Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21405 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.41
- Deskripsi: Patch test untuk alergi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. A, usia 35 tahun, laki-laki, bekerja sebagai tukang bangunan, mengeluhkan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian, diperoleh data bahwa:
- Tes alergi kulit (patch test) positif terhadap bahan semen
- Pemeriksaan darah rutin dan IgE serum sedikit meningkat
Berdasarkan gejala klinis, riwayat pajanan, dan hasil pemeriksaan penunjang, diagnosis yang sesuai adalah dermatitis alergi kontak (L23.9) yang disebabkan oleh paparan semen di tempat kerja.
Prosedur yang dilakukan adalah patch test untuk mendiagnosis alergi (kode ICD-9-CM 95.41). -
Article No. 21406 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan pada kasus Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (kemerahan dan lesi pada kulit).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
- Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terbangun karena gatal-gatal atau rasa panas pada kulit.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan kondisi.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya.
- Pasien dapat menerima perubahan yang terjadi pada kulitnya.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas harian.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya dan menghindari aktivitas yang dapat memperparah kondisi kulit.
- Berikan edukasi tentang penyebab dan pencegahan dermatitis untuk mengurangi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya secara bertahap.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur pasien, seperti gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
- Berikan intervensi untuk mengurangi gatal-gatal, seperti pemberian obat topikal, kompres dingin, dan teknik relaksasi.
- Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memperparah gatal-gatal sebelum tidur.
- Dorong pasien untuk mempertahankan pola tidur yang teratur.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien terhadap perubahan pada kulit dan dampaknya terhadap citra tubuh.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu pasien menerima perubahan pada kulit.
- Edukasikan pasien tentang perawatan kulit yang tepat untuk mengurangi kemerahan dan lesi.
- Dorong pasien untuk tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang terdekat.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan berfokus pada pengelolaan gejala, peningkatan kemampuan aktivitas, optimalisasi pola tidur, serta dukungan psikologis untuk membantu pasien Tn. A beradaptasi dengan kondisi dermatitisnya dan mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 21407 | 02 Sep 2025
Klinis : Palpitasi Berhubungan Dengan Perubahan Irama Jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Palpitasi Berhubungan Dengan Perubahan Irama Jantung
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
Palpitasi berhubungan dengan perubahan irama jantung
Penjelasan:
Palpitasi merupakan gejala di mana pasien merasakan detak jantung yang tidak normal, seperti berdebar, berdetak cepat, atau tidak beraturan. Hal ini berhubungan dengan perubahan irama jantung, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, penyakit jantung, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa keperawatan ini mencerminkan masalah kesehatan yang dialami pasien dan menjadi fokus utama dalam perencanaan asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Kontrol Irama Jantung
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda palpitasi
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi irama jantung
- Pasien dapat menerapkan teknik manajemen stres untuk membantu mengontrol irama jantung
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pasien dapat memantau dan mencatat denyut nadi secara teratur
- Pasien dapat mengenali parameter normal denyut nadi dan dapat melaporkan adanya perubahan yang signifikan
3. Pengelolaan Gejala
- Pasien dapat mengelola gejala palpitasi dengan baik
- Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi gejala palpitasi
- Pasien dapat mengambil tindakan yang tepat saat mengalami episode palpitasi
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada membantu pasien untuk dapat mengontrol irama jantung, memantau tanda-tanda vital secara rutin, dan mengelola gejala palpitasi dengan baik. Tujuan ini akan membantu pasien untuk memahami kondisinya, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Irama Jantung
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi irama jantung
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengontrol irama jantung
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan intervensi terapeutik yang sesuai
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Ajarkan pasien untuk memantau denyut nadi secara teratur
- Catat denyut nadi dan identifikasi adanya perubahan signifikan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengevaluasi temuan pemantauan
3. Pengelolaan Gejala
- Ajarkan pasien tentang gejala palpitasi dan cara mengelolanya
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi gejala
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menentukan intervensi terapeutik yang sesuai
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berfokus pada manajemen irama jantung, pemantauan tanda-tanda vital, dan pengelolaan gejala palpitasi. Intervensi ini melibatkan edukasi, pelatihan, kolaborasi dengan tim kesehatan, dan pemantauan yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien memahami kondisinya, mengontrol irama jantung, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 21408 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. A dengan keluhan dermatitis, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Kulit
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan
- SDKI: Gangguan Kenyamanan
- Definisi: Pengalaman subjektif ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan Kenyamanan
- SIKI: Manajemen Gejala
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memperoleh jumlah dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Kualitas Tidur
Penjelasan singkat:
- Kerusakan Integritas Kulit: Terjadi perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal akibat dermatitis, ditandai dengan eritema, papul, ekskoriasi, dan kulit kering.
