Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14821 | 26 Mar 2025
Klinis : Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak 1 minggu , sesak memberat 3 hari terakhir, mual (+) muntah (-) , demam 3 hari , di dada sebelah kiri terasa nyeri saat batuk Data obyektif : Keadaan umum: pasien tampak lemah Kesadaran : Compos mentis Hemodinamik : TD: 92/67mmHg HR: 123x/menit RR: 34 x/menit SpO2: 96 % (Room air ) SUHU : 38,6 Antropometri : BB: 64 kg, TB: 170 cm Pemeriksaan Fisik: - Kepala : tampak normal, konjungtiva tidak tampak anemis - Leher : tidak pembesaran kelenjar tiroid - Jantung : suara jantung tidak ada suara tambahan - Paru : Suara nafas vesikuler kanan=kiri, rhonki +/+ Nyeri 3/2 - Abdomen: tampak normal bising usus 12x/menit - Extermitas : Akral teraba hangat , tidak ada edema, CRT <2s
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi mukus berlebih dan adanya inflamasi sekretorik, ditandai dengan batuk, sesak napas, dan ronki.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan jalan napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Jalan napas terbuka, Irama napas normal, Bunyi napas normal, Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen jalan napas
- Manajemen batuk
- Manajemen pernapasan
- Manajemen oksigen
- Pemantauan pernapasan
Berdasarkan data objektif yang diberikan, pasien mengalami keluhan batuk, sesak napas, dan ronki yang mengindikasikan adanya ketidakefektifan bersihan jalan napas. Hal ini memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 14822 | 26 Mar 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut, yaitu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kontrol Nyeri, yaitu tingkat kepuasan individu terhadap manajemen nyeri saat ini.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nyeri, yaitu serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
Tujuan Khusus:
Pasien dapat mengungkapkan rasa nyeri yang dirasakan dengan skala 0-10 dalam 3 hari.
Tujuan Umum:
Pasien mampu mencapai kontrol nyeri yang optimal dalam waktu 1 minggu.
Kriteria Hasil:
Domain Kognitif: Pasien dapat menjelaskan penyebab, faktor pemicu, dan cara penanganan nyeri yang dirasakan.
Domain Afektif: Pasien menunjukkan sikap kooperatif dan terlibat aktif dalam penanganan nyeri.
Domain Psikomotor: Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan durasi nyeri yang dirasakan pasien.
2. Ajarkan keluarga teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri pasien.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik sesuai indikasi.
4. Kaji efektivitas intervensi yang dilakukan dan monitor perkembangan kondisi pasien.
5. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 14823 | 26 Mar 2025
Klinis : Kasus 18: Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu hanya dapat terbaring di tempat tidur, klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM. Pertanyaan: Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan latihan ROM dan praktikan saat bimbingan laboratorium
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah jawaban untuk kasus yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G00.9
- Deskripsi: Meningitis, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.31
- Deskripsi: Latihan jangkauan gerak (ROM)
Diagnosis Keperawatan:
Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada anak laki-laki usia 7 tahun dengan meningitis adalah:
1. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan gejala meningitis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat meningitis
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan mobilitas akibat meningitis
Intervensi Keperawatan:
Untuk mengatasi masalah keperawatan utama, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Memantau pola tidur dan kualitas tidur klien, serta memberikan intervensi seperti pengaturan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
2. Merencanakan dan melaksanakan program latihan ROM secara bertahap untuk meningkatkan mobilitas dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
3. Memantau tanda-tanda vital dan respons klien terhadap aktivitas, serta menyesuaikan intensitas latihan sesuai toleransi klien.
4. Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan memastikan mereka memahami pentingnya latihan ROM untuk pemulihan klien.
SOP Latihan ROM:
Berikut adalah SOP tindakan latihan ROM yang dapat dilakukan:
1. Persiapan:
- Memastikan ruangan nyaman dan aman untuk melakukan latihan ROM.
- Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta prosedur latihan ROM kepada klien dan keluarga.
- Memeriksa tanda-tanda vital klien sebelum memulai latihan.
