Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14784 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke 3 datang ke poli KIA. Hasil pengkajian : pasien mengatakan mengeluh bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Payudara pasien teraba hangat dan keras. Apakah diagnos keperawatan yang tepat pada pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Ketidakefektifan Pola Menyusui" (SDKI). Hal ini dikarenakan pasien mengeluhkan bayi tidak mampu melekat pada putting susu sehingga mengakibatkan payudara membengkak dan terasa sakit. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan pada proses menyusui yang efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pola Menyusui Efektif: Pasien dapat menyusui bayinya dengan teknik yang benar, sehingga bayi dapat melekat pada putting susu dengan baik dan memperoleh asupan ASI yang cukup.
2. Kenyamanan Payudara Membaik: Payudara pasien tidak lagi membengkak, terasa hangat, dan nyeri berkurang sehingga pasien merasa nyaman.
3. Pengetahuan Meningkat: Pasien memahami teknik menyusui yang benar dan perawatan payudara selama masa nifas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Edukasi Teknik Menyusui:
- Mengajarkan teknik menyusui yang benar, seperti posisi menyusui, cara melekatkan bayi pada putting susu, serta cara memosisikan badan bayi.
- Menjelaskan tanda-tanda bayi mendapat cukup ASI, seperti frekuensi, durasi, dan pola menyusui.
2. Manajemen Nyeri Payudara:
- Menganjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat pada payudara untuk meningkatkan sirkulasi dan memperlancar pengeluaran ASI.
- Mengajarkan teknik pemijatan payudara untuk memperlancar pengeluaran ASI.
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Perawatan Payudara:
- Mengajarkan pasien cara perawatan payudara selama masa nifas, seperti menjaga kebersihan payudara dan putting susu.
- Memberikan edukasi mengenai tanda-tanda infeksi payudara dan penanganannya.
4. Konseling dan Dukungan Psikologis:
- Memberikan dukungan, motivasi, dan konseling kepada pasien agar tetap semangat dalam proses menyusui.
- Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan dalam proses menyusui.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola menyusui yang efektif, kenyamanan payudara yang membaik, serta peningkatan pengetahuan terkait teknik menyusui dan perawatan payudara selama masa nifas. -
Article No. 14785 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke 3 datang ke poli KIA. Hasil pengkajian : pasien mengatakan mengeluh bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Payudara pasien teraba hangat dan keras. Apakah diagnos keperawatan yang tepat pada pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi yang Anda deskripsikan, serta penjelasan singkat tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosis Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang tepat untuk pasien ini adalah: Gangguan Proses Laktasi.
Penjelasan:
Gangguan Proses Laktasi merupakan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kesulitan menyusui sehingga menyebabkan payudara membengkak dan terasa sakit. Hal ini dapat disebabkan oleh bayi yang tidak mampu melekat dengan baik pada puting susu ibu.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah mengembangkan tiga standar keperawatan, yaitu:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian terhadap kondisi pasien.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan "Gangguan Proses Laktasi" sesuai dengan SDKI, dan selanjutnya perawat dapat mengacu pada SLKI dan SIKI untuk menentukan luaran yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 14786 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke 3 datang ke poli KIA. Hasil pengkajian : pasien mengatakan mengeluh bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Payudara pasien teraba hangat dan keras. Apakah diagnos keperawatan yang tepat pada pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah "Ketidakefektifan Menyusui", yang ditandai dengan pasien mengeluh bayi tidak mampu melekat pada puting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Kondisi ini menunjukkan adanya masalah dalam proses menyusui yang tidak efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
2. Menunjukkan payudara yang tidak membengkak dan tidak terasa sakit.
3. Melaporkan kepuasan dalam proses menyusui.
4. Menunjukkan kemampuan bayi dalam melekat dan menghisap puting dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Kaji pola menyusui pasien, meliputi posisi, pelekatan, dan durasi menyusui.
2. Ajarkan teknik menyusui yang benar, termasuk posisi duduk yang nyaman, pelekatan bayi pada puting yang tepat, dan durasi menyusui yang cukup.
3. Anjurkan pasien untuk menyusui bayi secara rutin sesuai kebutuhan bayi.
4. Berikan kompres hangat pada payudara sebelum menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI.
5. Anjurkan pasien untuk memompa ASI secara manual atau menggunakan pompa ASI jika bayi tidak dapat melekat pada puting.
6. Ajarkan pasien untuk mengelola pembengkakan payudara, seperti melakukan pijatan lembut pada payudara dan menggunakan bra yang nyaman.
7. Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien terkait proses menyusui yang efektif.
8. Kolaborasi dengan ahli laktasi atau dokter jika diperlukan untuk mengatasi masalah yang lebih kompleks.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Menyusui" dipilih karena gejala yang ditunjukkan pasien, yaitu kesulitan bayi dalam melekat pada puting sehingga menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit pada payudara. Hal ini merupakan indikasi adanya masalah dalam proses menyusui yang tidak efektif.
Luaran/output yang diharapkan difokuskan pada kemampuan pasien untuk mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar, menunjukkan payudara yang tidak membengkak dan tidak terasa sakit, melaporkan kepuasan dalam proses menyusui, serta kemampuan bayi dalam melekat dan menghisap puting dengan baik. Tujuan akhirnya adalah tercapainya proses menyusui yang efektif.
Intervensi keperawatan diarahkan untuk mengkaji pola menyusui, mengajarkan teknik menyusui yang benar, memberikan kompres hangat, memompa ASI, mengelola pembengkakan payudara, memberikan dukungan emosional dan edukasi, serta melakukan kolaborasi dengan ahli laktasi atau dokter jika diperlukan. Semua intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14787 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke 3 datang ke poli KIA. Hasil pengkajian : pasien mengatakan mengeluh bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Payudara pasien teraba hangat dan keras. Apakah diagnos keperawatan yang tepat pada pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat professional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Ketidakefektifan Menyusu". Diagnosa ini dipilih karena pasien mengeluh bahwa bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam proses menyusu antara ibu dan bayi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Kemampuan Menyusu Efektif
- Kriteria hasil: Bayi dapat melekat dengan baik pada putting ibu, menghisap secara efektif, dan tidak terjadi pembengkakan payudara.
- Indikator: Bayi dapat melekat pada putting ibu dengan benar, menghisap putting ibu dengan kuat dan berirama, serta payudara ibu teraba lembut dan tidak bengkak.
b. Peningkatan Kenyamanan
- Kriteria hasil: Payudara ibu tidak terasa nyeri atau tidak nyaman lagi.
- Indikator: Ibu tidak lagi mengeluh nyeri atau ketidaknyamanan pada payudaranya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Menyusu
- Kaji posisi dan teknik menyusu bayi
- Ajarkan teknik menyusu yang benar kepada ibu
- Bimbing ibu dalam memposisikan bayi saat menyusu
- Motivasi ibu untuk menyusu sesuai kebutuhan bayi
b. Manajemen Nyeri
- Kaji tingkat nyeri pada payudara ibu
- Berikan kompres hangat pada payudara ibu untuk mengurangi pembengkakan
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
c. Edukasi Menyusu
- Berikan edukasi tentang manfaat dan teknik menyusu yang benar
- Ajarkan ibu cara merawat payudara untuk menunjang proses menyusu
- Beri informasi tentang tanda-tanda bayi menyusu dengan efektif
Diharapkan dengan intervensi-intervensi tersebut, pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kemampuan menyusu yang efektif dan peningkatan kenyamanan pada payudara.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14788 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke 3 datang ke poli KIA. Hasil pengkajian : pasien mengatakan mengeluh bayi tidak mampu melekat pada putting sehingga payudaranya membengkak dan terasa sakit. Payudara pasien teraba hangat dan keras. Apakah diagnos keperawatan yang tepat pada pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai untuk kasus seorang perempuan usia 28 tahun, postpartum hari ke-3 dengan keluhan tidak dapat melekatkan bayi pada puting sehingga payudara membengkak dan terasa sakit.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi secara efektif.
Penyebab: Masalah bayi dalam melekat pada puting, sehingga terjadi pembengkakan dan nyeri pada payudara.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Peningkatan Kemampuan Menyusui
Definisi: Bertambahnya kemampuan ibu dalam menyusui bayi secara efektif.
Kriteria hasil:
- Bayi dapat melekat dengan baik pada puting susu ibu
- Payudara tidak membengkak dan tidak terasa nyeri
- Produksi ASI lancar
- Bayi dapat menyusu dengan baik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Manajemen Menyusui
Tujuan: Memfasilitasi ibu agar dapat menyusui bayinya dengan efektif.
