Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21397 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien perempuan 68 tahun dengan keluhan badan lemas, tampak pucat, mual satu minggu terakhir,perut membesar, kemoterapi ke 2, hb 8.8 pasien diberikan transfusi prc 2 labu, diagnosa medis dengan ca ovarium + anemia, aku mau ambil perfusi perifer tidak efektif, nausea, dan risiko infeksi. sesuai tidak. di SIKI dan SLKI nya apa yang sesuai pada masing masing diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Anemia, efek samping kemoterapi.
2. Mual
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping kemoterapi.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Faktor Risiko: Penurunan sistem imun akibat kemoterapi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif:
- Perbaikan Perfusi Perifer
- Peningkatan Sirkulasi
- Peningkatan Toleransi Aktivitas
2. Mual:
- Kontrol Mual
- Pengurangan Frekuensi Mual
- Pengurangan Derajat Mual
3. Risiko Infeksi:
- Bebas Infeksi
- Pengurangan Risiko Infeksi
- Peningkatan Sistem Imun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif:
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Manajemen Anemia
- Manajemen Sirkulasi
- Perawatan Ekstremitas
2. Mual:
- Manajemen Mual dan Muntah
- Terapi Relaksasi
- Edukasi tentang Manajemen Mual
3. Risiko Infeksi:
- Pemantauan Infeksi
- Manajemen Pemberian Obat
- Edukasi Pencegahan Infeksi
- Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh
Penjelasan:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif:
- Pasien mengalami anemia yang dapat menghambat perfusi perifer, sehingga perlu dilakukan manajemen anemia, seperti pemberian transfusi PRC.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan sirkulasi darah ke perifer penting untuk mendeteksi penurunan perfusi.
- Perawatan ekstremitas dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah.
2. Mual:
- Mual merupakan efek samping umum dari kemoterapi, sehingga perlu dilakukan manajemen mual dan muntah.
- Terapi relaksasi dapat membantu mengurangi keparahan mual.
- Edukasi pasien tentang cara mengelola mual dapat membantu meningkatkan kontrol pasien terhadap gejala.
3. Risiko Infeksi:
- Penurunan sistem imun akibat kemoterapi meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi dan manajemen pemberian obat-obatan penting untuk mencegah dan mengelola infeksi.
- Edukasi pencegahan infeksi dan peningkatan sistem kekebalan tubuh dapat membantu meminimalkan risiko infeksi.
Diharapkan dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan dapat tercapai dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 21398 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien lansia usia 85 tahun datang ke IGD dengan keluhan hemiparese tangan dan kaki sebelah kanan sejak kemarin jam 11 siang. Badan lemas, nafsu makan masih bagus.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien lansia usia 85 tahun yang datang ke IGD dengan keluhan hemiparese tangan dan kaki sebelah kanan sejak kemarin jam 11 siang, badan lemas, namun nafsu makan masih bagus, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, seperti ditandai dengan penurunan kekuatan otot dan keterbatasan gerak pada tangan dan kaki sebelah kanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Mobilitas fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Integritas Jaringan: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan jaringan lainnya.
3. Status Fungsional: Pasien dapat melakukan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari (ADL) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor yang memengaruhi.
- Bantu pasien melakukan latihan gerak aktif dan pasif pada ekstremitas yang terkena.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik latihan mobilitas yang tepat.
- Modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi mobilitas pasien.
2. Perawatan Luka:
- Lakukan perawatan kulit dan jaringan untuk mencegah komplikasi, seperti luka tekan.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara melakukan perawatan kulit dan jaringan yang tepat.
3. Bantuan Perawatan Diri:
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan pasien dalam melakukan ADL.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik melakukan ADL secara mandiri.
Penjelasan lebih rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan mobilitas fisik" dipilih karena pasien menunjukkan gejala penurunan kekuatan otot dan keterbatasan gerak pada tangan dan kaki sebelah kanan, yang merupakan indikasi gangguan mobilitas fisik akibat kondisi neuromuskular.
Luaran yang diharapkan mencakup peningkatan mobilitas fisik, integritas jaringan, dan status fungsional pasien. Hal ini bertujuan agar pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri atau dengan bantuan minimal, mempertahankan integritas kulit dan jaringan, serta dapat melakukan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi manajemen aktivitas, perawatan luka, dan bantuan perawatan diri. Manajemen aktivitas bertujuan untuk meningkatkan mobilitas pasien melalui latihan gerak aktif dan pasif, serta modifikasi lingkungan. Perawatan luka dilakukan untuk mencegah komplikasi, seperti luka tekan. Bantuan perawatan diri diberikan untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 21399 | 02 Sep 2025
Klinis : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Definisi dari diagnosa ini adalah "Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot dan/atau sendi".
