manajemen Nutrisi
SIKI: Asuhan Keperawatan Nutrisi, Edukasi Nutrisi
3. Kelelahan berhubungan dengan penyakit Lupus
SDKI: Sensasi subjektif akan kurangnya energi dan kapasitas menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa.
SLKI: Manajemen Energi, Pemulihan Kesehatan
SIKI: Manajemen Kelelahan, Edukasi Kelelahan
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
SLKI: Bersihan Jalan Napas, Terapi Jalan Napas
SIKI: Asuhan Keperawatan Jalan Napas, Edukasi Bersihan Jalan Napas -
Article No. 12744 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. TUGAS INDIVIDU: 1. Identifikasi dan jelaskan terminologi atau is
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan kondisi Ny. W.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan berhubungan dengan malnutrisi dan anemia, ditandai dengan pasien mengeluhkan rasa lemah seluruh tubuh.
2. Gangguan menelan berhubungan dengan sariawan pada mulut dan nyeri menelan, ditandai dengan pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret, ditandai dengan pasien mengeluhkan batuk berdahak.
4. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit lupus, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri sendi yang memberat.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penyakit lupus, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan pada beberapa bagian tubuh.
6. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan penyakit lupus, ditandai dengan pasien mengeluhkan rambut rontok.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelelahan: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dan tidak dapat ditoleransi yang ditandai dengan kapasitas menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
2. Gangguan menelan: Ketidakmampuan atau kesulitan dalam menelan makanan, cairan, atau obat-obatan.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Tidak mampu untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
4. Nyeri kronis: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung atau menetap lebih dari 3 bulan.
5. Kerusakan integritas kulit: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
6. Perubahan citra tubuh: Perubahan persepsi dan perasaan negatif terhadap tubuh sendiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan energi: Kemampuan untuk memulihkan dan memelihara energi yang adekuat untuk aktivitas sehari-hari.
2. Kemampuan menelan: Kemampuan menelan makanan, cairan, dan obat-obatan secara efektif.
3. Bersihan jalan napas: Bebas dari sekret atau obstruksi dalam saluran napas.
4. Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan pengalaman nyeri.
5. Integritas kulit: Struktur dan fungsi kulit yang utuh.
6. Citra tubuh positif: Persepsi dan perasaan positif terhadap tubuh sendiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen energi: Intervensi untuk memulihkan dan memelihara energi yang adekuat.
2. Edukasi menelan: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan menelan.
3. Manajemen jalan napas: Intervensi untuk mempertahankan dan membersihkan jalan napas.
4. Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengendalikan pengalaman nyeri.
5. Perawatan luka: Intervensi untuk mempertahankan integritas kulit.
6. Terapi perilaku: Intervensi untuk meningkatkan citra tubuh positif. -
Article No. 12745 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang mungkin untuk Ny. W adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan nyeri sendi yang membatasi pergerakan.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan lemas seluruh tubuh, nyeri sendi bahu dan siku yang memberat saat digerakkan dan membaik saat diistirahatkan. Hal ini mengganggu aktivitas pasien.
- Pasien juga mengalami penurunan berat badan yang dapat menyebabkan kelemahan umum.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan karena nyeri menelan dan sariawan.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri menelan yang menyebabkan pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 kg.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas (Lupus).
Penjelasan:
- Pasien memiliki riwayat penyakit Lupus yang dapat menyebabkan penurunan imunitas dan meningkatkan risiko infeksi.
- Pasien mengalami gejala-gejala infeksi seperti demam, batuk, dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi.
4. Perubahan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan gejala Lupus.
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala Lupus seperti nyeri sendi, lemas, dan demam yang dapat mengganggu pola tidur pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Risiko Infeksi
4. Perubahan Pola Tidur
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Status Nutrisi Membaik
3. Bebas Infeksi
4. Pola Tidur Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Nutrisi
3. Manajemen Infeksi
4. Manajemen Pola Tidur -
Article No. 12746 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana penatalaksanaan keperawatan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri sendi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses patologis penyakit (lupus).
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan sulit menelan.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (rambut rontok, bercak-bercak).
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya hambatan, baik fisik maupun psikologis.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen Energi, Latihan Fisik Terapi, Peningkatan Mobilitas.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan.
- SLKI: Manajemen Nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Manajemen Nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Terapi Gizi Parenteral.
4. Risiko Infeksi:
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan peradangan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi.
- SIKI: Manajemen Infeksi, Pemberian Antibiotik.
5. Gangguan Citra Tubuh:
- SDKI: Perubahan persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, atau penampilan tubuh yang mengganggu.
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh.
- SIKI: Dukungan Psikologis, Peningkatan Citra Diri.
Rencana Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas: Manajemen Energi, Latihan Fisik Terapi, Peningkatan Mobilitas.
