Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12693 | 22 Feb 2025
Klinis : Penurunan tingkat kesadaran Penurunan refleks muntah dan/atau batuk Gangguan menelan Disfagia Kerusakan mobilitas fisik Peningkatan residu lambung Peningkatan tekanan intragastric Penurunan motilitas gastrointestinal Sfingter esofagus bawah inkompeten Perlambatan pengosongan lambung Terpasang selang nasogastric Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah Efek agen farmakologis Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan refleks muntah dan/atau batuk, gangguan menelan, disfagia, peningkatan residu lambung, peningkatan tekanan intragastrik, perlambatan pengosongan lambung.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan gangguan menelan, disfagia, penurunan motilitas gastrointestinal, terpasang trakeostomi atau endotracheal tube.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik, trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah.
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan berhubungan dengan sfingter esofagus bawah inkompeten, terpasang selang nasogastrik, efek agen farmakologis.
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas berhubungan dengan ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko aspirasi: Tidak terjadi aspirasi, Tidak terjadi komplikasi akibat aspirasi, Mampu melakukan teknik menelan dengan aman.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Jalan napas bebas dari sekret, Mampu batuk efektif, Tidak terjadi infeksi saluran pernapasan.
3. Gangguan mobilitas fisik: Mampu melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri, Tidak terjadi kontraktur/deformitas, Tidak terjadi komplikasi akibat imobilisasi.
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan: Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi/dehidrasi, Mampu menerima dan mencerna nutrisi/cairan dengan adekuat.
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas: Mampu melakukan koordinasi menghisap, menelan, bernapas secara efektif, Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakmatangan koordinasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko aspirasi:
- Observasi tanda-tanda aspirasi
- Manajemen jalan napas
- Manajemen nutrisi
- Teknik menelan yang aman
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas:
- Manajemen jalan napas
- Manajemen sekret
- Terapi oksigen
- Fisioterapi dada
3. Gangguan mobilitas fisik:
- Manajemen imobilisasi
- Terapi latihan
- Perawatan kulit dan mencegah komplikasi imobilisasi
4. Gangguan fungsi saluran pencernaan:
- Manajemen nutrisi enteral
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Manajemen pemberian obat
- Manajemen disfagia
5. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan, bernapas:
- Stimulasi oral
- Latihan koordinasi menghisap, menelan, bernapas
- Manajemen nutrisi dan cairan
- Edukasi dan pelatihan keluarga
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan didasarkan pada kondisi yang diuraikan, dengan mengacu pada standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci untuk memberikan panduan yang komprehensif bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. -
Article No. 12694 | 22 Feb 2025
Klinis : gangguan pernafasan pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pernapasan pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah: Bayi dapat mempertahankan jalan napas yang paten, menunjukkan pola napas yang efektif, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau pola napas, mengatur posisi bayi, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, melakukan suction untuk membersihkan jalan napas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap bayi dengan gangguan pernapasan, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, sangat penting dalam penanganan kondisi ini. -
Article No. 12695 | 22 Feb 2025
Klinis : gangguan pernafasan pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pernapasan pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
a. Bayi dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
b. Bayi dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
c. Frekuensi pernapasan bayi dalam rentang normal.
d. Irama pernapasan bayi teratur.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
a. Monitoring tanda-tanda vital bayi secara berkala.
b. Memberikan posisi semi-fowler atau lateral pada bayi untuk memfasilitasi drainase sekret.
c. Melakukan suction pada jalan napas bayi jika diperlukan.
d. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan bayi.
e. Mengajarkan orang tua teknik batuk efektif dan pembersihan jalan napas.
f. Mengkolaborasikan pemberian terapi pernapasan, jika diperlukan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi gangguan pernapasan pada bayi. -
Article No. 12696 | 22 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktifitas, terasa cekot-cekot, skala nyeri vas 3 ,nyeri terasa terus menerus (P: faktor penyakit adanya luka akibat KLL, Q: tajam tusukan dan mencengkeram, R: wajah, S: 3, T: terus menerus), tampak bengkak bibir, pasien tampak tegang. B: Pasien rujukan dari RSUD Rembang pasca KLL 30 menit SMRS (10/2/25, Jam 23.30), Pasien KLL naik motor dengan kecepatan sedang, menabrak truk dari belakang, bagian wajah bawah membentur badan truk. Pasien menggunakan helm, tidak terlepas. Pasien mengeluh nyeri pada rahang atas dan bawah, sulit membuka mulut. Pingsan (-), kejang (-), muntah (-). Pasien dibawa ke IGD RSUD Soetrasno Rembang dilakukan pemeriksaan didapatkan patah tulang rahang bawah kemudian pasien dirujuk ke RS Kariadi untuk tindakan lebih lanjut. A : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TD 110/80 mmHg, N: 82x/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36 ºC, SPO2 100%. Pasien terpasang O2 3 lpm, NGT, infus RL 2 tpm dan terpasang barton bandage.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda uraikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan.