Intervensi:
- Ajarkan teknik menyusui yang benar (posisi dan pelekatan bayi)
- Anjurkan ibu untuk menyusui sesuai permintaan bayi (on demand)
- Ajarkan ibu teknik memompa ASI dan menyimpannya
- Anjurkan ibu untuk memakai bra yang nyaman dan menutupi payudara
- Ajarkan ibu teknik mengompres payudara (hangat dan dingin) untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri
- Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi stres
- Libatkan keluarga untuk mendukung ibu dalam menyusui
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien akan mengalami peningkatan kemampuan menyusui sehingga bayi dapat melekat dengan baik pada puting, payudara tidak lagi membengkak dan nyeri, serta produksi ASI lancar. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi ibu dan bayi, memfasilitasi bonding, serta meningkatkan kesejahteraan keduanya. -
Article No. 14789 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
3. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan dalam mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola kondisi kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya motivasi, pengetahuan, dan/atau kemampuan untuk melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan yang efektif.
- Manifestasi: Pasien tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan tidak membatasi diet tinggi lemak.
2. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Stroke dapat memengaruhi regulasi kadar glukosa darah.
- Manifestasi: Pasien berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa darah yang dapat memperburuk kondisi.
3. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal.
- Penyebab: Perasaan menyesal dan belum menerima kondisi saat ini.
- Manifestasi: Pasien sulit tidur karena merasa menyesal dan belum menerima kondisinya.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
- Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Gangguan Pola Tidur
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemeliharaan Kesehatan Efektif
- Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Pola Tidur Efektif
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edukasi Pemeliharaan Kesehatan
- Pemantauan Kadar Glukosa Darah
- Manajemen Gangguan Tidur -
Article No. 14790 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Gangguan Aliran Darah Serebral.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kelemahan Otot.
3. Kecemasan berhubungan dengan Ketidakpastian Kondisi.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Gangguan Aliran Darah Serebral:
- Pasien mengalami stroke yang menyebabkan gangguan aliran darah ke otak, sehingga terjadi ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
- Hal ini ditandai dengan hemiparase dextra yang dialami pasien.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kelemahan Otot:
- Akibat stroke, pasien mengalami kelemahan otot yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
- Pasien tiba-tiba lemas dan jatuh di kamar mandi, serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Kecemasan berhubungan dengan Ketidakpastian Kondisi:
- Pasien merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima kondisi saat ini, serta khawatir dengan kehidupan ke depan.
- Pasien mengalami kesulitan tidur karena kecemasan terhadap kondisinya.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Kecemasan
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral Efektif
2. Mobilitas Fisik Membaik
3. Kecemasan Terkendali
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Serebral
2. Peningkatan Mobilitas
3. Manajemen Kecemasan
Dengan adanya diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu pasien mencapai outcome yang diharapkan. -
Article No. 14791 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, dirawat di RS karena pasien mengalami stroke. Pasien tiba-tiba lemas jatuh dikamar mandi dan pingsan. Setelah pasien sadar pasien mengalami hemiparase dextra. Hasil pengkajian pasien mengatakan menyesal sekali dengan kejadian yang dia alami. Pasien mengatakan jika diusia 38 tahun pasien didiagnosa hipertensi, tetapai pasien sudah 1 tahun tidak mengkonsumsi obat karena pasien merasa sdh sembuh. Pasien juga tidak membatasi diit, sering makan masakan bersantan. Pasien berkali-kali mengatakan bagaimana saya nanti kehidupan kedepan tidak bisa bekerja, saya menyesal sekali andai saja saya rutin kontrol minum obat teratur Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa menyesal dan belum sepenuhnya menerima dengan kondisi yang saat ini dia alami
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan yang dapat diberikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan sumbatan pembuluh darah otak (stroke) yang ditandai dengan hemiparesis dextra.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, prognosis, dan ketidakpastian akan masa depan.
3. Risiko tinggi ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidakpatuhan mengonsumsi obat antihipertensi dan pola makan yang tidak sehat.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
2. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan terkait sumber yang spesifik yang belum jelas penyebabnya.
3. Risiko tinggi ketidakefektifan manajemen kesehatan: Rentan mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengintegrasikan aspek-aspek perawatan kesehatan untuk memenuhi tujuan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan serebral: Keadaan yang menggambarkan adekuasi aliran darah ke otak.
2. Tingkat kecemasan: Keadaan yang menggambarkan rasa khawatir, takut, dan tegang yang dialami individu.
3. Manajemen kesehatan: Keadaan yang menggambarkan kemampuan individu dalam mengatur dan mengintegrasikan aspek-aspek perawatan kesehatan untuk memenuhi tujuan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen perfusi serebral: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan aliran darah ke otak.