Pada kondisi ini, pasien mengalami gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neuromuskular. Gangguan neuromuskular dapat menyebabkan penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot, sehingga menghambat kemampuan pasien untuk melakukan pergerakan fisik secara optimal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Mobilitas Fisik Meningkat
- Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat meningkatkan jangkauan, kekuatan, dan koordinasi pergerakan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, mandi, berpakaian) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Kemampuan Adaptasi Meningkat
- Pasien dapat mengidentifikasi strategi dan alat bantu yang dapat membantu meningkatkan mobilitas fisik.
- Pasien dapat menerapkan strategi dan menggunakan alat bantu secara efektif dalam aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan kemampuan mobilitas fisik.
3. Kualitas Hidup Meningkat
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan rekreasi yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
- Pasien dapat mencapai tingkat kemandirian yang diinginkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien merasa puas dengan kemampuan mobilitas fisiknya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Mobilitas Fisik
- Melakukan asesmen komprehensif terhadap mobilitas fisik pasien, termasuk kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas otot.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi mobilitas fisik pasien, seperti gangguan neuromuskular, penyakit penyerta, dan lingkungan.
- Menyusun rencana perawatan yang fokus pada peningkatan mobilitas fisik, termasuk latihan dan penggunaan alat bantu yang sesuai.
- Memantau dan mengevaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan mobilitas fisik.
2. Pelatihan Aktivitas Sehari-hari
- Mengajarkan dan melatih pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari (makan, mandi, berpakaian) secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Memberikan bimbingan dan dukungan kepada pasien dalam menerapkan strategi dan menggunakan alat bantu yang sesuai.
- Memastikan pasien dapat beradaptasi dengan perubahan kemampuan mobilitas fisik dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
3. Dukungan Psikososial
- Membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi hambatan psikologis yang memengaruhi mobilitas fisik, seperti kecemasan, depresi, atau motivasi rendah.
- Memberikan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya meningkatkan mobilitas fisik dan adaptasi terhadap perubahan kemampuan.
- Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan rekreasi yang sesuai dengan kondisi fisiknya untuk meningkatkan kualitas hidup.
Keseluruhan intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan mobilitas fisik pasien, meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. -
Article No. 21400 | 02 Sep 2025
Klinis : pPemberian produk darah/ transfusi darah (I.02089).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pemberian produk darah/transfusi darah (I.02089):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Komplikasi Transfusi" (00208). Diagnosa ini mencerminkan potensi terjadinya komplikasi yang dapat timbul akibat proses pemberian produk darah atau transfusi darah. Kondisi ini membutuhkan pengawasan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola komplikasi yang mungkin terjadi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital (0802): Luaran ini menunjukkan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tetap stabil selama dan setelah proses transfusi darah.
2. Tidak Ada Reaksi Transfusi (0906): Luaran ini mengindikasikan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami reaksi transfusi yang merugikan, seperti reaksi alergi, demam, atau komplikasi lainnya.
3. Pengetahuan: Proses Transfusi (1830): Luaran ini menunjukkan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang proses transfusi darah, termasuk indikasi, manfaat, dan potensi komplikasi yang mungkin terjadi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680): Intervensi ini meliputi pemantauan dan pencatatan tanda-tanda vital pasien secara berkala selama proses transfusi darah untuk memastikan stabilitas kondisi.
2. Pemantauan Reaksi Transfusi (6810): Intervensi ini mencakup pengamatan dan identifikasi tanda-tanda awal reaksi transfusi yang mungkin timbul, serta pengambilan tindakan segera jika ditemukan adanya reaksi.
3. Edukasi Proses Transfusi (5606): Intervensi ini melibatkan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien mengenai proses transfusi darah, termasuk indikasi, manfaat, dan potensi komplikasi yang mungkin terjadi, untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan pasien.
4. Manajemen Cairan/Elektrolit (2080): Intervensi ini bertujuan untuk memantau dan mengelola cairan dan elektrolit pasien selama dan setelah proses transfusi darah, untuk mencegah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Pencegahan Infeksi (6540): Intervensi ini mencakup tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi terkait proses transfusi darah, seperti memastikan sterilitas peralatan, cuci tangan, dan penggunaan tindakan aseptik.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu mencegah komplikasi, memantau kondisi pasien, dan meningkatkan pengetahuan pasien terkait proses transfusi darah. -
Article No. 21401 | 02 Sep 2025
Klinis : nyeri perut kuadran kanan bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Tingkat kenyamanan yang dirasakan saat nyeri terkendali.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan yang dialami oleh individu.