2. Intervensi untuk Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik.
3. Intervensi untuk Ketidakseimbangan Nutrisi: Manajemen Nutrisi, Terapi Gizi Parenteral.
4. Intervensi untuk Risiko Infeksi: Manajemen Infeksi, Pemberian Antibiotik.
5. Intervensi untuk Gangguan Citra Tubuh: Dukungan Psikologis, Peningkatan Citra Diri. -
Article No. 12747 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. Analisa data senjang dan pendukung, dan rumuskan masalah serta diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menganalisis kondisi pasien Ny. W yang mengalami keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut, nyeri menelan, nyeri sendi, bercak kemerahan dan rambut rontok, serta hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi yang mendukung diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik (LES), maka didapatkan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (LES).
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sariawan pada mulut dan penurunan nafsu makan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit (demam, nyeri).
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bercak kemerahan dan rambut rontok.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan kekuatan otot dan daya tahan tubuh.
2. Nyeri akut:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dan menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
3. Keseimbangan nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Risiko infeksi:
- Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
- Pasien dapat mengenali tanda dan gejala infeksi.
5. Pola tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang cukup dan berkualitas.
- Pasien dapat melakukan teknik relaksasi untuk membantu tidur.
6. Integritas kulit:
- Lesi dan bercak kulit dapat membaik.
- Tidak terjadi kerontokan rambut yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan dan aktivitas yang perlu bantuan.
- Atur aktivitas sesuai dengan toleransi pasien.
- Berikan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan.
- Ajarkan teknik konservasi energi.
2. Nyeri akut:
- Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang komprehensif.
3. Keseimbangan nutrisi:
- Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien dan batasi asupan sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai.
- Pantau berat badan dan asupan nutrisi pasien secara berkala.
- Berikan dukungan dan edukasi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
4. Risiko infeksi:
- Pantau tanda dan gejala infeksi secara berkala.
- Berikan perawatan luka dan perawatan kulit yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik yang sesuai.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
5. Pola tidur:
- Kaji pola dan kualitas tidur pasien.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu tidur.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan.
6. Integritas kulit:
- Identifikasi dan pantau secara berkala lesi dan bercak kulit pasien.
- Berikan perawatan kulit yang lembut dan sesuai.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan kondisi kulit yang sesuai.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan LES, perawat harus memiliki pemahaman yang komprehensif tentang penyakit, gejala, dan komplikasi yang mungkin terjadi. Perawat juga harus berkolaborasi erat dengan tim medis lainnya untuk memastikan penatalaksanaan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 12748 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. Analisa data senjang dan pendukung, dan rumuskan masalah serta 3 diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Nona W, saya akan memberikan analisis terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Analisis Data:
Berdasarkan informasi yang diberikan, Nona W, usia 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, masuk rumah sakit dengan keluhan utama lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut, dan nyeri menelan. Terdapat juga riwayat lupus yang pernah didiagnosis 2 tahun lalu, ditandai dengan adanya bercak kemerahan di wajah, lengan, punggung, dan ekstremitas, serta rambut rontok. Pemeriksaan penunjang menunjukkan anemia, trombositopenia, limfositopenia, serta hasil pemeriksaan ANA positif, anti-dsDNA meningkat, dan penurunan komplemen C3 dan C4.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malnutrisi, ditandai dengan lemas seluruh tubuh, aktivitas terganggu, dan penurunan berat badan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (lupus), ditandai dengan nyeri kepala, nyeri menelan, dan nyeri sendi.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan sistem imun yang terganggu (lupus), ditandai dengan demam, sariawan, dan peningkatan sel darah putih.
Luaran/Output (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat beristirahat secukupnya dan mengatur energi.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan.
2. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mengenali faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami infeksi.
- Pasien dapat mengenali tanda dan gejala infeksi.
- Pasien dapat menerapkan perilaku pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital dan respons fisik terhadap aktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
- Lakukan latihan fisik untuk meningkatkan daya tahan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
2. Nyeri Akut:
- Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis sesuai resep.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tim terkait untuk mengelola nyeri.
3. Risiko Infeksi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi.
- Batasi pengunjung dan pastikan kebersihan tangan.
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengatasi intoleransi aktivitas, mengelola nyeri, dan mencegah terjadinya infeksi, sehingga kondisi pasien dapat membaik dan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. -
Article No. 12749 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) pada Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit LES
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan nyeri sendi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit LES
5. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan asupan makanan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat mengelola nyeri. Intervensi keperawatan meliputi pemberian analgesik, teknik distraksi, kompres hangat/dingin, dan edukasi.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pengendalian Lingkungan: Kenyamanan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diharapkan akibat dari ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan meliputi manajemen aktivitas, asistensi dalam aktivitas, dan edukasi.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Perawatan Diri: Aktivitas/Latihan, Manajemen Energi.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien bebas dari infeksi. Intervensi keperawatan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka, dan pemberian antibiotik.
- SIKI: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Obat.
4. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang dapat mengganggu fungsi normal individu.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik. Intervensi keperawatan meliputi pengaturan lingkungan, teknik relaksasi, dan edukasi.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi.
