Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12827 | 24 Feb 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat dengan keluhan nyeri dan sulit beraktifitas karena fraktur tibia. Pasien tampak lemah dan wajah meringis. Pasien mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kekuatan otot menurun dan rentang gerak (ROM) menurun. Apakah tindakan keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat. (Data bisa dikembangkan)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur tibia
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan penurunan kekuatan otot
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Kontrol nyeri, yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, yaitu serangkaian tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
2. Hambatan Mobilitas Fisik
- SDKI: Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Mobilitas, yaitu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
- SIKI: Peningkatan mobilitas, yaitu serangkaian tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja.
Tindakan Keperawatan yang Dapat Dilakukan:
1. Manajemen nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, durasi)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Lakukan intervensi nonfarmakologis (kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi)
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri
2. Peningkatan mobilitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas (nyeri, penurunan kekuatan otot, dan rentang gerak)
- Buat rencana peningkatan mobilitas sesuai dengan kondisi pasien
- Berikan latihan fisik dan ROM (range of motion) secara bertahap
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
- Evaluasi kemajuan mobilitas pasien
Dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 12828 | 24 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa yang rinci dan terperinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Ditandai dengan: Adanya batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil ronsen menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Ditandai dengan: Kehilangan nafsu makan.
3. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal, diakibatkan peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pendinginan.
Ditandai dengan: Demam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Kriteria hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada retraksi otot bantu napas
- Tidak ada wheezing atau crackles
- Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Status Nutrisi Membaik
Kriteria hasil:
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- Kadar albumin dalam batas normal
3. Suhu Tubuh Membaik
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitoring tanda-tanda vital (respirasi, nadi, suhu, saturasi oksigen)
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Identifikasi faktor penyebab penurunan nafsu makan (penyakit, obat-obatan, stres, dll)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama pengobatan
- Pantau intake dan output cairan serta berat badan pasien
3. Hipertermia
- Monitoring suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Lakukan manajemen lingkungan (sirkulasi udara, suhu ruangan, dll)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 12829 | 24 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Berhubungan dengan akumulasi sekret di saluran napas.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didefinisikan sebagai tidak dapat membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor yang berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, adanya infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bersihan Jalan Napas Efektif, yang ditandai dengan bebas dari obstruksi jalan napas, tidak ada suara napas tambahan, dan frekuensi napas dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen Jalan Napas, Fisioterapi Dada, Edukasi Manajemen Jalan Napas.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret dan obstruksi, serta membantu pasien untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
Dalam kasus pasien ini, diagnosa keperawatan yang utama adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret di saluran napas akibat infeksi tuberkulosis paru. Perawat akan fokus pada intervensi untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas, seperti fisioterapi dada, edukasi manajemen jalan napas, dan memantau progress perbaikan dari kondisi pasien. -
Article No. 12830 | 24 Feb 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat dengan keluhan nyeri dan sulit beraktifitas karena fraktur tibia. Pasien tampak lemah dan wajah meringis. Pasien mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kekuatan otot menurun dan rentang gerak (ROM) menurun. Apakah tindakan keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat. (Data bisa dikembangkan)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan rencana tindakan keperawatan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur tibia, ditandai dengan pasien tampak meringis dan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan rentang gerak (ROM) akibat fraktur tibia.
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri, dan pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI: Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, distraksi, dan edukasi tentang nyeri.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan bebas dari satu atau lebih ekstremitas.
- SLKI: Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot, pasien melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, dan pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi.
- SIKI: Terapi latihan, mobilisasi dini, dan edukasi tentang latihan yang sesuai.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Risiko gangguan integritas kulit adalah rentan terhadap kerusakan, perubahan, atau kehilangan pada epidermis dan/atau dermis.
- SLKI: Pasien menunjukkan integritas kulit yang baik, tidak ada luka tekan, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
- SIKI: Perawatan kulit, pengaturan posisi, dan penggunaan alat bantu mobilisasi yang sesuai.
Tindakan Keperawatan yang Harus Dilakukan:
1. Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, distraksi, dan edukasi tentang nyeri.
2. Terapi latihan, mobilisasi dini, dan edukasi tentang latihan yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak sendi.
3. Perawatan kulit, pengaturan posisi, dan penggunaan alat bantu mobilisasi yang sesuai untuk mencegah risiko gangguan integritas kulit.
4. Edukasi bagi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri, terapi latihan, dan perawatan kulit.
5. Kolaborasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter orthopedi, untuk pengobatan dan rehabilitasi yang komprehensif.
Dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang optimal, yaitu nyeri terkontrol, peningkatan mobilitas fisik, dan integritas kulit yang terjaga. -
Article No. 12831 | 24 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan bibir dan luka dilutut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan bibir dan luka di lutut:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis.
Penyebab: Trauma fisik (luka di lutut).
Tanda dan Gejala: Adanya luka di lutut, perubahan warna, nyeri.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
Definisi: Keterbatasan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal.
Penyebab: Kerusakan fisik (luka di bibir).
Tanda dan Gejala: Kesulitan berbicara, tidak mampu mengungkapkan kebutuhan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Penyembuhan Luka: Luka di lutut sembuh tanpa komplikasi.
- Kontrol Nyeri: Pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan.
- Peningkatan Integritas Kulit: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
- Komunikasi Efektif: Pasien mampu berkomunikasi secara verbal dengan jelas dan dapat dimengerti.
- Ekspresi Kebutuhan: Pasien mampu mengungkapkan kebutuhan secara verbal.
- Partisipasi dalam Perawatan: Pasien terlibat aktif dalam proses perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Perawatan Luka: Membersihkan, mendebridemen, dan merawat luka di lutut sesuai prosedur.
- Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik, kompres es, dan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Edukasi Perawatan Luka: Mengajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang tepat.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
- Komunikasi Terapeutik: Menggunakan teknik komunikasi yang efektif, seperti kontak mata, nada suara yang ramah, dan bahasa tubuh yang mendukung.
- Fasilitasi Komunikasi: Menyediakan alat bantu komunikasi, seperti papan tulis atau kartu gambar, untuk membantu pasien mengekspresikan kebutuhan.
- Edukasi Komunikasi: Mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik komunikasi verbal yang tepat.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penyembuhan luka, kontrol nyeri, peningkatan integritas kulit, komunikasi efektif, ekspresi kebutuhan, dan partisipasi aktif dalam proses perawatan. -
Article No. 12832 | 24 Feb 2025
Klinis : Nama : ny. W Umur 19 Jenis kelamin perempuan No rm 276552 Diagnosa medis : Observasi Febris ec Dengue Haemorrhagic Fever dan Trombositopenia Status pernikahan : belum menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan : sma Pekerjaan : pegawai swasta Tanggal masuk rs : 12 febuari Tanggal pengkajian 13 febuari Dokter penanggung jawab : dr. Pom Identitas penanggung jawab : Nama : tn E Umur 24 Alamat griya Mukti Asri Pekerjaan pegawai swasta Keluhan utama pada pasien - pasien mengatakan demam - Pasien mengatakan pusing - Pasien mengatakan mual Keluhan pada saat didata - pasien mengatakan demam naik turun - Pasien mengatakan pusing - Pasien mengatakan mual hingga muntah Kesehatan sekarang : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 12 febuari 2025 demam yang dirasakan naik turun, pasien mengatakan mual hingga muntah dan lemes dan pasien juga mengatakan adanya batuk sejak 2-3 hari, dan pasien mengatakan adanya bab hitam 1x pada tanggal 13 Kesehatan dahulu Tidak adanya riwayat penyakit Kesehatan keluarga Tidak ada riwayat kesehatan seperti pasien Riwayat Tidak ada alergi obat Obat jadi dari rs - omeprazole 20 mg cap novel 2x1 - Psiidi 500 mg cap 3x1 - Parasetamol 500 mg kapl 3x1 po - Terpasang cairan rl 20 tpm Hasil lab : dr. Puji ( hematologi rutin ) - Hemoglobin hasil 14,6 nilai rujukan 11,7-11,5 - Leukosit hasil 8000 nilai rujukan 3,800-10,600 - Hematokrit hasilnya 42,7 nilai rujukan 31-43 - Trombosit hasilnya 74,000 nilai rujukannya 150,000-444,000 Glukosa sewaktu dr puji - Basofil hasilnya 0 nilai rujukan 0-1 - Eosinofil hasilnya 0 nilai rujukannya 2-4 - Neutrofil hasilnya 57 nilai rujukannya 50-70 - Limfosit hasilnya 24 nilai rujukannya 25-40 - Monosit hasilnya 19 nilai rujukannya 2-8 - Glukosa sewaktu 133 nilai rujukan 60-140 Hematologi rutin dr oom - Hemoglobin hasilnya 13,2 nilai rujukannya 11,7-15,5 - Leukosit hasilnya 5,800 nilai rujukannya 3,800-10,600 - Hematokrit hasilnya 37,0 nilai rujukannya 31-43 - Trombosit hasilnya 74,000 nilai rujukannya 150,000-444,000 Dengue igd, igm hemoglobin rutin dr.oom - - Hemoglobin hasilnya 12,3 nilai rujukannya 11,7-15,5 - Leukosit hasilnya 4,780nilai rujukannya 3,800-10,600 - Hematokrit hasilnya 34,8 nilai rujukannya 31-43 - Trombosit hasilnya 64,000 nilai rujukannya 150,000-444,000 - igM anti dengue hasilnya negatif hasil rujukan negatif - IgD anti dengue hasilnya positif rujukannya negatif Instruksi IVFD RL/Sjam-R/cek IgG (+), IgM (-) - cek H2TL/24 jam - Therapy Terlampir Tanda Tanda Vital Sistole 119 mmHg Diastole : 82 mmHg Saturan Oksigen 99% Suhu 36.4 °c Pernapasan : 20 Nadi : 75x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ditandai dengan demam naik turun, pusing, dan mual.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia ditandai dengan adanya bab hitam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
Penjelasan singkat:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF):
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Manajemen Suhu
- SIKI: Manajemen Demam
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia:
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Manajemen Perdarahan
- SIKI: Manajemen Risiko Perdarahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah:
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Manajemen Nutrisi
- SIKI: Manajemen Asupan Nutrisi
Dalam penerapan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk menangani masalah-masalah keperawatan yang dialami oleh pasien Ny. W. -
Article No. 12833 | 24 Feb 2025
Klinis : Pasien masih bekerja sebagai desain kosmetik berumur 22 tahun belum menikah Selebihnya pake data karangan saja di bagian keluhan utama sesuai itu aja ya ka pake pqrs DATA KASUS : diagnosa medis nya : observasi febris h+ 3 Keluhan sebelum masuk rumah sakit : * pasien mengeluh awalnya batuk lalu setelah 3 hari kemudian pasien mengeluh adanya demam, pusing, dan nyeri pada perut Keluhan pada saat dirumah sakit * pasien masih merasa demam setelah di rawat demam dan pusingnya nya mulai mereda, batuk nya juga mulai enakan tetapi masih merasakan nyeri pada perut * Tekanan darah pada pasien : 110/81 * Nadi : 75 * spo : 99 * rr : 20 * suhu : 36,3 * skala nyerinya 3 Pemeriksaan lainnya * kebutuhan oksigen tidak ada * kesadaran : alert * berat badan : 50 kg * tinggi badan 175 * indeks masa tubuh : 16 Obat pada saat di rumah sakit * antrain * pct * clindamycim * cetirizine * ambroxol Obat saat pulang * lansoprazole 30 mg cap nulab (6) 1x1 * rebamipide 100 mg tab (6) 1x1 * clindamycine 150 mg cap nr (15) 3x1 * cetirizine 10 mg fc tab ( 10 ) 2x1 * ambroxol 30 mg tab (20) 4x1 Histori laboratorium * ( dr. Kusdrajat) hasilnya : -hemoglobin hasilnya (14,4) -leukosit hasilnya (7,890) -hematokrit hasilnya ( 39,6) -trombosit hasilnya (160,000) * menurut ( dr. Diah) -glukosa sewaktu 100 * hematologi rutin menurut ( dr. Diah ) -hemoglobin hasilnya ( 14,6) -leukosit hasilnya ( 7,880) -hematokrit hasilnya ( 39,8) -trombosit hasilnya ( 150,000) * rontgen tanpa kontras-thorax PA menurut ( dr.diah) -observasi febris h+3 ( non icd) dengan hasil sebagai berikut 1. Cor : CTR < 50 % 2. pulmo : hillus dan vaskuler kasar tidak terdapat infiltras sinus kostofrenikus dan diafragma baik 3. Kesannya : cor dan pulmo dalam batas normal Pola aktivitas : * pada makan nafsunya menurun * bab normal * minum juga normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perubahan suhu tubuh.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko perubahan suhu tubuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh dari rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keadaan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan suhu tubuh, manajemen demam, terapi antipiretik, dan tindakan pendinginan.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami demam dan pusing, yang merupakan tanda-tanda adanya risiko perubahan suhu tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau suhu tubuh pasien secara berkala, memberikan tindakan pendinginan jika suhu tubuh meningkat, serta memberikan terapi antipiretik sesuai rekomendasi medis.