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu nyeri perut kuadran kanan bawah, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Diagnosa ini menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan di area perut kuadran kanan bawah. -
Article No. 21402 | 02 Sep 2025
Klinis : nyeri perut kuadran kanan bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\par
\b Nyeri Akut\b0\par
\b Kode SDKI: B.1\b0\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0 Pernyataan klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial. Diagnosis "Nyeri Akut" (B.1) didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan. Pada konteks nyeri perut kuadran kanan bawah, diagnosis ini mengarah pada respons nyeri yang diakibatkan oleh iritasi peritoneal, paling sering terkait dengan kondisi seperti apendisitis akut.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 Status individu, keluarga, atau komunitas yang diharapkan dapat dicapai melalui intervensi keperawatan. Luaran yang ditetapkan untuk diagnosis "Nyeri Akut" adalah:\par
\par
\b Kode SLKI: B.0106\b0 - \i Tingkat Nyeri\i0\par
Tujuan luaran adalah penurunan skala nyeri yang diukur menggunakan alat ukur yang valid (misalnya, Numerical Rating Scale/NRS). Kriteria hasil yang diharapkan meliputi:\par
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri menurun sesuai target yang ditetapkan).\par
- Klien menunjukkan perilaku nyeri menurun (misalnya, tidak lagi meringis, gelisah, atau melindungi area nyeri).\par
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (denyut nadi dan tekanan darah stabil).\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 Tindakan-tindakan yang dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang ditetapkan. Intervensi yang direkomendasikan untuk "Nyeri Akut" adalah:\par
\par
\b Kode SIKI: B.100159\b0 - \i Manajemen Nyeri\i0\par
Intervensi ini mencakup serangkaian tindakan untuk meredakan atau meringankan nyeri, yang meliputi:\par
1. \b Pengkajian:\b0 Mengkaji karakteristik nyeri (onset, lokasi, kualitas, intensitas menggunakan skala 0-10, dan faktor yang memperberat atau meringankan). Memantau tanda-tanda vital dan respons nonverbal terhadap nyeri.\par
2. \b Tindakan Nonfarmakologis:\b0 Memberikan posisi nyaman (misalnya, semi-Fowler), melakukan distraksi, dan menerapkan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi (jika tidak ada kontraindikasi seperti suspected appendicitis dengan kompres hangat).\par
3. \b Tindakan Farmakologis:\b0 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai resep dan memantau efektivitas serta efek sampingnya.\par
4. \b Edukasi:\b0 Memberikan penjelasan kepada klien tentang penyebab nyeri dan tujuan intervensi yang dilakukan.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Pada kasus nyeri perut kuadran kanan bawah, diagnosis keperawatan "Nyeri Akut" sering kali merupakan manifestasi dari masalah medis yang mendasarinya (contoh: apendisitis). Oleh karena itu, intervensi keperawatan harus selalu disertai dengan kolaborasi yang erat dengan tim medis untuk penegakan diagnosis etiologis dan penatalaksanaan definitif. Pemantauan ketat terhadap perkembangan gejala (seperti perburukan nyeri, demam, atau tanda-tanda peritonitis) merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan.\par
} -
Article No. 21403 | 02 Sep 2025
Klinis : Aisyah, seorang anak perempuan berusia 10 tahun, telah didiagnosis dengan gagal ginjal sejak usia 8 tahun akibat glomerulonefritis kronis. Aisyah sering mengunjungi rumah sakit untuk mengobati dan mengontrol gagal ginjalnya. Aisyah sering 37 mengalami kelelahan yang ekstrem, kehilangan nafsu makan, sesak napas, dan hipertensi yang semakin sulit dikontrol meskipun telah menerima pengobatan. Orang tuanya juga mengatakan bahwa Aisyah sering mengalami kelelahan, pusing, dan gangguan tidur, yang membuatnya sulit tidur. Pemeriksaan fisik menunjukkan kulit yang pucat, tekanan darah 160/100 mmHg, dan edema di tungkai bawah. Selain itu, Aisyah mengatakan bahwa sulit untuk berkonsentrasi membuatnya gagal di sekolah. Dalam situasi ini, tim medis harus segera merancang rencana perawatan yang komprehensif untuk Aisyah. Ini termasuk pengelolaan hipertensi yang efektif, pemantauan ketat terhadap fungsi ginjal, serta perencanaan diet dan intervensi gizi untuk mengatasi ketidakseimbangan elektrolit. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Ureum: 95 mg/dL (normal: 10-50 mg/dL) Kreatinin: 4.0 mg/dL (normal: 0.5-1.0 mg/dL) Albumin: 2.5 g/dL (normal: 3.5-5.0 g/dL) Hemoglobin: 8 g/dL (normal: 12-16 g/dL) GFR (Glomerular Filtration Rate): 10 mL/min/1.73mē (normal: >90 mL/min/1.73mē) Kalsium: 7.5 mg/dL (normal: 8.5-10.2 mg/dL) Fosfor: 6.5 mg/dL (normal: 3.0-4.5 mg/dL)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi Aisyah:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
c. Gangguan Pola Tidur (00198)
d. Gangguan Perfusi Jaringan Ginjal (00186)
e. Hipertensi (00027)
f. Gangguan Proses Pikir (00130)
2. Penjelasan Singkat:
a. Intoleransi Aktivitas (00092): Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat ketidakseimbangan antara suply dan kebutuhan energi.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Gangguan Pola Tidur (00198): Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
d. Gangguan Perfusi Jaringan Ginjal (00186): Penurunan aliran darah dan oksigen ke ginjal, yang menyebabkan disfungsi ginjal.