2. Pelaksanaan:
- Memposisikan klien dengan nyaman di tempat tidur atau kursi roda.
- Melakukan latihan ROM secara perlahan-lahan, mulai dari anggota tubuh yang lebih lemah.
- Menggerakkan sendi-sendi secara pasif, aktif-asistif, atau aktif sesuai kemampuan klien.
- Memantau respons klien selama latihan dan menyesuaikan intensitas latihan sesuai toleransi.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada klien selama latihan.
3. Evaluasi:
- Mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan latihan ROM.
- Mencatat respons klien selama dan setelah latihan, serta mendokumentasikan hasil latihan.
- Memberikan umpan balik kepada klien dan keluarga mengenai kemajuan yang dicapai.
Praktik latihan ROM dapat dilakukan saat bimbingan laboratorium dengan mengikuti SOP yang telah diuraikan. -
Article No. 14824 | 26 Mar 2025
Klinis : Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause.
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas praktik keperawatan di Indonesia.
Dalam kasus hipotensi (tekanan darah rendah) yang berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Ketidakseimbangan Volume Cairan". Hal ini dikarenakan kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang dapat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.
Tujuan Khusus:
Setelah intervensi keperawatan, pasien dan keluarga dapat:
1. Mendemonstrasikan teknik mengatur pola makan yang seimbang sesuai rekomendasi tenaga kesehatan.
2. Menjelaskan pentingnya asupan cairan yang adekuat untuk mencegah hipotensi.
3. Melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri dengan tepat.
Tujuan Umum:
Pasien dan keluarga dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dan mencegah terjadinya hipotensi.
Kriteria Hasil:
Domain Kognitif: Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda-tanda, dan dampak hipotensi.
Domain Afektif: Pasien dan keluarga menunjukkan sikap kooperatif dalam menjalankan rencana perawatan.
Domain Psikomotor: Pasien dan keluarga dapat melakukan pemantauan tekanan darah dan mengatur pola makan yang seimbang.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji status hidrasi pasien dan asupan cairan harian.
2. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipotensi, penyebab, tanda-tanda, dan dampaknya.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengaturan obat-obatan, diet, dan aktivitas fisik.
4. Ajarkan pasien dan keluarga teknik pemantauan tekanan darah mandiri.
5. Motivasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan dan menjaga pola makan yang seimbang.
6. Lakukan evaluasi secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 14825 | 26 Mar 2025
Klinis : Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kekurangan intake cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormonal akibat menopause
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan Volume Cairan, ditandai dengan tekanan darah rendah, mulut kering, turgor kulit menurun.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keseimbangan Volume Cairan, dengan kriteria hasil yang mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Cairan, Edukasi Gizi, Manajemen Hormon.
Tujuan Khusus:
1. Pasien dapat menjelaskan pentingnya menjaga asupan cairan yang adekuat selama 3 hari.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik hidrasi yang tepat selama 2 hari.
3. Pasien dapat menyebutkan makanan yang kaya cairan dan bernutrisi seimbang selama 1 minggu.
Tujuan Umum:
Pasien menunjukkan peningkatan keseimbangan volume cairan yang ditandai dengan tekanan darah stabil, mulut lembab, dan turgor kulit baik dalam waktu 1 minggu.
Kriteria Hasil:
Kognitif: Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume cairan tubuh.
Afektif: Pasien menunjukkan motivasi yang tinggi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Psikomotor: Pasien dapat melakukan teknik hidrasi yang tepat.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji status cairan pasien (intake, output, tanda-tanda dehidrasi)
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi perubahan hormonal
3. Edukasi keluarga tentang pentingnya menjaga asupan cairan dan gizi seimbang
4. Latih keluarga untuk membantu pasien melakukan teknik hidrasi yang tepat
5. Monitor kepatuhan pasien dan keluarga dalam menerapkan intervensi
Dengan tone yang akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya menyampaikan bahwa penanganan hipotensi (tekanan darah rendah) pada pasien ini memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan manajemen cairan, gizi, dan pengelolaan perubahan hormonal. Kolaborasi antara perawat, pasien, dan keluarga sangat penting untuk mencapai keseimbangan volume cairan yang optimal. -
Article No. 14826 | 26 Mar 2025
Klinis : Luka babras pada tangan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi luka gesekan pada tangan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S51.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada lengan, tingkat tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Pembersihan dan penjahitan luka terbuka pada kulit dan jaringan subkutan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 S51.0 digunakan untuk mengkodekan luka terbuka pada lengan, dengan tingkat keparahan yang tidak dispesifikasi. Ini mencakup luka gesekan, lecet, atau abrasi pada tangan.