Definisi SDKI:
Respon subyektif terhadap rangsangan nyeri yang dapat dikomunikasikan secara verbal, perilaku maupun fisiologis.
Definisi SLKI:
Kemampuan individu dalam mengontrol, mengenali, dan mengomunikasikan pengalaman nyeri akut.
Definisi SIKI:
Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri akut yang dialami individu.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluh nyeri pada rahang, nyeri saat beraktivitas, terasa cekot-cekot, dengan skala nyeri VAS 3. Nyeri dirasakan terus-menerus akibat patah tulang rahang bawah karena kecelakaan lalu lintas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres dingin, dan edukasi mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Definisi SDKI:
Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Definisi SLKI:
Kemampuan individu dalam mengontrol dan mengelola respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Definisi SIKI:
Intervensi untuk mengurangi respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Penjelasan singkat:
Pasien tampak tegang akibat cedera yang dialami dan ketakutan akan kondisi kesehatannya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, melakukan relaksasi, dan edukasi untuk mengurangi kecemasan pasien. -
Article No. 12697 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan infeksi paru-paru dan kelemahan otot-otot pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keletihan, nyeri sendi, dan penurunan massa otot.
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia, demam, dan penyakit kronis.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi persendian dan mukosa mulut.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
6. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, nyeri menelan, dan malabsorpsi.
7. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (rambut rontok, bercak eritema, edema).
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
- SDKI: Ketidakmampuan tubuh untuk bernapas dengan lancar untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Mampu menunjukkan pola napas efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji pola napas, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji toleransi aktivitas, mengajarkan teknik pengaturan energi, dan memfasilitasi aktivitas sesuai kemampuan.
3. Kelelahan
- SDKI: Pengalaman yang subjektif dan menetap terkait dengan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas.
- SLKI: Mampu mengelola kelelahan sesuai kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi untuk memulihkan energi.
4. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Mampu mengelola nyeri sesuai kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji nyeri, memberikan analgesik, dan menggunakan terapi komplementer untuk mengurangi nyeri.
5. Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Mampu mencegah infeksi sesuai kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda infeksi, memberikan terapi antibiotik, dan memfasilitasi peningkatan sistem imun.
6. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mampu mempertahankan status nutrisi sesuai kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi status nutrisi, memberikan diet yang sesuai, dan memantau asupan nutrisi.
7. Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh.
- SLKI: Mampu menerima perubahan citra tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji persepsi pasien terhadap citra tubuh, memberikan dukungan psikologis, dan mengajarkan teknik penampilan untuk meningkatkan citra tubuh. -
Article No. 12698 | 22 Feb 2025
Klinis : KASUS Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3 , Leukosit= 3000/mm3 , Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi, kelelahan, dan penurunan jumlah sel darah
2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, sariawan, dan kesulitan menelan
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit sistemik
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, kelelahan, dan proses penyakit
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi, kelelahan, dan penurunan jumlah sel darah
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya keterbatasan.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, Mobilitas mandiri, Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Manajemen energi, Terapi aktivitas, Manajemen nyeri.
2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, sariawan, dan kesulitan menelan
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan nutrisi, Berat badan normal, Kemampuan makan mandiri.
- SIKI: Manajemen gangguan makan, Konseling gizi, Peningkatan intake nutrisi.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit sistemik
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas normal dengan atau tanpa mekanisme kompensasi.
- SLKI: Suhu tubuh dalam rentang normal, Kesejahteraan umum meningkat.
- SIKI: Manajemen demam, Terapi cairan, Pengawasan tanda-tanda vital.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- SDKI: Peningkatan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Bebas dari infeksi, Status imunitas membaik.
- SIKI: Manajemen risiko infeksi, Pencegahan infeksi, Terapi antibiotik.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, kelelahan, dan proses penyakit
- SDKI: Perubahan kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Pola tidur normal, Kualitas tidur membaik.