5. Risiko Malnutrisi
- SDKI: Berisiko mengalami gangguan dalam jumlah dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan jaringan dan metabolisme tubuh.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat mempertahankan status gizi yang baik. Intervensi keperawatan meliputi pemantauan asupan nutrisi, pemberian suplemen, dan edukasi gizi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Nutrisi, Terapi Gizi. -
Article No. 12750 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawaTAn yang tepat dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus Ny. W berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit sistemik (lupus)
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan karena sariawan dan disfagia
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Manajemen berat badan
- SIKI: Peningkatan asupan nutrisi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun (lupus)
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Kontrol risiko infeksi
- SIKI: Pencegahan infeksi
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi
- SDKI: Gangguan mobilitas fisik
- SLKI: Kemampuan mobilitas
- SIKI: Manajemen nyeri sendi
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit (lupus)
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Pemulihan pola tidur
- SIKI: Manajemen gangguan tidur
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit sistemik (lupus): Pasien mengalami nyeri kepala yang memberat saat beraktivitas, merupakan salah satu gejala dari penyakit lupus.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan karena sariawan dan disfagia: Pasien mengalami penurunan berat badan akibat kesulitan makan karena sariawan dan nyeri menelan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun (lupus): Pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi karena penurunan sistem imun akibat penyakit lupus.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi: Pasien mengalami nyeri sendi bahu dan siku yang menganggu pergerakannya.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit (lupus): Pasien dapat mengalami gangguan tidur akibat gejala penyakit lupus seperti nyeri dan demam. -
Article No. 12751 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawaTAn yang tepat dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kasus Ny. W:
1. Nyeri Akut
- Luaran (SLKI): Kontrol Nyeri
- Intervensi (SIKI):
- Kaji karakteristik nyeri (waktu timbul, lokasi, kualitas, intensitas, faktor pencetus)
- Anjurkan pasien menggunakan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (terapi dingin/hangat, relaksasi)
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
2. Hipertermia
- Luaran (SLKI): Kontrol Demam
- Intervensi (SIKI):
- Kaji suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai indikasi
3. Intoleransi Aktivitas
- Luaran (SLKI): Toleransi Aktivitas
- Intervensi (SIKI):
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Anjurkan pasien untuk beristirahat dan mengatur aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai toleransi
4. Gangguan Makan
- Luaran (SLKI): Intake Nutrisi
- Intervensi (SIKI):
- Kaji asupan nutrisi pasien
- Kolaborasi pemberian makanan/suplemen sesuai kondisi pasien
- Pantau berat badan pasien
5. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Luaran (SLKI): Bersihan Jalan Napas
- Intervensi (SIKI):
- Kaji karakteristik batuk dan produksi dahak
- Berikan hidrasi yang adekuat
- Ajarkan teknik batuk efektif
6. Risiko Infeksi
- Luaran (SLKI): Kontrol Infeksi
- Intervensi (SIKI):
- Kaji tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri
7. Perubahan Integritas Kulit
- Luaran (SLKI): Integritas Kulit
- Intervensi (SIKI):
- Kaji karakteristik dan lokasi lesi kulit
- Berikan perawatan kulit sesuai kondisi
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
8. Kelelahan
- Luaran (SLKI): Manajemen Energi
- Intervensi (SIKI):
- Kaji tingkat kelelahan pasien
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup
- Bantu pasien dalam mengatur aktivitas sesuai toleransi
Penjelasan rinci:
Berdasarkan informasi yang diberikan, Ny. W mengalami berbagai keluhan yang mengindikasikan adanya kondisi lupus. Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien, seperti nyeri kepala, demam, sariawan, nyeri telan, batuk, nyeri sendi, perubahan kulit, kelelahan, dan penurunan berat badan. Setiap diagnosa keperawatan memiliki luaran/hasil yang diharapkan (SLKI) dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk mencapai tujuan tersebut. Penjelasan rinci untuk setiap diagnosa dan intervensi keperawatan mencakup pengkajian, tindakan kolaboratif, dan edukasi kepada pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya secara komprehensif. -
Article No. 12752 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. berikan diagnosa keperawatan yang tepat dari kasus tersebut. berikan 3 diagnosa teratas yang bis diangkat dengan kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan 3 diagnosa keperawatan utama berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kasus Ny. W:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Disfungsi Sistem Imun
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Tidak Terjadi Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
Penjelasan:
Ny. W memiliki risiko tinggi mengalami infeksi karena disfungsi sistem imun yang ditandai dengan adanya penurunan hitung sel darah putih, limfosit, dan aktivitas fagositosis. Selain itu, pasien juga menunjukkan gejala-gejala infeksi seperti demam, sariawan, dan pneumonia yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- SIKI: Manajemen Energi
Penjelasan:
Ny. W mengalami kelemahan fisik yang ditandai dengan keluhan lemas seluruh tubuh, penurunan berat badan, dan nyeri pada sendi yang mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Nafsu Makan
- SDKI: Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Status Nutrisi Membaik
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Ny. W mengalami penurunan asupan nutrisi yang ditandai dengan adanya sariawan pada mulut dan nyeri saat menelan, sehingga menyebabkan penurunan berat badan sebanyak 6 kg dalam waktu singkat.