- Gangguan Kenyamanan: Pasien mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti gatal, rasa panas, dan stres akibat kerusakan kulit.
- Risiko Infeksi: Luka lecet akibat garukan dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Gangguan Pola Tidur: Pasien sering terbangun karena gatal dan rasa panas di kulit, sehingga mengganggu kualitas tidur. -
Article No. 21409 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I: 00092)
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Toleransi aktivitas
- SIKI: 10104 Manajemen intoleransi aktivitas
2. Kerusakan integritas kulit (NANDA-I: 00046)
- SDKI: Kerusakan integritas kulit
- SLKI: Integritas kulit
- SIKI: 10012 Manajemen kerusakan integritas kulit
3. Nyeri kronis (NANDA-I: 00133)
- SDKI: Nyeri kronis
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: 10029 Manajemen nyeri kronis
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I: 00092)
- SDKI: Keterbatasan fisik dalam melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi.
- SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SIKI: Intervensi untuk mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap intoleransi aktivitas dan membantu pasien mencapai tingkat aktivitas yang diinginkan.
2. Kerusakan integritas kulit (NANDA-I: 00046)
- SDKI: Perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal.
- SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi dan struktur kulit yang normal.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada kerusakan integritas kulit.
3. Nyeri kronis (NANDA-I: 00133)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola pengalaman nyeri.
- SIKI: Intervensi untuk membantu pasien mengatasi dan mengelola nyeri kronis yang dialami.
Kode dan definisi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21410 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. A dengan diagnosa dermatitis, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, serta definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas (SDKI kode: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI kode: 00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Gangguan Pola Tidur (SDKI kode: 00198)
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
4. Kecemasan (SDKI kode: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang diekspresikan.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit (SLKI kode: 1720)
Definisi: Mempertahankan atau memulihkan kesatuan, struktur, dan fungsi kulit.
2. Manajemen Nyeri (SLKI kode: 1410)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri sehingga klien dapat beraktivitas.
3. Manajemen Stres (SLKI kode: 1450)
Definisi: Membantu klien untuk mengenali dan mengatasi stres.
4. Peningkatan Tidur (SLKI kode: 1850)
Definisi: Memfasilitasi tidur yang berkualitas dan mencukupi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka (SIKI kode: I13067)
Definisi: Tindakan untuk memelihara dan memulihkan integritas kulit.
2. Terapi Relaksasi (SIKI kode: I13158)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental.
3. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (SIKI kode: I13097)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kenyamanan klien.
4. Edukasi Kesehatan (SIKI kode: I13050)
Definisi: Tindakan untuk memberikan informasi yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klien. -
Article No. 21293 | 01 Sep 2025
Klinis : - kejang jam 6 pagi ini sekitar 2 menit tidak respon, kemudian menangis - nafas grok grok disertai batuk sejak kemarin - demam sejak kemarin - muntah (-)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Perubahan Metabolisme
- Definisi: Keadaan di mana individu rentan mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak terkontrol.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan metabolisme (demam, hipoksia, elektrolit).
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Sekret
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret (infeksi saluran pernapasan).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Perubahan Metabolisme:
- Klien terbebas dari kejang selama perawatan.