- SIKI: Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Promosi tidur. -
Article No. 12699 | 22 Feb 2025
Klinis : bisa buatkan diagnosa yang muncul pada persalinan kala 1-4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi persalinan kala 1-4.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan tone akademis dan persona pakar dalam memberikan informasi ini.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Kala 1-4:
1. Diagnosa Keperawatan Kala 1 Persalinan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
b. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pemeriksaan vaginal.
2. Diagnosa Keperawatan Kala 2 Persalinan:
a. Ketidakefektifan proses persalinan berhubungan dengan penurunan kondisi ibu atau janin.
b. Risiko cedera berhubungan dengan proses kelahiran.
c. Risiko aspirasi berhubungan dengan hilangnya kendali refleks.
3. Diagnosa Keperawatan Kala 3 Persalinan:
a. Risiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan sisa plasenta atau selaput ketuban.
c. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
4. Diagnosa Keperawatan Kala 4 Persalinan:
a. Risiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan luka perineum.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Penggunaan standar ini oleh perawat profesional bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12700 | 22 Feb 2025
Klinis : bisa buatkan diagnosa yang muncul pada persalinan kala 1-4, buat penyebab/etiologinya itu sesuai yang ada di buku 3s
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan pada Persalinan Kala 1-4:
1. Persalinan Kala 1:
a. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
b. Penjelasan:
- SDKI: Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan distraksi.
2. Persalinan Kala 2:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko perdarahan berhubungan dengan retraksi uterus yang tidak adekuat.
b. Penjelasan:
- SDKI: Risiko perdarahan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dalam jumlah berlebihan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pengelolaan perdarahan, dan pemberian oksigen.
3. Persalinan Kala 3:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pada saat persalinan.
b. Penjelasan:
- SDKI: Risiko infeksi didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan dan sterilitas alat, serta pemberian antibiotik profilaksis.
4. Persalinan Kala 4:
a. Diagnosa Keperawatan: Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan ketidakstabilan hemodinamik.
b. Penjelasan:
- SDKI: Risiko cedera didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi cedera.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan jatuh, dan manajemen kesadaran.
Etiologi/penyebab dari diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan buku 3S (SDKI, SLKI, SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 12701 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa keperawatan yang muncul pada persalinan kala 1-4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pada persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan untuk Persalinan Kala 1-4:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- Etiologi: Kontraksi uterus, peregangan struktur panggul, distensi serviks.
2. Risiko Perdarahan
- Definisi: Berada dalam bahaya atau kemungkinan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler.
- Etiologi: Robekan jalan lahir, retensio plasenta, atonisI uterus.
3. Gangguan Proses Persalinan
- Definisi: Hambatan dalam progresivitas persalinan yang dapat menyebabkan komplikasi.
- Etiologi: Serviks tertutup, kontraksi uterus tidak adekuat, malposisi janin.
4. Anxiety
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Etiologi: Pengalaman pribadi, perubahan lingkungan, perubahan fisiologis.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Memuat definisi, faktor terkait, dan karakteristik definisi dari berbagai diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Memuat berbagai hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Memuat berbagai tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Peran perawat dalam menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. -
Article No. 12702 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa keperawatan yang muncul pada persalinan kala 1-4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Penjelasan: Nyeri yang dialami pasien selama proses persalinan, khususnya pada kala 1-4, dapat diklasifikasikan sebagai nyeri akut. Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi uterus, peregangan jalan lahir, dan penurunan janin.
2. Perubahan Pola Tidur
- Penjelasan: Pasien mungkin mengalami perubahan pola tidur atau istirahat selama persalinan, terutama pada kala 1 dan 2, karena rasa sakit dan kelelahan yang dialami.
3. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Selama proses persalinan, terdapat risiko infeksi pada ibu dan bayi, terutama jika terjadi komplikasi seperti robekan jalan lahir atau prosedur invasif.
4. Risiko Perdarahan
- Penjelasan: Pasien berisiko mengalami perdarahan, terutama pada kala III dan IV persalinan, akibat atonia uteri, retensio plasenta, atau komplikasi lainnya.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Penjelasan: Pasien mungkin mengalami ketidakseimbangan nutrisi selama persalinan, terutama pada kala 1 dan 2, karena adanya peningkatan kebutuhan energi dan cairan akibat kontraksi uterus dan kehilangan darah.
Standar Dokumentasi Keperawatan (SDKI-SLKI-SIKI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) digunakan untuk mendokumentasikan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan untuk mendokumentasikan tujuan atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan untuk mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Penggunaan standar dokumentasi keperawatan ini akan memastikan konsistensi, kelengkapan, dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien selama proses persalinan.