- Kode ICD-9-CM 86.22 menggambarkan prosedur pembersihan dan penjahitan luka terbuka pada kulit dan jaringan subkutan, yang mungkin diperlukan untuk penanganan luka gesekan pada tangan.
Catatan: Pemilihan kode yang tepat akan bergantung pada pemeriksaan klinis yang lebih rinci dan dokumentasi yang akurat dalam rekam medis pasien. -
Article No. 14827 | 26 Mar 2025
Klinis : Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) berhubungan dengan kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon akibat menopause. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I95.8
- Deskripsi: Hipotensi (Tekanan Darah Rendah) lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan hipotensi terkait kekurangan cairan, pola makan tidak seimbang, dan perubahan hormon umumnya dilakukan melalui terapi non-pembedahan.
Tujuan Khusus:
- Pasien dan keluarga dapat memahami faktor-faktor yang menyebabkan hipotensi dan cara menanganinya.
- Pasien dan keluarga dapat meningkatkan asupan cairan yang adekuat dan mengonsumsi makanan yang seimbang.
- Pasien dan keluarga dapat mengelola perubahan hormon akibat menopause secara efektif.
Tujuan Umum:
- Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal dan mencegah komplikasi akibat hipotensi.
Kriteria Hasil:
Kognitif:
- Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab dan gejala hipotensi.
- Pasien dan keluarga dapat menyebutkan langkah-langkah penanganan hipotensi.
Afektif:
- Pasien dan keluarga menunjukkan motivasi untuk menerapkan perubahan gaya hidup yang diperlukan.
- Pasien dan keluarga merasa percaya diri dalam mengelola kondisi hipotensi.
Psikomotor:
- Pasien dan keluarga dapat melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri.
- Pasien dan keluarga dapat menyiapkan dan mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Edukasi kepada keluarga tentang hipotensi, penyebabnya, dan penanganannya.
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatur asupan cairan dan nutrisi yang seimbang.
3. Membantu keluarga dalam mengelola perubahan hormon akibat menopause, misalnya dengan terapi penggantian hormon atau teknik relaksasi.
4. Memantau secara berkala tekanan darah pasien dan evaluasi efektivitas intervensi.
5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada keluarga untuk menerapkan gaya hidup sehat. -
Article No. 14828 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pola Napas berhubungan dengan Paparan Asap Rokok Kronis
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Pola Napas adalah diagnosis keperawatan yang termasuk dalam domain Pertukaran, kelas Ventilasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Beberapa luaran yang terkait dengan diagnosis ini adalah Bebas Distres Pernapasan, Pola Napas Efektif, dan Fungsi Pernapasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis ini antara lain Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Edukasi Kesehatan.
Tujuan Umum:
Klien dan keluarga mampu mencegah dan mengontrol risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
Tujuan Khusus:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan faktor risiko, tanda dan gejala, serta komplikasi gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan motivasi yang tinggi untuk menghindari paparan asap rokok dan menjaga kesehatan pernapasan.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga mampu melakukan teknik pernapasan yang benar dan efektif untuk menjaga pola napas yang sehat.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Identifikasi paparan asap rokok di lingkungan keluarga dan strategi untuk menghindarinya.