- Tanda-tanda vital stabil (suhu, pernapasan, nadi).
- Klien tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi akibat kejang.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Sekret:
- Klien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan.
- Klien dapat batuk/bersin secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Klien tidak menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Perubahan Metabolisme:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (suhu, pernapasan, nadi).
- Identifikasi faktor-faktor pencetus kejang (perubahan metabolisme, infeksi, dll).
- Berikan antikonvulsan sesuai dengan instruksi medis.
- Pantau respons terhadap pengobatan antikonvulsan.
- Ajarkan keluarga tentang cara menangani kejang dan tindakan yang harus dilakukan.
- Ciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera saat terjadi kejang.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Sekret:
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi, kedalaman, wheezing, dll).
- Berikan oksigen dan monitor kadar oksigen dalam darah.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai dengan instruksi medis.
- Tingkatkan asupan cairan untuk membantu melunakkan sekret.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi drainase sekret.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disajikan dari perspektif seorang perawat profesional dengan nada akademis. -
Article No. 21294 | 01 Sep 2025
Klinis : kencing batu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "kencing batu" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N20.0
- Deskripsi: Batu ginjal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 55.03
- Deskripsi: Lithotripsi ginjal, tanpa pemecahan batu, menggunakan gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N20.0 untuk "Batu ginjal" adalah kode yang tepat untuk menggambarkan kondisi "kencing batu". Hal ini karena kencing batu, atau urolithiasis, umumnya terjadi ketika kristal-kristal mineral terbentuk di dalam ginjal, membentuk batu-batu kecil.
2. Untuk tindakan medis yang sering dilakukan dalam menangani kasus kencing batu, kode ICD-9-CM 55.03 untuk "Lithotripsi ginjal, tanpa pemecahan batu, menggunakan gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL)" adalah yang paling sesuai. ESWL merupakan salah satu prosedur non-invasif yang umum digunakan untuk memecahkan batu ginjal tanpa perlu operasi.
Kode-kode tersebut digunakan oleh tenaga medis dan perekam medis untuk mengklasifikasikan dan mendokumentasikan diagnosis serta prosedur medis yang dilakukan dalam penatalaksanaan kondisi "kencing batu" secara terstandar. -
Article No. 21295 | 01 Sep 2025
Klinis : sariawan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis sariawan, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K12.0
- Deskripsi: Stomatitis aftosa, sariawan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.01
- Deskripsi: Aplikasi lokal agen terapeutik ke rongga mulut dan faring
Penjelasan:
Sariawan, yang secara medis dikenal sebagai stomatitis aftosa, adalah kondisi yang ditandai dengan adanya luka atau lepuhan kecil di dalam rongga mulut. Sariawan umumnya tidak berbahaya dan biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari hingga seminggu.
Kode ICD-10 K12.0 mengacu spesifik pada kondisi sariawan atau stomatitis aftosa. Sementara itu, kode ICD-9-CM 98.01 menunjukkan prosedur aplikasi lokal agen terapeutik, seperti obat-obatan topikal, ke rongga mulut dan faring, yang mungkin dilakukan untuk mengatasi sariawan dan mempercepat penyembuhannya.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk mencatat kode diagnosis dan prosedur yang sesuai dalam rekam medis pasien untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan memfasilitasi proses penagihan serta penelusuran data epidemiologi. -
Article No. 21296 | 01 Sep 2025
Klinis : gondongen
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi gondongen:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N41.0
- Deskripsi: Gondongen (Prostatitis akut)
Gondongen atau prostatitis akut merupakan kondisi peradangan pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau nonbakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri panggul, rasa tidak nyaman saat berkemih, dan demam.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 60.81
- Deskripsi: Aspirasi atau biopsi prostat
Jika diperlukan, prosedur aspirasi atau biopsi prostat dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan penyebab gondongen. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum untuk mengambil sampel cairan atau jaringan dari kelenjar prostat untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.