2. Ketidakefektifan pola napas.
Penjelasan:
SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi.
SLKI: Pola napas efektif.
SIKI: Pemantauan respirasi, terapi oksigen, dan edukasi teknik relaksasi.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami batuk, yang mungkin dapat mempengaruhi pola napasnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital pernapasan, memberikan terapi oksigen jika diperlukan, serta mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi batuk.
3. Nyeri akut.
Penjelasan:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI: Tingkat nyeri menurun.
SIKI: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, dan teknik non-farmakologis.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluhkan nyeri pada perut, yang merupakan tanda-tanda adanya nyeri akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melakukan manajemen nyeri, memberikan terapi farmakologis sesuai rekomendasi medis, serta mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri. -
Article No. 12834 | 24 Feb 2025
Klinis : Hiperbilurubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperbilirubinemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
Penjelasan:
- Intoleransi Aktivitas merupakan ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kekurangan energi.
- Pada kondisi hiperbilirubinemia, peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan rasa lelah, kelemahan, dan penurunan energi sehingga pasien mengalami intoleransi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
Penjelasan:
- Risiko Gangguan Perfusi Jaringan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
- Pada hiperbilirubinemia, peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan, terutama di otak (kernikterus) dan jaringan lain sehingga berisiko mengalami kerusakan.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
Penjelasan:
- Risiko Kerusakan Integritas Kulit adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada kulit dan membran mukosa.
- Pada hiperbilirubinemia, peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan pewarnaan kuning pada kulit (ikterus) yang dapat mengarah pada kerusakan integritas kulit bila tidak segera ditangani.
Penerapan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam penerapannya, perawat akan menggunakan ketiga standar tersebut secara terintegrasi untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi hiperbilirubinemia. -
Article No. 12835 | 24 Feb 2025
Klinis : Hiperbilurubin diagnosa medisnya sebutkan diagnosa keperawatannya minimal 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Hiperbilirubinemia.
Diagnosa Medis: Hiperbilirubinemia
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan: Cerebral
Penjelasan: Kondisi hiperbilirubinemia dapat menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat berdampak pada gangguan perfusi ke jaringan otak. Ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat dan perkembangan bayi.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kelelahan, letargi, dan penurunan energi yang dapat mengganggu kemampuan bayi untuk beraktivitas secara efektif.
3. Risiko Kerusakan Kulit
Penjelasan: Peningkatan kadar bilirubin dalam darah dapat menyebabkan jaundice (kulit dan sklera tampak kekuningan) yang dapat berdampak pada integritas kulit dan meningkatkan risiko kerusakan kulit.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Dalam kasus hiperbilirubinemia, diagnosis keperawatan yang relevan adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan: Cerebral, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Kerusakan Kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kondisi hiperbilirubinemia antara lain pemulihan perfusi jaringan otak, peningkatan toleransi aktivitas, dan integritas kulit yang terjaga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hiperbilirubinemia antara lain pemantauan neurologi, manajemen aktivitas, dan perawatan kulit.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam memberikan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada pemulihan serta peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12836 | 24 Feb 2025
Klinis : Pos of sc diagnosa medis apa diagnosa keperawatannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan diagnosis medis Pos of SC.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
Penjelasan: Pasien dengan Pos of SC berisiko mengalami gangguan integritas kulit, seperti luka tekan atau kerusakan kulit, akibat penurunan perfusi jaringan yang disebabkan oleh kondisi medis tersebut.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekret berlebih.
Penjelasan: Pasien dengan Pos of SC dapat mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas karena adanya sekret berlebih yang dapat menghambat aliran udara.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
Penjelasan: Pasien dengan Pos of SC mungkin mengalami ketidakseimbangan nutrisi karena adanya keterbatasan aktivitas yang dapat menurunkan asupan dan kebutuhan nutrisi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia. Setiap diagnosis keperawatan yang teridentifikasi harus memenuhi kriteria SDKI, yang mencakup definisi, penyebab, gejala dan tanda, serta faktor yang berhubungan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
SLKI adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Setiap diagnosa keperawatan harus memiliki luaran yang terukur dan dapat dicapai, sesuai dengan SLKI.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan harus sesuai dengan SIKI dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan diagnosis medis Pos of SC.