2. Edukasi kepada keluarga tentang risiko kesehatan akibat paparan asap rokok, terutama gangguan pola napas.
3. Kolaborasi dengan keluarga dalam menyusun rencana berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok.
4. Latihan teknik pernapasan yang benar dan efektif untuk menjaga kesehatan paru-paru.
5. Monitoring dan evaluasi perkembangan kesehatan pernapasan klien dan keluarga. -
Article No. 14829 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko gangguan pola napas adalah keadaan di mana individu rentan mengalami kesulitan dalam bernapas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemeliharaan pola napas efektif adalah kemampuan individu untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, terapi oksigen, manajemen nyeri, dan konseling berhenti merokok.
Tujuan Umum:
Klien dan keluarga mampu mempertahankan pola napas yang efektif setelah diberikan tindakan keperawatan.
Tujuan Khusus:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan dampak dari risiko gangguan pola napas dengan paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan sikap positif dan motivasi untuk mengatasi risiko gangguan pola napas.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga dapat melakukan teknik-teknik untuk mempertahankan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan, penggunaan oksigen, dan menghindari paparan asap rokok.
Kriteria Hasil:
1. Kognitif: Klien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan dampak dari risiko gangguan pola napas dengan paparan asap rokok kronis.
2. Afektif: Klien dan keluarga menunjukkan kemauan dan komitmen untuk mengatasi risiko gangguan pola napas.
3. Psikomotor: Klien dan keluarga dapat melakukan teknik-teknik untuk mempertahankan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan, penggunaan oksigen, dan menghindari paparan asap rokok.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Kaji riwayat merokok klien dan keluarga.
2. Berikan edukasi tentang risiko gangguan pola napas terkait paparan asap rokok kronis.
3. Motivasi klien dan keluarga untuk berhenti merokok.
4. Ajarkan teknik-teknik pernapasan yang efektif, seperti latihan pernapasan dan penggunaan oksigen.
5. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan klien.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk terapi tambahan jika diperlukan.
7. Berikan dukungan dan bimbingan kepada klien dan keluarga dalam mengatasi risiko gangguan pola napas. -
Article No. 14830 | 26 Mar 2025
Klinis : Risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. buat tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor serta intervensi nya secara keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan SDKI-SLKI-SIKI, tujuan khusus, tujuan umum, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan keluarga untuk kondisi risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pola Napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjelaskan bahwa Risiko Gangguan Pola Napas adalah keadaan di mana individu rentan mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengancam kesehatan. Paparan asap rokok kronis merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pola napas.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengidentifikasi bahwa luaran yang diharapkan untuk Risiko Gangguan Pola Napas adalah Pemeliharaan Pola Napas, yang mencakup kemampuan individu dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Gangguan Pola Napas, seperti Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Edukasi Kesehatan.
Tujuan Khusus:
1. Keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Keluarga dapat mendemonstrasikan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif.
3. Keluarga dapat menerapkan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya gangguan pola napas.
Tujuan Umum:
Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan pola napas yang efektif guna mencegah terjadinya gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
Kriteria Hasil:
Domain Kognitif:
1. Keluarga dapat menjelaskan faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Keluarga dapat menjelaskan pentingnya pemeliharaan pola napas yang efektif.
Domain Afektif:
1. Keluarga menunjukkan sikap positif dalam mencegah terjadinya gangguan pola napas.
2. Keluarga termotivasi untuk menerapkan intervensi keperawatan.
Domain Psikomotor:
1. Keluarga dapat mempraktikkan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif.
2. Keluarga dapat melakukan intervensi keperawatan untuk mencegah gangguan pola napas.
Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Identifikasi faktor risiko gangguan pola napas akibat paparan asap rokok kronis.
2. Edukasi pentingnya pemeliharaan pola napas yang efektif.
3. Ajarkan teknik pemeliharaan pola napas yang efektif, seperti latihan pernapasan diafragma.
4. Berikan intervensi keperawatan untuk mencegah gangguan pola napas, seperti terapi oksigen dan manajemen jalan napas.
5. Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.
Harapan saya penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa keperawatan, standar SDKI-SLKI-SIKI, tujuan, dan intervensi keperawatan keluarga untuk kondisi risiko gangguan pola napas berhubungan dengan paparan asap rokok kronis. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut.