Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14794 | 25 Mar 2025
Klinis : data subjektif dan objektif menyusui tidak efektif dikarenakan bayi tidak mampu melekat pada puting
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Menyusui tidak efektif". Pada kondisi ini, data subjektif yang ditemukan adalah bayi tidak mampu melekat pada puting ibu saat menyusui. Sedangkan data objektifnya adalah posisi menyusui tidak tepat, bayi tampak frustrasi, dan terjadi penurunan berat badan bayi.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bayi dapat melekat dengan baik pada puting ibu saat menyusui.
2. Bayi dapat mengisap puting dengan kuat dan konsisten.
3. Ibu dapat memposisikan diri dan bayi dengan benar saat menyusui.
4. Ibu dapat mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
5. Berat badan bayi dapat meningkat sesuai harapan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Ajarkan teknik menyusui yang benar kepada ibu, meliputi posisi ibu dan bayi, cara menempelkan mulut bayi pada puting, dan durasi menyusui yang cukup.
2. Bantu ibu untuk memperbaiki posisi menyusui yang tidak tepat.
3. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif dan meningkatkan frekuensi menyusui.
4. Pantau berat badan bayi secara rutin dan kolaborasi dengan dokter jika terjadi penurunan berat badan yang signifikan.
5. Berikan edukasi kepada ibu terkait manfaat menyusui dan penanganan masalah menyusui.
6. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu dalam proses menyusui.
7. Evaluasi kemajuan yang dicapai dan sesuaikan intervensi jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Menyusui tidak efektif" dipilih karena sesuai dengan kondisi yang dialami, yaitu bayi tidak mampu melekat pada puting ibu saat menyusui. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses menyusui, penurunan produksi ASI, dan risiko penurunan berat badan bayi.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar bayi dapat melekat dengan baik pada puting ibu, mengisap puting dengan kuat dan konsisten, serta berat badan bayi dapat meningkat sesuai harapan. Selain itu, diharapkan ibu dapat memposisikan diri dan bayi dengan benar saat menyusui, serta dapat mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar, bantuan dalam memperbaiki posisi menyusui, motivasi untuk tetap memberikan ASI eksklusif, pemantauan berat badan bayi, dan melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan. Evaluasi kemajuan juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan intervensi jika diperlukan.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan ini, perawat berperan sebagai seorang pakar dan memberikan penjelasan secara akademis untuk memastikan pemahaman yang komprehensif terkait kondisi dan rencana penanganannya. -
Article No. 14795 | 25 Mar 2025
Klinis : data subjektif dan objektif menyusui tidak efektif dikarenakan bayi tidak mampu melekat pada puting
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui
Definisi:
Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan bayi untuk mengisap ASI secara adekuat sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi.
Data Subjektif:
- Bayi tidak mampu melekat pada putting susu ibu.
Data Objektif:
- Bayi tidak dapat mengisap putting susu ibu dengan kuat.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Standar ini memberikan definisi, faktor yang berhubungan, gejala dan tanda, serta batasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Menyusui".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar ini mencakup luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa "Ketidakefektifan Menyusui", seperti peningkatan kemampuan menyusui, peningkatan berat badan bayi, dan kepuasan ibu terhadap proses menyusui.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar ini mencakup intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa "Ketidakefektifan Menyusui", seperti edukasi teknik menyusui yang benar, fasilitasi posisi menyusui yang nyaman, serta pemantauan asupan dan pertumbuhan bayi.
Penerapan standar ini oleh perawat akan membantu memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan komprehensif untuk mengatasi masalah "Ketidakefektifan Menyusui" pada bayi. -
Article No. 14796 | 25 Mar 2025
Klinis : berikan 3 data subjektif dan 3 data objektif menyusui tidak efektif dikarenakan bayi tidak mampu melekat pada puting
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan rinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Menyusui tidak efektif
Data Subjektif:
a. Ibu mengeluh bayinya tidak dapat melekat dengan baik pada puting payudara.
b. Ibu mengalami nyeri saat menyusui.
c. Ibu mengatakan produksi ASI tidak lancar.