e. Hipertensi (00027): Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik di atas normal.
f. Gangguan Proses Pikir (00130): Perubahan dalam fungsi kognitif yang mengganggu kemampuan berpikir.
3. Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas (10020)
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (10002)
- Gangguan Pola Tidur (10198)
- Gangguan Perfusi Jaringan (10186)
- Hipertensi (10027)
- Gangguan Proses Pikir (10130)
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas (20020)
- Status Nutrisi (20002)
- Pola Tidur (20198)
- Perfusi Jaringan (20186)
- Kontrol Tekanan Darah (20027)
- Proses Pikir (20130)
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas (30020)
- Manajemen Nutrisi (30002)
- Manajemen Pola Tidur (30198)
- Manajemen Perfusi Jaringan (30186)
- Manajemen Hipertensi (30027)
- Stimulasi Kognitif (30130)
Dengan memahami diagnosa, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI, tim medis dapat merancang rencana perawatan yang komprehensif untuk Aisyah, termasuk pengelolaan hipertensi, pemantauan fungsi ginjal, dan intervensi terkait nutrisi dan kognitif. -
Article No. 21404 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan gejala kelelahan, penurunan daya tahan, dan gangguan tidur akibat dari dermatitis yang dialaminya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1613
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6460
Definisi: Bantuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan eritema, papul, ekskoriasi, dan kulit kering akibat dermatitis.
SDKI:
Kode: 00046
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
SLKI:
Kode: 1101
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal kulit.
SIKI:
Kode: 3520
Definisi: Tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki integuritas kulit.
3. Pruritus (00008)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami keluhan gatal-gatal yang mengganggu aktivitas dan tidur akibat dermatitis.
SDKI:
Kode: 00008
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang memicu keinginan untuk menggaruk.
SLKI:
Kode: 1605
Definisi: Tingkat kenyamanan kulit.
SIKI:
Kode: 3540
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal. -
Article No. 21405 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.41
- Deskripsi: Patch test untuk alergi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. A, usia 35 tahun, laki-laki, bekerja sebagai tukang bangunan, mengeluhkan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian, diperoleh data bahwa:
- Tes alergi kulit (patch test) positif terhadap bahan semen
- Pemeriksaan darah rutin dan IgE serum sedikit meningkat
Berdasarkan gejala klinis, riwayat pajanan, dan hasil pemeriksaan penunjang, diagnosis yang sesuai adalah dermatitis alergi kontak (L23.9) yang disebabkan oleh paparan semen di tempat kerja.
Prosedur yang dilakukan adalah patch test untuk mendiagnosis alergi (kode ICD-9-CM 95.41). -
Article No. 21406 | 02 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 23 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ą 11,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 45x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan pada kasus Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (kemerahan dan lesi pada kulit).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
- Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terbangun karena gatal-gatal atau rasa panas pada kulit.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan kondisi.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya.
- Pasien dapat menerima perubahan yang terjadi pada kulitnya.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas harian.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya dan menghindari aktivitas yang dapat memperparah kondisi kulit.
- Berikan edukasi tentang penyebab dan pencegahan dermatitis untuk mengurangi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya secara bertahap.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur pasien, seperti gatal-gatal dan rasa panas pada kulit.
- Berikan intervensi untuk mengurangi gatal-gatal, seperti pemberian obat topikal, kompres dingin, dan teknik relaksasi.
- Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memperparah gatal-gatal sebelum tidur.
- Dorong pasien untuk mempertahankan pola tidur yang teratur.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien terhadap perubahan pada kulit dan dampaknya terhadap citra tubuh.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu pasien menerima perubahan pada kulit.
- Edukasikan pasien tentang perawatan kulit yang tepat untuk mengurangi kemerahan dan lesi.
- Dorong pasien untuk tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang terdekat.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan berfokus pada pengelolaan gejala, peningkatan kemampuan aktivitas, optimalisasi pola tidur, serta dukungan psikologis untuk membantu pasien Tn. A beradaptasi dengan kondisi dermatitisnya dan mencapai kualitas hidup yang optimal.