2. Manajemen kecemasan: Intervensi untuk mengurangi rasa khawatir, takut, dan tegang yang dialami individu.
3. Edukasi manajemen kesehatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dalam mengelola aspek-aspek perawatan kesehatan.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Memantau tanda-tanda vital pasien, khususnya tekanan darah, untuk mendeteksi perubahan perfusi serebral.
2. Memberikan terapi oksigen, posisioning yang tepat, dan kolaborasi dengan tim medis untuk mempertahankan perfusi serebral.
3. Mengidentifikasi faktor penyebab kecemasan pasien dan memberikan dukungan emosional, serta teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya patuh minum obat antihipertensi, manajemen diet, dan pemantauan tekanan darah secara rutin.
5. Memfasilitasi pasien untuk menyampaikan perasaan dan menerima kondisinya saat ini, serta membantu pasien dalam menyusun rencana rehabilitasi dan aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan. -
Article No. 14792 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut, luaran (SLKI) yang diharapkan, serta intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Gastrointestinal (Hematemesis Melena) berhubungan dengan perdarahan saluran cerna, ditandai dengan muntah darah dan BAB berwarna hitam.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, ditandai dengan penurunan berat badan, dan albumin rendah.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan volume cairan, ditandai dengan konjungtiva anemis, akral dingin, dan pucat.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran (SLKI) yang Diharapkan:
1. Perdarahan Gastrointestinal (Hematemesis Melena):
- Kontrol Perdarahan: Perdarahan terkendali
- Pemulihan Hemodinamik: Hemodinamik stabil
- Pencegahan Komplikasi: Tidak ada komplikasi akibat perdarahan
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Status Gizi: Berat badan meningkat
- Kadar Nutrisi dalam Darah: Nilai laboratorium dalam batas normal
- Intake Nutrisi: Asupan nutrisi adekuat
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer:
- Perfusi Jaringan: Perfusi jaringan adekuat
- Sirkulasi Perifer: Sirkulasi perifer membaik
- Mekanisme Kompensasi: Tidak ada komplikasi akibat gangguan perfusi
4. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas: Toleransi aktivitas meningkat
- Energi: Energi meningkat
- Kemampuan Fisik: Kemampuan fisik membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan Gastrointestinal (Hematemesis Melena):
- Manajemen Perdarahan: Kolaborasi pemberian obat-obatan, pemberian cairan/produk darah, dan pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen Saluran Cerna: Kolaborasi pemberian obat-obatan gastritis, diet sesuai kondisi, dan pemantauan status nutrisi
- Manajemen Risiko: Identifikasi faktor risiko dan intervensi pencegahan komplikasi
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Manajemen Nutrisi: Asessment kebutuhan nutrisi, kolaborasi pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan pemantauan asupan serta status nutrisi
- Edukasi Gizi: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
- Dukungan Emosional: Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer:
- Manajemen Cairan: Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Manajemen Hemodinamik: Pemantauan tanda-tanda vital dan pengkajian perfusi jaringan
- Terapi Oksigen: Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi: Atur aktivitas sesuai kemampuan pasien, identifikasi dan minimalisir faktor penyebab intoleransi
- Peningkatan Aktivitas: Mobilisasi secara bertahap sesuai kondisi pasien
- Edukasi Aktivitas: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas untuk pemulihan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan dengan menggunakan nada akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 14793 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan gastrointestinal (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap kehilangan integritas saluran cerna yang dapat mengancam jiwa.
Penyebab: Penyakit hati (sirosis hepatis), riwayat merokok, dan penggunaan NSAID.
Gejala mayor: Muntah darah, melena, anemia, dan nyeri abdomen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, mual, dan muntah.
Gejala mayor: Penurunan berat badan, kelelahan, dan perubahan kadar albumin/protein.
3. Intoleransi aktivitas (SDKI)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang diinginkan.
Penyebab: Penurunan energi dan kekuatan.
Gejala mayor: Kelelahan, lesu, dan kesulitan beraktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan perdarahan
2. Keseimbangan nutrisi
3. Toleransi aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen perdarahan
2. Manajemen nutrisi
3. Manajemen aktivitas
Dalam pengelolaan kasus ini, perawat perlu berfokus pada pencegahan perdarahan, pemenuhan nutrisi, dan peningkatan toleransi aktivitas pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan diet, pemberian nutrisi enteral/parenteral, serta edukasi dan fasilitasi aktivitas sesuai dengan kondisi pasien.