Data Objektif:
a. Bayi tampak frustasi saat menyusu.
b. Bayi tidak dapat mempertahankan lekatan pada puting payudara.
c. Puting payudara ibu tampak lecet atau retak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bayi dapat melekat dengan baik pada puting payudara ibu.
b. Ibu dapat menyusui dengan nyaman tanpa rasa nyeri.
c. Produksi ASI ibu meningkat dan lancar.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, seperti posisi dan pelekatan bayi yang tepat.
b. Berikan edukasi kepada ibu tentang manfaat menyusui dan cara merawat puting payudara yang lecet atau retak.
c. Bantu ibu dalam memaksimalkan produksi ASI, misalnya dengan melakukan stimulasi payudara, pemberian ASI eksklusif, dan pengaturan jadwal menyusui.
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada ibu agar tetap bersemangat dalam menyusui.
e. Kolaborasi dengan ahli laktasi atau tenaga kesehatan terkait untuk mendapatkan konsultasi dan tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Menyusui tidak efektif merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi di mana bayi tidak mampu melekat pada puting payudara ibu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti posisi menyusui yang tidak benar, puting payudara yang lecet atau retak, serta kendala lain yang menghambat proses menyusui yang efektif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan bayi dapat melekat dengan baik pada puting payudara ibu, ibu dapat menyusui dengan nyaman tanpa rasa nyeri, serta produksi ASI ibu meningkat dan lancar. Hal ini akan mendukung proses menyusui yang efektif dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi edukasi kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar, perawatan puting payudara, serta upaya meningkatkan produksi ASI. Selain itu, pemberian dukungan emosional dan motivasi kepada ibu juga penting untuk memastikan ibu tetap bersemangat dalam menyusui. Kolaborasi dengan ahli laktasi atau tenaga kesehatan terkait juga dapat dilakukan jika diperlukan tindakan lebih lanjut.
Diharapkan dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, ibu dan bayi dapat mencapai proses menyusui yang efektif dan mendukung tumbuh kembang bayi yang optimal. -
Article No. 14797 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.01
- Deskripsi: Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. S, laki-laki berusia 62 tahun, datang dengan keluhan utama muntah darah dan BAB berwarna hitam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda anemis seperti konjungtiva anemis, pucat pada telapak tangan, serta tanda-tanda kecurigaan sirosis hati seperti bising usus yang meningkat. Hasil laboratorium juga mendukung adanya masalah hati dengan peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT) serta penurunan albumin. Pasien juga memiliki riwayat merokok sejak usia muda dan riwayat sirosis hepatis sebelumnya.
Berdasarkan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan, diagnosis kerja yang paling sesuai adalah Hematemesis, yang merupakan kode ICD-10 K92.0. Prosedur yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan mengonfirmasi penyebab hematemesis adalah esofagogastroduodenoskopi (EGD), yang memiliki kode ICD-9-CM 45.01. -
Article No. 14798 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. S, saya sebagai perawat professional merekomendasikan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran keperawatan SLKI yang diharapkan, serta intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan disfagia sekunder akibat hematemesis melena.
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan perubahan fungsi koagulasi sekunder akibat sirosis hepatis.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder akibat anemia.
Luaran Keperawatan SLKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Hasil yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai target, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat.
2. Risiko perdarahan
- Hasil yang diharapkan: Klien tidak mengalami perdarahan aktif, mempertahankan status koagulasi dalam batas normal, dan mampu mengenali tanda-tanda perdarahan.
3. Intoleransi aktivitas
- Hasil yang diharapkan: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan, dan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Intervensi: Monitor asupan nutrisi dan cairan, Berikan makanan tinggi kalori dan protein, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi, Pantau berat badan dan tanda-tanda malnutrisi.
2. Risiko perdarahan
- Intervensi: Monitor tanda-tanda perdarahan, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antikoagulan atau transfusi darah, Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan dan tindakan pencegahan.
3. Intoleransi aktivitas
- Intervensi: Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Anjurkan istirahat yang cukup, Evaluasi toleransi klien terhadap aktivitas, Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu Tn. S dalam memulihkan kondisi kesehatannya dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14799 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal yang ditandai dengan konjungtiva anemis, pucat pada telapak tangan, dan penurunan kadar hemoglobin.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perubahan perfusi jaringan adalah gangguan sirkulasi darah ke jaringan tubuh yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh perdarahan gastrointestinal pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin, perbaikan warna kulit dan mukosa, serta peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memantau perdarahan, mengatur posisi pasien, memberikan terapi cairan dan transfusi darah jika diperlukan, serta memberikan edukasi terkait faktor risiko dan pencegahan perdarahan gastrointestinal.
2. Penurunan intake nutrisi berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan tidak adanya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan intake nutrisi adalah ketidakmampuan untuk makan atau minum dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh anoreksia pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang adekuat, meningkatkan asupan nutrisi, dan memiliki kadar albumin yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi asupan nutrisi pasien, memberikan diet yang sesuai, memberikan suplemen nutrisi jika diperlukan, serta memantau dan mencatat intake dan output cairan. -
Article No. 14800 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual berhubungan dengan kondisi sirosis hati dan penurunan faktor-faktor pembekuan darah.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran cerna yang dapat mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif, pemulihan fungsi saluran cerna, dan tidak ada komplikasi lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian tanda-tanda perdarahan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antasida, proton pump inhibitor, dan pemberian nutrisi yang adekuat.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, mual, dan malabsorpsi zat gizi.
Penjelasan:
SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan, kadar albumin dalam batas normal, dan vital signs yang stabil.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan pemberian edukasi nutrisi yang cukup.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit pada saluran pencernaan.
Penjelasan:
SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI: Pasien akan melaporkan nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan edukasi manajemen nyeri.
Diagnosa keperawatan di atas disusun berdasarkan data pengkajian yang diberikan, dengan mempertimbangkan masalah kesehatan utama yang dialami pasien, yaitu hematemesis melena yang kemungkinan disebabkan oleh sirosis hati. Diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14801 | 25 Mar 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang memadai di tingkat seluler.
SDKI:
Penyebab:
1. Penurunan ventilasi
2. Gangguan difusi
3. Perubahan aliran darah
4. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Karakteristik Definisi:
1. Perubahan frekuensi pernapasan
2. Perubahan irama pernapasan
3. Perubahan kedalaman pernapasan
4. Sianosis
5. Hipoksemia
6. Hiperkapnia
SLKI:
Luaran yang Diharapkan:
1. Pasien menunjukkan pertukaran gas yang adekuat
2. Pasien menunjukkan peningkatan oksigenasi
3. Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen
3. Pengelolaan ventilasi mekanik
4. Manajemen posisi
5. Edukasi pasien dan keluarga
Penjelasan Singkat:
Gangguan pertukaran gas adalah kondisi di mana terjadi ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang memadai di tingkat seluler. Penyebabnya dapat berupa penurunan ventilasi, gangguan difusi, perubahan aliran darah, atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Karakteristik klinis yang mungkin muncul adalah perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, sianosis, hipoksemia, dan hiperkapnia. Tujuan perawatan adalah untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat, meningkatkan oksigenasi, dan memperbaiki ventilasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengelolaan ventilasi mekanik, manajemen posisi, serta edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 14802 | 25 Mar 2025
Klinis : resiko gangguan sirkulasi spontan dengan faktor resiko asidosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan pendekatan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya untuk kondisi yang anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan kemampuan sirkulasi darah secara spontan yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Salah satunya adalah asidosis, yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan fungsi organ.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mempertahankan fungsi sirkulasi dalam batas normal.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
b. Pemberian oksigen sesuai indikasi
c. Pemberian cairan/elektrolit sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi asidosis
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan pola hidup sehat
Dalam pendekatan akademis, persona sebagai pakar dan perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menggambarkan upaya perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengelola risiko gangguan sirkulasi spontan dengan faktor risiko asidosis pada pasien. -
Article No. 14803 | 25 Mar 2025
Klinis : ikterik neonatus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ikterik Neonatus
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ikterik Neonatus adalah masalah kesehatan yang ditandai dengan adanya hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah yang meningkat) yang menyebabkan kulit dan sklera bayi tampak kekuningan. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imaturitas hati, hemolisis, ekstravasasi darah, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Ikterik Neonatus antara lain: Kadar bilirubin menurun, Tidak terjadi komplikasi seperti ensefalopati biliaris, Bayi menunjukkan respons yang baik terhadap tindakan penanganan, dan Bayi menunjukkan tanda-tanda tumbuh kembang yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk Ikterik Neonatus meliputi: Pemantauan kadar bilirubin, Fototerapi, Pertukaran plasma, Tindakan pencegahan perdarahan, Pemberian nutrisi yang adekuat, Stimulasi tumbuh kembang, serta Edukasi dan dukungan bagi orang tua.
Penjelasan singkat:
Ikterik neonatus merupakan salah satu kondisi yang sering ditemui pada bayi baru lahir. Penanganan yang tepat dan sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi dan memastikan tumbuh kembang bayi yang optimal.